Setelah lulus, Salim bekerja sebagai [[Terjemahan|penerjemah]] dan pembantu [[notaris]] pada sebuah [[kongsi]] [[pertambangan]] di [[Indragiri, Rancabali, Bandung|Indragiri]]. Pada tahun [[1906]], Salim berangkat ke [[Jeddah]], [[Arab Saudi]] untuk bekerja di [[Duta besar]] [[Belanda]] di sana. Pada periode inilah Salim berguru pada Syaikh Ahmad Khatib, yang masih merupakan [[paman]]<nowiki/>nya.
Pada tahun 1912-1915, Salim kemudianmembuka terjunsekolah kedasar duniaberbahasa Belanda, [[jurnalistikHollandsch-Inlandsche School]] sejak(HIS). Kemudian pada tahun [[1915]] ia terjun ke dunia [[jurnalistik]] di [[Harian Neratja]] sebagai Wakil [[Redaktur]]. Setelah itu diangkat menjadi Ketua Redaksi. Agus Salim [[Pernikahan|menikah]] dengan Zaenatun Nahar Almatsier dan dikaruniai 810 orang [[anak]].<ref>{{Cite web|title=Memimpin Itu Menderita, Seperti Agus Salim|url=https://tirto.id/memimpin-itu-menderita-seperti-agus-salim-czgJ}}</ref> Kegiatannya dalam bidang jurnalistik terus berlangsung hingga akhirnya menjadi Pemimpin Harian [[Hindia Baroe]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Kemudian mendirikan Surat kabar [[Fadjar Asia]]. Dan selanjutnya sebagai Redaktur [[Harian Moestika]] di [[Kota Yogyakarta]] dan membuka kantor Advies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO). Bersamaan dengan itu ia juga terjun dalam dunia [[politik]] sebagai pemimpin [[Sarekat Islam]].