Prasasti Hujung Langit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada keterangan alasan suntingan dikembaliakan. Tambah rujukan.
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan pranala ke halaman disambiguasi
Rujukan hasil penelitian Alm Novan saliwa, bukti bahwa penelitian tentang kepaksian sakala brak telah dilakukan dari jaman dahulu kala.
Baris 3:
 
== Introduksi Historis==
Prof. Dr. Louis-Charles Damais dalam buku "Epigrafi dan Sejarah [[Nusantara]]" yang diterbitkan oleh [[Pusat Penelitian Arkeologi Nasional]] [[Jakarta]] tahun [[1995]] halaman 26 sampai 45 diketahui bahwa nama Raja yang bertahta tertulis pada '''Prasasti Hujung Langit''' di baris ke-7 adalah Baginda Parameswara Haji Yuwa Rajya Punku Syri Haridewa sedangkan di baris ke-1 tertulis ... Sakala ...<ref name="13pm"/><ref name="Raja">https://www.scribd.com/doc/162140476/Raja-Sekala-Brak-Dalam-Prasasti-Hujung-Langit</ref>.
 
Seorang ahli sejarah Lawrence Palmer Briggs dalam jurnalisnya di [[Abad ke-19]] Masehi, sekitar tahun [[1950]], menyebutkan bahwa [[Abad ke-7]] Masehi sekitar tahun [[683]] Masehi, yang berlangsung sejak tahun [[501]] Masehi hingga [[600]] Masehi, '''Ibukota Sriwijaya''' terletak di daerah pegunungan perkiraan jauh dari Palembang, Tempat itu di Payungi oleh dua Gunung dan dilatari sebuah Danau, Itulah sebabnya Sailendra dan keluarganya disebut "Family of the King of the Mountains" (Dailendravarmsa)<ref name="13pm"/><ref name="Raja"/>.
 
Gelar Pu yang me-[[rujuk]] dalam kata DAPUNTA maka gelar dapunta harus diperuntukkan bagi orang yang amat tinggi kedudukannya, Kehormatan yang amat tinggi itu ditunjukkan dengan bubuhan da-, -ta, dan sebutan "Hyang", inilah keterangan makna gelar Pu dalam buku Sriwijaya yang di tulis oleh Prof. Dr. Slamat Muljana<ref name="13pm"/><ref name="Raja"/>.
 
Sedangkan gelar Haji (Aji) adalah arti yang umum untuk "Raja", dipakai untuk menyebut seseorang dalam hubungannya dengan wilayah kekuasaannya (Ayatrohaedi, 1979: hal 79), Arti kata yang sama juga diberikan oleh [[Petrus Josephus Zoetmulder]] (1995: hal 327) yang menyebut bahwa Haji dapat diartikan sebagai Raja, Keluarga Raja, Pangeran, Seri Baginda, Yang Mulya<ref name="13pm"/><ref name="Raja"/>.
 
== Analisis Introduksi==
Terdapat tulisan 17 baris dbersama goresan membentuk pisau belati, Pisau belati tersebut digambarkan terhunus dengan mata belati menghadap ke arah Timur. Penetapan suatu daerah menjadi sima tentunya dengan alasan bahwa di tempat tersebut terdapat suatu bangunan suci, Hal ini mengindikasikan sesuatu peristiwa penting terjadi disana, ''Parameswara Haji Yuwa Rajya Punku Syri Haridewa'' ialah Raja di Hara Kuning [[Abad ke-9]] hingga mendekati [[Abad ke-13]] kemudian ditaklukkan oleh orang-orang saleh dengan '''[[Bahasa Melayu]]''' Kuno ''Sidang Saleh'', pengembangan Islam meningkat setelah ''Sultan Parameswara Haji Yuwa Rajya Punku Syri Haridewa'' memeluk agama tersebut, pada jaman itu sidang saleh ahli kelompok orang-orang saleh, sidang saleh ini khusus nenunjukkan '''4 [[khalifah]] [[Pakistan]] dan [[Dunia Arab]], Sakala Brak''' di tahun [[1289]] Masehi, [[Malaka]] adalah pusat komersial penting jaman ini menarik perdagangan dari seluruh wilayah, tahun setelah [[Penjarahan Amorion]] yang dilancarkan oleh [[Kekhalifahan Abbasiyah]] pada pertengahan Agustus 838 yang merupakan peristiwa terpenting dalam sejarah [[Peperangan Arab-Bizantium]], Kepaksian Sakala Brak kuno ditaklukkan kemudian berdirilah kerajaan [[Islam]], Se-zaman dengan Jaman keemasan [[peradaban islam]] dengan salah satu tokoh insinyur Sipil dengan sebutan sekarang [[teknik sipil]] Al-Farghani dengan nama lengkap Abu'l-Abbas Ahmad ibnu Muhammad ibnu Kathir Al-Farghani dari abad ke-9 M Al-Farghani mampu menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menetapkan diameter planet-planet, di [[Abad ke-12]] Masehi mendirikan menara masjid tertinggi qutub minar dengan tingginya mencapai 72 meter dibuktikan dengan beliau mengeluarkan buku/kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum dan juga ada Al-jazari sebagai tokoh insinyur sipil terkemuka dari abad ke-13 Masehi dibuktikan dengan pembangunan bendungan jembatan pertama di Dezful, Iran yang mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat di kota itu, sedangkan lampu penerangan jalan umum pertama kali dibangun oleh kekhalifahan Islam khususnya di [[Cordoba]], Kepaksian didalam konotasi istilah sekarang adalah [[Kerajaan]]<ref name="13pm"/><ref name="Raja"/>.
 
Didalam Prasasti Hujung Langit ini tertulis pula pejabat yang mengiringi dalam penetapan sima yaitu Hulun Haji yang melayani Raja, Juru Pajak, Pamngat Juru Ruhanan (Pengawas para pejabat), Pramukha Kabayan, Juru redap, Juru Pajabat (Petugas yang menyambut Raja), Juru Samya (orang yang berkuasa pada derajat yang lebih rendah (desa)), Juru natalan (Juru tulis), Juru Mabwan (Pejabat menangani tenaga kerja), dan Rama (pejabat tingkat banwa), Tersebut di Prasasti Telaga Batu Sumatra yang diperkirakan berasal dari tahun 686 Masehi tiga kategori Pangeran yaitu: Yuwaraja (Putra Mahkota), Pratiyuwaraja (Putra Mahkota ke dua), dan Raja kumara (Putra mahkota lainnya) ([[Johannes Gijsbertus de Casparis]], 1956: hal 17; 1976: hal 69; Kulke, 1991: hal 9).Raja muda ini sebelum menjadi Raja yang berkuasa penuh diberi kedudukan sebagai raja disuatu daerah atau wilayah (Soemadio (ed), 1993: hal 410<ref name="13pm"/>.