Adiwijaya dari Pajang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Arrifyussufjr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 39:
Sepuluh tahun kemudian, [[Ki Ageng Pengging]] dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap [[Kerajaan Demak]]. Sebagai pelaksana hukuman ialah [[Sunan Kudus]]. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir) sejak saat itu masa remajanya lebih dikenal dengan nama "[[Jaka Tingkir]]".
 
Mas Karebet gemar bertapa, berlatih bela diri dan kesaktian, sehingga tumbuh menjadi pemuda yang tangguh, tampan dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Kebo Kenongo ([[Ki Ageng Pengging]]) ayahnya sendiri dan Muhammad Kabungsuan ([[Ki Ageng Pengging Sepuh|Ki Ageng Pengging sepuh]]) kakek Adiwijaya. Ki Ageng Pengging Sepuh ini adalah anak bungsu dari Syeikh Jumadil Kubro, tapi jalur spiritualnya menuju ke Syeikh Siti Jenar.


Selain ayah dan Kakek, ia juga belajar dengan kakek dari Ibu, yaitu [[Sunan Kalijaga]]. Ia juga juga berguru pada [[Ki Ageng Sela]], dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng Sela yaitu, [[Ki Juru Martani]], [[Ki Ageng Pemanahan]], dan [[Ki Panjawi]]. Disamping tampan dan jagoan, sayangnya pemuda Jaka Tingkir alias Mas Karebet ini juga sedikit 'nakal' alias mata keranjang. Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Dalam perguruan ini ada murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil.
 
== Silsilah Jaka Tingkir ==