Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Jenderal De Kock: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 40:
 
Hampir setiap kota di Indonesia memiliki jalan dan [[alun-alun]] untuk menghormati Diponegoro, sebuah universitas di [[Kota Semarang|Semarang]] dinamai menurut namanya dan sebuah monumen didirikan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Sebuah [[museum]] di [[Kota Magelang|Magelang]] tempat Diponegoro ditangkap telah dibangun dan dibuka untuk umum.
 
== Komposisi ==
[[Berkas:Nicolaas Pieneman - The Submission of Prince Dipo Negoro to General De Kock.jpg|Lukisan Nicolaas Pieneman]]
 
Lukisan berukuran 77×100 cm ini dilukis dengan [[cat minyak]] di atas [[kanvas]]. Hari yang cerah, Pangeran Diponegoro berdiri di depan [[Letnan jenderal|Letnan Jenderal]] [[Hendrik Merkus de Kock]] di tangga sebuah rumah besar berpilar [[Kolonialisme|kolonial]] yang diapit oleh lambang kerajaan. Sang pangeran berada satu langkah dibawah letnan jenderal, yang mendominasi seluruh komposisi. De Kock digambarkan sebagai pemenang yang murah hati dan pemberani, wajahnya tidak menunjukkan kemarahan atau kedengkian terhadap [[Suku Jawa|orang Jawa]].
 
Letnan jenderal menunjukkan kepada pangeran kereta kuda yang akan membawanya ke pengasingan. [[Sawah]] dan [[gunung]] terlihat dari kejauhan. Diponegoro mengangkat tangan dengan bingung, seolah tak mengerti apa yang terjadi padanya, dia terlihat dengan rendah hati tunduk pada kehendak penguasa kolonial dan mengucapkan selamat tinggal kepada para pengikut yang kalah, kepada istri dan anak-anaknya.
 
Diponegoro digambarkan mengenakan pakaian hijau dan [[Serban|sorban]] serupa ini mengisyaratkan bahwa dia adalah pemimpin umat [[Islam]] di [[Pulau Jawa|Jawa]]. Di sebelah kiri pangeran dan letnan jenderal adalah barisan tentara dan [[perwira]] Belanda dengan [[tombak]] terangkat yang baru saja melucuti senjata orang Jawa. Di dekatnya ada pengikut Diponegoro yang tidak menunjukkan tanda-tanda perlawanan, beberapa dari mereka dengan rendah hati berlutut di depan pangeran, senjata mereka terlipat di tanah. Di atas mansion tinggi di langit, 3 warna [[bendera Belanda]] berkibar dengan bangga.
 
== Kutipan karya ==