Muntok, Bangka Barat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
menambah data dan informasi tentang Kota Muntok Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor |
||
Baris 16:
}}
'''Muntok''' adalah
Kota Mentok berdiri sejak 7 September 1734 Masehi atas perintah Sultan Mahmud Badaruddin Jayawikrama (1721-1756) kepada Wan Akup yang kemudian membangun 7 bubung rumah di daratan sebuah tanjung di kaki bukit Menumbing. Pada masa itulah, Kota Muntok ditetapkan sebagai pusat Pemerintahan sekaligus pusat urusan penambangan timah di Pulau Bangka, yang berlanjut ketika Pemerintah Hindia Belanda menguasai wilayah ini, dan juga menjadikan Kota Muntok sebagai pusat pemerintahan di Bangka sekaligus pusat administrasi penambangan timah. Kota ini kemudian semakin tumbuh berkembang menjadi kota bandar utama pusat perdagangan timah dan Lada Putih (''[https://ig.dgig.go.id Muntok White Pepper]''), di mana timah dan lada putih diangkut lalu dikirim ke negara-negara Eropa melalui Pelabuhan Muntok. Pelabuhan ini pun semakin ramai dengan arus pendatang yang hilir mudik datang dan pergi, apalagi mengingat hasil penambangan yang sangat menjanjikan, semakin banyak didatangkan orang-orang dari Cina, Siam, Kamboja, dan Siantan yang berada di Johor yang ahli dalam urusan timah.
Saat ini Kota Muntok telah dtetapkan sebagai kawasan cagar budaya di bawah naungan UNESCO yaitu kawasan [https://lib.ui.ac.id Kota Tua Muntok] dan Bukit Menumbing. Mengikuti pembagian kluster pemukiman masyarakat Muntok di masa Pemerintahan Hindia Belanda, saat ini di kawasan Kota Tua terdapat 3 (tiga) kluster, yaitu Kluster Eropa, Kluster Cina, dan Kluster Melayu. Di Kluster Cina yang berdampingan langsung dengan Kluster Melayu, masih terdapat perkampungan Cina berarsitektur khasnya seperti pertokoan, kelenteng Kung Fuk Nio, serta [https://kebudayaan.kemendikbud.go.id komplek Perumahan Mayor Cina Chung A Tiam] yang berusia ratusan tahun (dibangun 1830-an). Uniknya kelenteng ini berdampingan dengan [https://lib.ui.ac.id Mesjid Jamik Muntok] yang merupakan bagian dari kluster Melayu yang terdiri dari 3 (tiga) kampung, yaitu Kampung Tanjung, Kampung Ulu, dan Kampung Petenun/Teluk Rubia (asal kain tenun [https://warisanbudaya.kemendikbud.go.id Cual Muntok]). Di kluster ini masih bisa ditemukan rumah-rumah panggung berarsitektur Melayu yang khas, juga Benteng Kuta Seribu (1812-1817) berikut pemakaman Tangga Seribu di mana para pendahulu Kota Muntok dimakamkan. Kedua kluster ini berada di sekitar pantai, sementara itu, Kluster Eropa berada di bentang lahan yang lebih tinggi. Di kluster Eropa ini, dibangunlah perumahan, perkantoran,rumah sakit, gereja, penjara, sekolah, gudang, yang berciri khas Eropa. Saat ini bangunan berciri khas Eropa ini masih bisa disaksikan, salah satunya [https://wiki-indonesia.club Museum Timah Muntok] yang dulunya merupakan Eks Kantor Wilasi atau ''Hoofdbureau Banka Tinwinning Bedriff'' (1915). Di luar kluster, bisa ditemukan mercusuar Tanjung Kalian dan Pesanggrahan Bukit Menumbing (1932) di ketinggian hampir 500 meter dpa dan dikelilingi hutan lindung. Bangunan-bangunan yang dimaksud bukan saja berusia ratusan tahun namun juga mempunyai nilai sejarah, arsitektur dan budaya yang tinggi, sehingga pemerintah daerah bersama UNESCO telah menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan cagar budaya.
== Sejarah ==
Muntok adalah kota tua yang didirikan oleh Abang Pahang, mertua Sultan ''Palembang Darusssalam'' Mahmud Badaruddin I (1720-1755) pada tahun 1722 dan menjadi
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Sociëteit Concordia in Muntok TMnr 60048672.jpg|jmpl|300px|''Sociëteit Concordia'' di Mentok (tahun 1914)]]
|