Rumah Betang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dikembalikan ke revisi 11565348 oleh Rachmat-bot (bicara): Ada bagian-bagian yang hilang karena suntingan vandal (TW) Tag: Pembatalan |
thumb|Rumah Betang Toyoi di Tumbang Malahoi (gbr Ezagren) |
||
Baris 1:
[[File:Rumah Betang Toyoi di Tumbang Malahoi.jpg|thumb|Rumah Betang Toyoi di Tumbang Malahoi]]▼
'''Rumah betang''' adalah rumah adat khas ''Kalimantan'' yang terdapat diberbagai penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat ''Dayak'' terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat permukiman ''suku Dayak''.<ref name="Kalimantan">http://www.kalimantan-news.com/wisata.php?idw=4 Kalimantan news diakses 21 Maret 2015</ref>
▲[[File:Rumah Betang Toyoi di Tumbang Malahoi.jpg|thumb|Rumah Betang Toyoi di Tumbang Malahoi]]
== Ciri-ciri ==
Baris 25 ⟶ 22:
== Kehidupan Komunal Di Rumah Betang ==
[[Berkas:Rumah Betang Ensaid Panjang 4.jpg|jmpl|Rumah Betang Ensaid Panjang, salah satu rumah betang yang masih dihuni di [[Kalimantan Barat]].]]
Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan budaya tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Kiranya perlu diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak dapat mempertahankan rumah betang mereka.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
Masyarakat Dayak memiliki naluri untuk selalu hidup bersama secara berdampingan dengan alam dan warga masyarakat lainnya.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Mereka gemar hidup damai dalam komunitas yang harmonis sehingga berusaha terus bertahan dengan pola kehidupan rumah betang. Harapan ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan bersama.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis, yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.<ref name="kebudayaan Indonesia"/> Dengan mempertahankan rumah betang, masyarakat Dayak tidak menolak perubahan, baik dari dalam maupun dari luar, terutama perubahan yang menguntungkan dan sesuai dengan kebutuhan rohaniah dan jasmaniah mereka.<ref name="kebudayaan Indonesia"/>
|