Fatmawati: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
menyunting kesalahan penulisan kata dan pranala luar |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor |
||
Baris 30:
|footnotes =
}}
'''Fatmawati''' ({{lahirmati|[[Bengkulu]]|5|2|1923|[[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]|14|5|1980}})<ref>[http://www.surya.co.id/2009/02/05/tiga-putri-bung-karno-raih-penghargaan-muri.html Tiga Putri Bung Karno Raih Penghargaan MURI] {{Webarchive|url=https://archive.is/20110620000644/http://www.surya.co.id/2009/02/05/tiga-putri-bung-karno-raih-penghargaan-muri.html |date=2011-06-20 }} (Indonesian)</ref> adalah istri dari [[Daftar Presiden Indonesia|Presiden Indonesia pertama]] [[Soekarno]]. Ia menjadi [[Ibu Negara Republik Indonesia|Ibu Negara Indonesia]] pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari presiden pertama [[Indonesia]]
== Kehidupan ==
[[Berkas:Sukarno family Proklamasi 11 February 1956 p1.jpg|jmpl|Fatmawati bersama dengan lima anaknya]]
[[Berkas:SUKARNO WIR 0070.jpg|kanan|Fatmawati dan Soekarno|jmpl]]
Fatmawati lahir dari
Pada tanggal 1 Juni 1943, Fatmawati menikah dengan Soekarno, yang
[[Berkas:Grave of Fatmawati, Karet Bivak Cemetery.jpg|jmpl|Makam Fatmawati di TPU Karet Bivak, Jakarta]]
Pada tanggal 14 Mei 1980, ia meninggal dunia
==Keturunan==
Baris 51:
== Kisah menjahit bendera ==
Setahun setelah pernikahannya itu, [[Jepang]] menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang. Ibu Fatmawati kemudian berfikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di Pegangsaan 56. "Pada waktu itu tidak mudah untuk mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001. Barang-Barang
Berkat bantuan Shimizu, yang merupakan orang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan [[Jepang]]-[[Indonesia]]. Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih. Shimizu mengusahakannya lewat seorang pembesar [[Jepang]], yang
Ibu Fatmawati menghabiskan waktunya untuk menjahit bendera itu dalam kondisi fisiknya cukup rentan. Pasalnya, Ibu Fatmawati saat itu sedang hamil tua dan sudah waktunya untuk melahirkan putra sulungnya, Guntur Soekarnoputra. Tak jarang ia menitikkan air mata kala menjahit bendera itu.<ref name=":0" /> "Menjelang kelahiran Guntur, ketika usia kandungan telah mencukupi bulannya, saya paksakan diri menjahit bendera Merah Putih, saya jahit berangsur-angsur dengan mesin jahit Singer yang dijalankan dengan tangan saja, sebab Dokter melarang saya menggunakan kaki untuk menggerakkan mesin jahit." kata Ibu Fatmawati dalam buku yang ditulis oleh [[Bondan Winarno]].<ref name=":0" />
|