Pong Tiku: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Envapid (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Envapid (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 53:
 
== Serbuan Belanda ==
Pada tahun 1905 tanah Bugis dan Toraja yang sebelumnya terfragmentasi telah bersatu menjadi empat wilayah utama, salah satunya berada di bawah Tiku.{{sfn|Bigalke|2005|p=51}} Pada bulan Juli tahun itu, raja [[Gowa]], negara bagian terdekattetangga, mulai mengumpulkan tentara untuk melawan penjajah dan mencegah sisa tanah Toraja dari penaklukanditaklukkan. Bom Ma'dika Bombing, seorang pemimpin dari negara bagianwilayah selatan, mendekatimeminta bantuan Tiku untuk meminta bantuannya. Sebulan setelah para utusan bubar, para pemimpin berkumpul di Gowa untuk membuat rencana aksi. Hasilnya adalah para penguasa lokal harus berhenti berperang di antara mereka sendiri dan fokus pada Belanda, yang memiliki kekuatan lebih unggul;{{sfn|Tangdilintin|1976|pp=10–13}} Walau begitu konflik internal ini, bagaimanapun, tidak sepenuhnya mereda.{{sfn|Bigalke|2005|pp=53–54}} Pada saat pertemuan ditundaditangguhkan, Belanda sudah mulai membuat kemajuan dimenyerang Luwu. Tiku, yang ditugaskan untuk mengalihkan Belanda dari kota Rantepo yang tidaksulit dapatuntuk dipertahankan, mulai membangun pasukannya dan bekerja untuk pertahanannya.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=14}}{{sfn|Bigalke|2005|p=52}}
 
Pada bulan Januari 1906 Tiku mengirim pengintai ke Sidareng dan Sawitto, yang diserbu Belanda, untuk mengamati jalannya pertempuran. Ketika pengintai melaporkan kekuatan luar biasa pasukan Belanda dan kekuatan magis yang digunakan untuk melawan tentara Bugis, dia memerintahkan bentengnya untuk meningkatkan kesiapan dan mulai menimbun beras;{{sfn|Tangdilintin|1976|p=14}}{{sfn|Bigalke|2005|p=52}} bulan itu, Luwu jatuh ke tangan pasukan Belanda, yang kemudian bergerak lebih jauh ke pedalaman. Pada bulan Februari anak buah Tiku, dikirim untuk memperkuat kerajaan selatan, melaporkan bahwa tidak ada lagi kepemimpinan yang koheren dan bahwa kedua kerajaan kalah melawan Eropa. Ini meyakinkan Tiku untuk melatih lebih banyak pasukan dan membentuk dewan militer beranggotakan sembilan orang, dengan dirinya sebagai pemimpinnya.{{sfn|Tangdilintin|1976|p=16-17}}