Osob kiwalan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{italic title}}
[[Berkas:Spanduk dengan bahasa walikan Malang.jpg|jmpl|283x283px|Spanduk di Malang yang menggunakan ''osob kiwalan'']]
'''''Osob kiwalan''''' ([[bahasa Jawa]]: ''båså walikan'', arti harafiah: bahasa kebalikan) adalah sebuah [[Ragam bahasa|ragam]] [[bahasa Jawa]] yang lazim dipakai oleh masyarakat [[Malang Raya]] yang meliputi [[Kota Malang]], [[Kabupaten Malang]] dan [[Kota Batu]]. Diberi nama ''osob kiwalan'' karena pada umumnya hanya membalikkan posisi huruf pada kosakata bahasa Jawa ataupun [[bahasa Indonesia]], kecuali pada konsonan rangkap, [[afiks]], dan gabungan suku kata yang tidak memungkinkan bisa dibalik.<ref>{{Cite journal|last=Hanggoro|first=Wahyu Puji|date=2016-01-01|title=Bahasa Walikan Sebagai Identitas Arek Malang|url=http://jurnal.fib.uns.ac.id/index.php/etnografi/article/view/218|journal=Etnografi|language=id|volume=16|issue=1|pages=23–30|issn=1411-7258|access-date=2018-04-14|archive-date=2018-10-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20181026200718/http://jurnal.fib.uns.ac.id/index.php/etnografi/article/view/218|dead-url=yes}}</ref> Bentuk bahasa ini tidak dapat dipisahkan dari [[bahasa Jawa Malangan]] baik secara lisan maupun tertulis.<ref>{{Cite book|last=Setyanto|first=Aji|date=2016|url=https://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jpp/article/view/375|title=Osob Ngalaman (Bahasa Slang asal Malang) sebagai Salah Satu Icon Malang: Studi Struktur Osob Ngalaman, dalam Sosial Network|location=Malang|publisher=Jurnal Pariwisata Pesona Universitas Merdeka Malang|isbn=|issn=1410–7252|url-status=live}}</ref>
 
Berawal sebagai sandi komunikasi oleh para pejuang [[Gerilya Rakyat Kota]] (GRK) pada masa awal kemerdekaan [[Indonesia]], kini ''osob kiwalan'' telah banyak digunakan oleh anak muda sebagai bentuk kebanggaan terhadap Kota Malang. Beberapa pendukung klub sepakbola [[Arema FC|Arema]] juga turut mempopulerkan ''osob kiwalan
 
== Sejarah ==
Awal mula ''osob kiwalan'' berasal dari pemikiran para pejuang era [[Revolusi Nasional Indonesia|perang kemerdekaan]], yaitu kelompok [[Gerilya Rakyat Kota]] (GRK). Bahasa khusus ini dianggap perlu untuk menjamin kerahasiaan, efektivitas komunikasi sesama pejuang, dan juga sebagai pengenal identitas kawan atau lawan. Metode pengenalan ini sangat penting karena pada masa ''Clash II'' perang kemerdekaan sekitar akhir Maret 1949, [[Belanda]] banyak menyusupkan mata-mata di dalam kelompok pejuang Malang. Mata-mata ini banyak yang mampu berkomunikasi dalam bahasa daerah dengan tujuan menyerap informasi dari kalangan pejuang GRK. Penyusupan ini terutama untuk memburu sisa laskar pimpinan Mayor Hamid Rusdi, yang telah gugur pada 8 Maret 1949 dalam pertempuran Dukuh Sekarputih (sekarang [[Wonokoyo, Kedungkandang, Malang|Wonokoyo]]).
 
Seorang tokoh pejuang Malang pada saat itu, Suyudi Raharno, mempunyai gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama pejuang sehingga dapat menjadi suatu identitas tersendiri sekaligus menjaga keamanan informasi. Bahasa tersebut haruslah lebih kaya dari kode dan sandi serta tidak terikat pada aturan tata bahasa, baik itu bahasa nasional, bahasa daerah (Jawa, [[Bahasa Madura|Madura]], Arab, Tionghoa), maupun mengikuti istilah yang umum dan baku. Bahasa campuran tersebut hanya mengenal satu cara, baik pengucapan maupun penulisan, yaitu dibaca secara terbalik dari belakang ke depan.