Arsitektur dan peninggalan sejarah di Surakarta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 92:
 
 
=== Dalem Poerwadiningratan ===
 
 
Baris 117:
 
Kanjeng Raden Mas Tumenggung Haryo Poerwodiningrat adalah seorang [[Bupati]] [[Keraton Kasunanan Surakarta]] yang pernah menjabat sebagai penguasa [[Taman Sriwedari|Sriwedari]].
Seorang dengan wibawa besar yang tercermin dari dalem yang dimilikinya.
 
 
 
Pengaruh ini dirasakan menurun ketika beliau wafat (sesuai peribahasa Jawa ''Yen ditinggal Ibu ora kopen ning yen ditinggal Bapak ora kajen''). Ini tercermin dari kebiasaan-kebiasaan penghormatan terhadap bangunan yang telah berubah. Misalnya kendaraan yang berlalu-lalang disekitar pendopo atau masuk pendopo tanpa melepas alas kaki.
 
 
 
Pada jaman KRTH Poerwodiningrat, pendatang yang masuk ke lingkungan dalem berjalan kaki bahkan berjalan jongkok di pendopo untuk menghormat. Halaman pendopo ditutup pasir untuk area duduk para abdi dalem yang sowan, dan ada tempat penyimpanan payung-payung untuk para tamu.
 
 
 
Seiring dengan berfungsinya bangunan sebagai kantor [[Departemen Pertanian dan Kehakiman]] ([[1947]]) kebiasaan ini mulai ditiadakan. Dalem Poerwodiningratan juga pernah digunakan sebagai SMP, SMA, SGA dari [[Yayasan Pendidikan Tjokroaminoto]] (sekitar tahun 1950–1960).
 
 
 
Poerwodiningratan juga mempunyai urutan ruang seperti halnya bangunan tradisional Jawa dengan paviliun di sekelilingnya. Paviliun kini ditinggali oleh keluarga Poerwadiningrat.
 
 
 
Dengan dasar (warah/petuah) filosofi dari Sunan [[Paku Buwono X]] bahwa "''Budoyo Jowo iku ora bedo karo pusoko kadatone, lamun dipepetri bakal hamberkahi nanging lamun siniosio bakal tuwuh haladipun''" yang kurang lebih berarti budaya Jawa itu sama dengan pusaka keraton jika dihormati akan memberi berkah, namun jika disia-sia akan memberi hukuman. Untuk itu setiap malam Jumat ''dalem pringgitan'' diberi sesajian dengan persyaratan-persyaratan tertentu. Demikian pula pada tanggal 1 bulan Jawa dan setiap tahun pada [[bulan Sapar]] untuk memperingati berdirinya bangunan tersebut.
 
 
 
Layaknya bangunan kuno di Jawa, pada bangunan ini sering terjadi hal-hal aneh yang bersifat mistik terutama bila sesajian lupa disajikan di dalam pendopo.
 
 
 
==Masjid Agoeng Soerakarta==
 
 
 
Masjid Agung Surakarta pada masa lalu merupakan Masjid Agung Negara. Semua pegawai pada Masjid Agung merupakan abdi dalem Keraton, dengan gelar dari keraton misalnya Kanjeng Raden Tumenggung Penghulu Tafsiranom (penghulu) dan Lurah Muadzin.
 
 
 
Masjid Agung dibangun oleh Sunan [[Paku Buwono III]] tahun [[1763]] dan selesai pada tahun [[1768]]. Masjid ini merupakan masjid dengan katagori [[Masjid Jami]], yaitu masjid yang digunakan untuk sholat lima waktu dan sholat Jumat. Dengan status Masjid Negara/Kerajaan karena segala keperluan masjid disediakan oleh kerajaan dan masjid juga dipergunakan untuk upacara keagamaan yang diselenggarakan kerajaan.
 
 
 
Masjid Agung merupakan kompleks bangunan seluas 19.180 meter persegi yang dipisahkan dari lingkungan sekitar dengan tembok pagar keliling setinggi 3,25 meter. Bangunan Masjid Agung Surakarta secara keseluruhan berupa bangunan tajug yang beratap tumpang tiga dan berpuncak mustaka.
 
 
 
Masjid Agung terdiri dari
 
 
 
* Serambi, mempunyai semacam lorong yang menjorok ke depan (tratag rambat) yang bagian depannya membentuk kuncung.
 
* Ruang Sholat Utama, mempunyai 4 saka guru dan 12 saka rawa dengan mihrab dengan kelengkapan mimbar sebagai tempat [[Khotib]] pada waktu [[Sholat]] Jumat.
 
* Pawestren, (tempat sholat untuk wanita) dan Balai Musyawarah,
 
* Tempat ber[[wudhu]]
 
* Pagar Keliling, dibangun pada masa Sunan [[Paku Buwono VIII]] tahun [[1858]].
 
* Pagongan, terdapat di kiri kanan pintu masuk masjid, bentuk dan ukuran bangunan sama yaitu berbentuk pendapa yang digunakan untuk tempat [[gamelan]] ketika upacara [[Sekaten]] (Upacara Peringatan hari lahir Nabi Muhammad S.A.W.)
 
* Istal dan garasi kereta untuk raja ketika Sholat Jumat dan [[Gerebeg]], diperkirakan dibangun bersamaan dengan dibangunnya Masjid Agung Surakarta.
 
* Gedung PGA Negeri, didirikan oleh Susuhunan [[Paku Buwono X]] ([[1914]]) dan menjadi milik kraton.
 
* Menara Adzan, mempunyai corak arsitektur menara [[Kutab Minar]] di [[India]]. Didirikan pada tahun [[1928]].
 
==newsect==