Masjid Sultan Suriansyah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor |
||
Baris 65:
Memang ada beberapa bagian asal yang tertinggal seperti daun pintu utama serta beberapa ornamen masjid. Dari situlah benang merah direntangkan. Diperkaya dari beberapa keterangan tetuha di kampung Kuin dan studi banding ke mesjid-mejid kuno di daerah Hulu sungai yang juga bekas sisa-sisa peninggalan dakwah Khatib Dayan, foto-foto dokumentasi masjid sebelum dipugar pada tahun 1976, maka dikembalikanlah bentuk bangunan masjid ini ke bentuk dan posisi semula. Untuk warna ternyata hijau dan kuninglah menjadi pilihan utama sebagai warna dasar. Hal ini berdasarkan petunjuk yang bisa ditiru yaitu pada warna mimbar dan daun pintu yang masih ada sisa-sisa warna alami yaitu kuning dan hijau. Dalam hal ini yang paling mendasar dari rehabilitasi masjid Sultan Suriansyah ini adalah menjadikan pondasi dari pancangan kayu galam dan neut beton sebagai konstruksinya. Sedangkan untuk struktur lainnya seperti tiang dan atap khusus untuk bangunan utama dikembalikan ke bentuk asli yaitu menggunakan kayu ulin. Teknik pengerjaaannya pun dikerjakan oleh tenaga yang terampil dibidangnya. Tiang utama masih menggunakan batang kayu ulin yang asli, namun diperbaiki pada bagian yang sudah keropos dengan cara menambalnya, kemudian membungkusnya dengan ornamen kayu ulin berbentuk persegi kotak. Sedangkan bangunan teras dan serambi yang merupakan bangunan tambahan, konstruksinya adalah beton bertulang.
[[Berkas:Interior Masjid Sultan Suriansyah.jpg|jmpl|Interior Masjid Sultan Suriansyah.]]
Begitu pula untuk bangunan atap yang sebelum dipugar tahun 1999 yang masih berbentuk kubah dikembalikan ke bentuk asal yaitu atap limas tumpang tiga. Bentuk denah masjid pun dilakukan perbaikan arah kiblat yang semula mengalami kemiringan sedikit pergeseran. Untuk itulah akhirnya ada juga sedikit pergeseran tiang bangunan untuk mengikuti posisi arah kiblat itu. Kalau pada bagian utama, bangunan atapnya dikembalikan pada bentuk limas tumpang tiga dengan bahan utama sirap, maka pada atap bagian mihrab juga dikembalikan ke bentuk limas segi enam. Sedangkan untuk atap bagian serambi berbentuk limas segi empat. Atap-atap ini dilengkapi pula dengan petaka berbentuk waluh dan jamang melati pada setiap atap dan pilis-pilisnya. Sedangkan untuk bagian salasar yang juga merupakan bangunan tambahan, atapnya menggunakan daag beton. Sementara lisplank pada bagian salasar dibuat dari beton bertulang dan dilapisi dengan papan ulin yang diolah dalam bentuk tradisional.<ref>{{Cite
== Galeri ==
|