Tenun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pegiat Wiki (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Pegiat Wiki (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Baris 15:
==Etimologi==
Secara [[etimologi]]nya, kata “Tenun” berasal dari {{lang-jv|ꦠꦼꦤꦸꦤ꧀|tenun}}, yang diturunkan dari {{lang-kaw|[[File:Tenun in Old Javanese script.png|35px]]|tĕnun}}, yang mana secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai "menenun" ataupun "menjalin".<ref name="OJ">{{citation|last=Zoetmulder|first=P.J.|title=Old Javanese-English Dictionary|year=1982|publisher=Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde}}</ref> Penyebutan paling awal mengenai {{lang|jv|Tenun}} itu sendiri dapat ditelusuri dalam prasasti-prasasti maupun manuskrip-manuskrip kuno yang ditemukan di [[Jawa]] dan [[Nusa Tenggara]] (khususnya di [[Bali]]); contohnya seperti pada prasasti-prasasti dari daerah Jawa bagian barat berkisar dari abad pertama pada masa [[Salakanagara]], abad ke-4 pada masa [[Tarumanagara]], hingga naskah {{lang|jv|[[Tantu Pagelaran]]}} pada abad ke-13 era [[Majapahit]].<ref name="OJ" />
 
==Sejarah==
Sebagai bagian dari wastra asli Indonesia, sejarah Tenun tak dapat dipisahkan dari sejarah permulaan dan perkembangan tekstil di wilayah Indonesia itu sendiri. Praktik Tenun itu sendiri diperkirakan sudah ada di Indonesia sejak zaman [[Neolitik]]. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya bukti-bukti arkeologi berupa benda-benda [[prasejarah]], seperti alat [[anyaman]], alat untuk pemintalan, dan bahan-bahan yang jelas ditenun pada kain yang dibuat dari kapas, yang berumur lebih dari 3.000 tahun yang ditemukan di [[Sumba Timur]], sekitaran kawasan Gunung Wingko di [[Kabupaten Bantul]], di beberapa daerah [[Yogyakarta]], kawasan Gilimanuk di [[Bali]] dan [[Sungai Melolo|Melolo]]. <ref name="Tenun 10">{{Cite web|title=Pengertian Menenun dan Sejarahnya|url=https://kumparan.com/berita-update/pengertian-menenun-dan-sejarahnya-1wlGPM7EFCe|access-date= 7 January 2022|website=kumparan.com|language=id}}</ref>
 
Pada zaman Neolitik bahan pembuatan pakaian masih sangat sederhana, contohnya seperti [[serat]], [[daun]], [[kulit kayu]], kulit binatang, dan [[akar tanaman]]. Pembuatan baju dari kulit kayu harus memilih jenis pohon yang keras dan memiliki serat kayu yang panjang, kemudian pohon tersebut dikuliti, kemudian serat kayu tersebut direndam dalam air agar lunak. Kemudian gunakan pemukul berupa batu untuk membentuk kulit kayu menjadi kain. Sisa-sisa tradisi pembuatan kain jenis ini masih dapat ditemukan di beberapa daerah di Indonesia Timur khususnya di [[Sulawesi Tengah]] yang biasanya disebut sebagai ''Fuya'' dan di [[Papua]] yang biasanya disebut sebagai ''Capo''.
 
Dalam beberapa prasasti [[Bahasa Jawa Kuno|Jawa Kuno]], ditemukan istilah-istilah yang menggambarkan keberadaan tenun pada masa lampau. Pada prasasti Karang Tengah bertahun 847 terdapat penyebutan mengenai “''hlai putih 1 (satu) kalambi''” yang artinya sehelai kain putih dan pakaian. Dalam prasasti Baru tahun [[1034]] ditemukan kata ''Pawdikan'' yang berarti pembatik atau penenun. Dalam prasasti Tebu tahun 1021 M dan prasasti [[Singhasari]] tahun 929 M ada istilah ''makapas'' yang merujuk kepada proses pengolahan [[kapas]] menjadi benang. Dalam cerita rakyat yang berkaitan dengan menenun adalah kisah Sang Kuriang (cerita rakyat masyarakat [[etnis Sunda]], yang mana salah satu tokoh penting dalam cerita tersebut, yakni Dayang Sumbi memiliki kegiatan sehari-hari menenun. Pembuatan pakaian menggunakan tekhnik Tenun di masa lalu juga dapat ditelusuri pada relief ''Perempuan menenun'' ("wanita menenun") yang terpahat di atas alas batu abad ke-14 dari daerah [[Trowulan]], yang mana sekarang disimpan di [[Museum Trowulan]], [[Jawa Timur]].<ref name="Tenun 7">{{Cite web|title=Kain Tenun|url=http://repo.undiksha.ac.id/1599/3/1515011028-BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf|access-date= 7 January 2022|website=undikssha.ac.id|language=id}}</ref>
<ref name="Tenun 8">{{Cite web|title=Sejarah Kain Tenun|url=http://www.sanabila.com/2016/02/sejarah-kain-tenun.html|url-status=live|access-date= 7 January 2022|website=indonesia.go.id|language=id}}</ref><ref name="Tenun 9">{{Cite web|title=Mengenal Sejarah Proses Pembuatan Kain Tenun di Sikka Flores|url=https://travel.kompas.com/read/2019/04/14/140500127/mengenal-sejarah-proses-pembuatan-kain-tenun-di-sikka-flores-?page=all|access-date= 7 January 2022|website=kompas.com|language=id}}</ref>
 
Di [[Sumatera Selatan]], tenunan Songket sudah ada sejak abad ke-7. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap arca-arca di [[candi Bumiayu]], dapat diketahui bahwa kain Songket telah dipakai oleh masyarakat Sumatera Selatan sejak lama dan berkembang pesat utamanya ketika era kemaharajaan [[Sriwijaya]] bermula di Palembang. Arca ini ditemukan di Situs Purbakala Candi Bumiayu yang terletak di hilir bantaran [[Sungai Lematang]] yang bermuara di Sungai Musi, tepatnya di Kecamatan Tanah Abang, Kecamatan Penukal Abab Lematang Ilir kurang lebih {{convert|120|km}} ke arah barat Kota [[Palembang]].
 
== Referensi ==