Bathara Katong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
WinantuNJ (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 21:
Setelah hutan selesai dibabat, bangunan-bangunan didirikan sehingga penduduk pun berdatangan. Setelah istana kadipaten didirikan, Batara Katong kemudian memboyong permaisurinya, Niken Sulastri ke istana kadipaten, sedang adiknya, [[Suromenggolo]] tetap di tempatnya yakni di Dusun Ngampel. Oleh Katong, daerah yang baru saja dibangun itu diberi nama Prana Raga yang berasal atau diambil dari sebuah Babad legenda "''Pramana Raga''". Menurut cerita rakyat yang berkembang secara lisan, Pono berarti Wasis, Pinter, Mumpuni dan Raga artinya Jasmani. sehingga kemudian dikenal dengan nama Ponorogo.
 
Bathara Katong kemudian menjadi Adipati di Ponorogo. Menurut ''[[Handbook of Oriental History]]'' hari wisuda Bathara Katong sebagai [[Adipati]] [[Kadipaten Ponorogo]] yaitu pada hari Ahad Pon tanggal 1 Bulan Besar tahun 1418 Saka, bertepatan dengan Tanggal 11 Agustus 1496 atau 1 Dzulhijjah 901 Hijriyah. Selanjutnya tanggal 11 Agustus ditetapkan sebagai [[Hari Jadi Kabupaten Ponorogo]].
 
Kesenian [[Reog]] yang menjadi seni perlawanan masyarakat Ponorogo mulai dihilangkan dari unsur-unsur pemberontakan, dengan menampilkan cerita fiktif tentang [[Kerajaan Bantarangin]] sebagai sejarah Reog. Para punggawa dan anak cucu Bathara Katong inilah yang kemudian mendirikan pesantren-pesantren sebagai pusat pengembangan agama Islam.
 
== Pemakaian nama Bathara Katong ==