Muhammadiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Infinitygenz (bicara | kontrib)
k Referensi
Membalikkan revisi 21578720 oleh Infinitygenz (bicara) -> non-reliable source
Tag: Pembatalan
Baris 30:
[[Berkas:Gedung PP Muhammadiyah Ykt.jpg|ka|Pimpinan Pusat Muhammadiyah di [[Yogyakarta]]|jmpl]]
 
Pada tanggal 18 November 1912, Ahmad Dahlan—pejabat pengadilan [[Keraton]] [[Kesultanan Yogyakarta|Yogyakarta]]<ref>Burhani (2005), hlm. 101.</ref> dan seorang Ulama Muslim terpelajar lulusan dari [[Mekah]]—mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta. Ada beberapa motif yang melatarbelakangi berdirinya gerakan ini. Di antara yang penting adalah keterbelakangan masyarakat Muslim, banyaknya muslim yang masih suka klenik dan banyaknya kristenisasi di kawasan penduduk miskin. Ahmad Dahlan, yang banyak dipengaruhi oleh reformis [[Mesir]] [[Muhammad Abduh]], menganggap modernisasi dan pemurnian agama dari praktik sinkretis sangat vital dalam reformasi agama ini. Oleh karena itu, sejak awal Muhammadiyah sangat perhatian dalam memelihara [[tauhid]] dan menyempurnakan [[monoteisme]] di masyarakat.<ref>{{Cite web|title=Muhammadiyah Didirikan oleh Ahmad Dahlan, Berikut Sejarahnya|url=https://www.mediaipnu.or.id/2022/08/muhammadiyah-didirikan-oleh-ahmad.html|website=mediaipnu.or.id|language=en-gb|access-date=2022-08-26}}</ref>
 
Dari tahun 1913 hingga 1918, Muhammadiyah mendirikan lima sekolah Islam. Pada tahun 1919 sebuah sekolah menengah Islam, ''Hooge School Muhammadiyah'' didirikan.<ref name="hist">{{cite web |url=http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35 |archive-url=https://web.archive.org/web/20070319175257/http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=22&Itemid=35 |url-status=dead |archive-date=2007-03-19 |access-date=2006-08-10 |title=Short History of Persyarikatan Muhammadiyah |publisher=Muhammadiyah }}</ref> Dalam mendirikan sekolah, Muhammadiyah menerima bantuan yang signifikan dari [[Budi Utomo|Boedi Oetomo]], sebuah gerakan nasionalis penting di Indonesia pada paruh pertama abad kedua puluh, yang menyediakan guru.<ref>Burhani (2010), hlm. 65-66</ref> Muhammadiyah pada umumnya menghindari politik. Tidak seperti mitra tradisionalisnya, [[Nahdatul Ulama]] dan [[Persatuan Tarbiyah Islamiyah]], Muhammadiyah tidak pernah membentuk [[partai politik]]. Sejak didirikan, ia telah mengabdikan dirinya untuk kegiatan pendidikan dan sosial.
Baris 43:
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis [[dakwah]] untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang dikenal dengan [[Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta]] khusus laki-laki, yang bertempat di Jalan S Parman No. 68 [[Patangpuluhan, Wirobrajan, Yogyakarta|Patangpuluhan]], [[Wirobrajan, Yogyakarta|kecamatan Wirobrajan]] dan [http://muallimaat.sch.id Madrasah Muallimat Muhammadiyah Yogyakarta] khusus perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang keduanya sekarang menjadi [http://muallimin.sch.id Sekolah Kader Muhammadiyah]) yang bertempat di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
 
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama [[Muhammad Sangidu]], seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui [[Salat Istikharah|salat istikharah]] (Darban, 2000: 34).<ref>{{Cite web |url=http://www.muhammadiyah.or.id/content-178-det-sejarah-singkat.html |title=Sejarah Singkat |access-date=2015-01-04 |archive-date=2015-01-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150104064749/http://www.muhammadiyah.or.id/content-178-det-sejarah-singkat.html |dead-url=yes }}</ref> Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912–1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: [[Yogyakarta]], [[Surakarta]], [[Pekalongan]], dan [[Pekajangan, Kedungwuni, Pekalongan|Pekajangan]], sekitar daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, [[Abdul Karim Amrullah]] membawa Muhammadiyah ke [[Sumatra Barat]] dengan membuka cabang di [[Sungai Batang, Tanjung Raya, Agam|Sungai Batang, Agam]]. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatra Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh [[Sumatra]], [[Sulawesi]], dan [[Kalimantan]]. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar ke seluruh Indonesia.<ref>{{Cite web|title=Muhammadiyah Didirikan oleh Ahmad Dahlan, Berikut Sejarahnya|url=https://www.mediaipnu.or.id/2022/08/muhammadiyah-didirikan-oleh-ahmad.html|website=mediaipnu.or.id|language=en-gb|access-date=2022-08-26}}</ref>
 
==Doktrin==