Maimun Zubair: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan spam pranala Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 15:
}}
'''[[Ulama|Kyai]] [[Haji (gelar)|Haji]] Maimun Zubair,''' kadang ditulis menggunakan ejaan lama '''Maimoen Zoebair''', ({{lahirmati|[[Rembang]]|28|10|1928|[[Mekkah]]|6|8|2019}}), atau akrab dipanggil '''Mbah Moen''', adalah seorang ulama dan politikus Indonesia. Ia Pengasuh [[Pondok Pesantren Al-Anwar]] [[Sarang, Rembang|Sarang]], [[Rembang]] dan menjabat sebagai Ketua Majelis Syariah [[Partai Persatuan Pembangunan]] hingga ia wafat.<ref>{{Cite news|url=https://celebestopnews.com/nasional/2019/08/innalillahi-wa-innailaihi-rajiun-mbah-moen-berpulang-nu-kehilangan-satu-tokoh-terbaiknya/|title=NU Kehilangan Satu Tokoh Terbaiknya|last=|first=|date=2019-08-06|work=celebestopnews.com|access-date=2019-08-06|archive-date=2019-08-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20190806051728/https://celebestopnews.com/nasional/2019/08/innalillahi-wa-innailaihi-rajiun-mbah-moen-berpulang-nu-kehilangan-satu-tokoh-terbaiknya/|dead-url=yes}}</ref> Ia pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama 7 tahun. Setelah berakhirnya masa tugas, ia mulai berkonsentrasi mengurus pondok pesantrennya. Ia pernah menjadi anggota [[MPR RI]] mewakili Jawa Tengah selama tiga periode.
 
PENDIDIKAN
 
Dalam riwayat pendidikannya, sejak kecil Mbah Moen sudah dibimbing langsung oleh orang tuanya dengan ilmu agama yang kuat, mulai dari menghafal dan memahami ilmu Shorof, Nahwu, Fiqih, Manthiq, Balaghah dan bermacam Ilmu Syara’ yang lain.
 
Pada usia yang masih muda, beliau sudah hafal beberapa kitab diluar kepala diantaranya Al-Jurumiyyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauharotut Tauhid, Sullamul Munauroq serta Rohabiyyah fil Faroidl. Selain itu, beliau juga mampu menghafal kitab fiqh madzhab Asy-Syafi’I, seperti Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab dan lain sebagainya.
 
Pada tahun 1945 beliau memulai pendidikannya ke Pondok Lirboyo Kediri, dibawah bimbingan KH. Abdul Karim atau yang biasa dipanggil dengan Mbah Manaf. Selain kepada Mbah Manaf, beliau juga menimba ilmu agama dari KH. Mahrus Ali juga KH. Marzuqi.
 
Setelah itu selesai, kemudian beliau kembali ke kampungnya, mengamalkan ilmu yang sudah beliau dapat. Kemudian pada tahun 1950, beliau berangkat ke Mekkah bersama kakeknya sendiri, yaitu KH. Ahmad bin Syu’aib untuk belajar dengan ulama di Mekkah.
 
Diantaranya adalah Sayyid Alawi al-Maliki, Syekh al-lmam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly. Disana ia belajar selama 2 tahun.
 
Pada tahun 1952, Mbah Moen kembali ke Tanah Air. Setiba di Indonesia Mbah Moen kemudian melanjutkan belajar ke beberapa ulama di tanah Jawa. Guru-guru beliau adalah Kiai Baidhowi, Kiai Ma’shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen(Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abui Fadhol Senori (Tuban), dan beberapa kiai lain.
 
 
MENDIRIKAN PONDOK PESANTREN AL-ANWAR
 
Setelah dirasa cukup untuk menimba ilmu, akhirnya Mbah Moen kembali ke Sarang dan mengabdi kepada masyarakat di sana.
 
Pada tahun 1965, Mbah Moen mendirikan Pesantren al-Anwar. Pesantren inilah kemudian menjadi rujukan para orang tua, untuk memondokan anaknya untuk belajar kitab kuning dan turats. Sehingga akhirnya, masyarakat Sarang mengenal KH. Maimoen Zubair sebagai sosok ulama yang kharismatik.
 
== Wafat ==