Dretarastra: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib) |
|||
Baris 61:
Sedikit berbeda dengan versi aslinya, tokoh Dretarastra dalam pewayangan Jawa disebut sebagai putra kandung [[Abyasa]] (Byasa). Dretarastra (kadang disingkat Destarata) dilahirkan oleh Putri [[Ambika]] dalam keadaan buta karena ketika pertama kali berjumpa dengan [[Abyasa]], sang putri itu memejamkan mata. Pada waktu itu, [[Abyasa]] datang ke [[Hastina]] karena diundang ibunya, yaitu [[Durgandini]] untuk menikahi janda-janda [[Citrawirya]] (Ambika dan Ambalika), demi menyambung garis keturunan Wangsa Barata, karena pewaris yang sesungguhnya, yaitu [[Bisma]], telah bersumpah untuk hidup membujang.
[[Berkas:Dretarastra
Dretarastra serta kedua adiknya, [[Pandu]] dan [[Widura]], berguru kepada [[Bisma]] tentang ilmu pemerintahan dan kesaktian. Meskipun menyandang [[tunanetra]], tetapi Dretarastra menguasai ilmu ''Lebur Geni'' sehingga mampu meremukkan apa saja melalui genggamannya. Dretarastra menikah dengan [[Gendari]], putri dari negeri Plasajenar. Sebelumnya, dikisahkan bahwa [[Pandu]] pulang dari [[Mandura]] dengan membawa [[Kunti]] sebagai hadiah sayembara, serta [[Madrim]] putri dari Mandaraka. Di tengah perjalanan, rombongan itu dihadang oleh Gendara, Raja Plasajenar yang terlambat mengikuti sayembara di [[Mandura]]. Pertempuran terjadi antara keduanya dan berakhir dengan kematian Gendara. Ia berwasiat menitipkan kedua adiknya, yaitu [[Gendari]] dan [[Sengkuni]] untuk dibawa oleh Pandu. Di [[Hastina]], [[Pandu]] menampilkan seluruh putri yang diboyongnya untuk dipilih sebagai istri Dretarastra. Dretarastra memilih [[Gendari]] yang diramalkan akan memberinya banyak putra. Penikahannya dengan Gendari memberinya seratus anak, yang dikenal dengan nama [[Korawa]].
|