Rakai Panangkaran: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syahjahaan (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k Perbaikan Data dan Penambahan Referensi dari Buku Karya Prof. Dr. Ayatrohaedi Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 1:
'''Rakai Panangkaran
Namanya dikenal melalui [[Prasasti Raja Sankhara]], [[Prasasti Kalasan]], [[Prasasti Mantyasih]], [[Prasasti Wanua Tengah III]], dan diperkuat dengan [[Naskah Wangsakerta]].{{infobox royalty
|title = Srī Mahārāja Rakai Pānangkaran Dyaḥ Pañcapana<br>
|image =
|birth_name = Dyah Pancapana
|father = [[Sanjaya]]
|mother =[[Dewi Sudhiwara]]
|succession = Raja Medang ke 2
|reign = (746 - 784)
|predecessor = [[Sanjaya]]
|successor = [[Rakai Panunggalan]]
|spouse =* [[Dewi Taraprathama]]
* [[Dewi Satyadarmika]]
|issue =*[[Dewi Yasodhara]] menikah dengan [[Dharanindra]]
*[[Rakai Panunggalan]]
|house = [[Wangsa Syailendra|Syailendra]]
}}
== Sang Pembangun Candi ==
Baris 10 ⟶ 23:
Sementara itu, prasasti yang berasal dari zaman Rakai Panangkaran adalah [[prasasti Kalasan]] tahun [[778]]. Prasasti ini merupakan piagam peresmian pembangunan sebuah [[candi]] [[Buddha]] bernama Tarabhavanam (Buana Tara) untuk memuja [[Tara (Bodhisattva)|Dewi Tara]]. Pembangunan ini atas permohonan para guru raja Sailendra. Dalam prasasti itu Rakai Panangkaran dipuji sebagai ''Sailendrawangsatilaka'' atau “permata Wangsa Sailendra”. Candi yang didirikan oleh Rakai Panangkaran tersebut sekarang dikenal dengan sebutan [[Candi Kalasan]].
Periode pemerintahannya ditandai dengan giatnya pembangunan candi-candi beraliran Buddha Mahayana di kawasan [[Dataran Prambanan]]. Selain candi Kalasan,
[[Prasasti Abhayagiri Wihara]] yang berangka tahun 792 M menyebutkan tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana (Rakai Panangkaran) mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara, yang dikaitkan dengan kompleks [[Ratu Boko]]. Diperkirakan Raja Panangkaran telah wafat sebelum Candi Sewu dan Abhayagirivihara rampung, sehingga ia tidak sempat menyaksikan beberapa karyanya (Candi Sewu).<ref name="Sewu"/>
Baris 25 ⟶ 38:
Dalam hal ini, Slamet Muljana menolak teori bahwa Rakai Panangkaran adalah bawahan Dharanindra. Menurutnya, Rakai Panangkaran dan Dharanindra sama-sama berasal dari Wangsa Sailendra. Meskipun demikian, ia tidak menganggap keduanya sebagai tokoh yang sama. Menurutnya, Dharanindra tidak sama dengan Rakai Panangkaran yang memiliki nama asli Dyah Pancapana (sesuai pemberitaan prasasti Kalasan). Muljana berpendapat, Dharanindra adalah nama asli dari [[Rakai Panunggalan]], yaitu raja ketiga Kerajaan Medang yang namanya disebut sesudah Rakai Panangkaran dalam prasasti Mantyasih.
==
* Ayatrohaedi. 2005. SUNDAKALA Cuplikan Sejarah Sunda Berdasarkan Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Bandung: Pustaka Jaya
* Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka
* Purwadi. 2007. ''Sejarah Raja-Raja Jawa''. Yogyakarta: Media Ilmu
|