Rasyidiyah Khalidiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 75:
Dibawah kepemimpinan Haji Muhammad Arif Lubis, pembaharuan dalam bidang pendidikan diadakan seperti penambahan bidang studi dengan ilmu umum dan memperkenalkan tingkatan pendidikan seperti [[Madrasah ibtidaiah]] dan [[Madrasah sanawiah|Madrasah sanawiyah]] juga pengadaan sekolah khusus perempuan di sore hari.<ref name=":0" /> Penggantian nama menjadi ''Ma'had Rasyidiyah'' dilakukan dengan maksud memperluas dan menserasikan dengan tuntutan zaman.<ref name=":4">''50 Tahun Perguruan Islam Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan 1922-1972'', hlm. 33.</ref> [[Jepang]] yang memasuki kota [[Amuntai (kota)|Amuntai]] pada [[8 Desember]] [[1942]] merubah situasi dan kondisi. Dibawah kekuasaan [[Kekaisaran Jepang|Dai Nippon]], dilakukan pembubaran partai dan organisasi massa. Nama madrasah pun harus diganti dengan ''Kai Kjo Gakko'' ([[PUEBI]]: ''Kaikyo Gakkō'', {{lang-ja|快挙学校}}) ditambah nama tempat pendirian. Kepemimpinan Haji Arif Lubis berakhir pada tahun [[1944]] dengan bertugasnya beliau ke [[Alabio]] untuk memimpin dan mengajar perguruan Islam.<ref name=":4" /> [[Qadi]] [[Kyai|Tuan Guru]] Muhammad Burhan prihatin dengan keadaan [[Kekosongan kekuasaan|vakum]] yang sempat menimpa pesantren ini bahkan pemerintah menggunakan sebagian bangunan sebagai [[lumbung]]. Beliau mengharapkan kepada [[Idham Chalid]] untuk dapat memimpin dan merehabilitasi bangunan tersebut dan diterima dengan penuh keikhlasan.<ref>''Selayang Pandang Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan'', hlm. 1-2.</ref> [[Kyai]] [[Haji (gelar)|Haji]] [[Idham Chalid]] kemudian dipilih menjadi pemimpin madrasah tersebut melalui [[musyawarah]] yang dipimpin Kyai Haji Juhri Sulaiman.
 
Dalam masa kepemimpinan Idham Chalid--tepatnya [[9 April]] [[1945]], sistem dan metode pendidikan, materi kurikulum, struktur organisasi manajemen, dan pola pikir serta kebebasan disusun sesuai dengan kelaziman perguruan Islam. Pola pondok modern dan ''Arabische School'' pun diadopsi<ref>H. Zainal Abidin Atha, ''Kiprah Bapak KH. Dr. Idham Chalid Dalam Perkembangan Pendidikan Islam dan Pergerakan di Kalimantan Selatan: Pada Seminar “Menelusuri Jejak Kepahlawan dan Perjuangan KH. Dr. Idham Chalid”'' Amuntai, Tanggal, 25 April 2011, hlm. 3.</ref> yang kemudian disesuaikan dengan perpaduan sistem pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah sehingga nama madrasah diubah menjadi Normal Islam Amuntai.<ref>''Selayang Pandang Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah (RAKHA) Amuntai Kalimantan Selatan'', hlm. 2.</ref> Setelah Idham Chalid wafat, kepemimpinan dipegang oleh [[Haji (gelar)|Haji]] Safriansyah sampai kewafatan beliau. SekarangPada tahun 2014, kepemimpinan sempat dipegang oleh [[Insinyur|Ir.]] [[Haji (gelar)|H.]] [[Muhammad Said]].,<ref>{{Cite web|last=Pemkab HSU|first=Biro Humas|date=12 September 2014|title=Ketua Baru Rakha Dilantik|url=https://www.stiq-amuntai.ac.id/2014/09/12/ketua-baru-rakha-dilantik/|website=STIQ Amuntai|access-date=7 Oktober 2020}}</ref> dan sekarang dipimpin oleh [[Kyai|K.]][[Haji (gelar)|H.]] Husin Nafarin.{{butuh rujukan}}
 
== Galeri ==