I Gusti Ngurah Rai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 183:
[[Image:Mount_Agung_from_the_east.jpg|thumb|left|Lereng barat Gunung Agung - tempat pemindahan milisi Ngurah Rai]]
Pada akhir Mei, Komandan Pasukan M, Kapten Markadi tiba di Munduk, Buleleng dengan sekelompok 25 pejuangnya dan berdasarkan laporan terbaru dari Staf Umum memberitahu Ngurah Rai tentang pendaratan skala besar yang akan datang pasukan Indonesia di pantai barat Bali. Pada 1 Juni 1946, Ngurah Rai memerintahkan seluruh unit yang dibentuknya untuk pindah ke bagian timur Bali tepatnya di wilayah [[Gunung Agung]]. Motivasi untuk keputusan ini masih belum sepenuhnya jelas dikarenakan Ngurah Rai tak mengumumkan rencana tindakan lebih lanjut,
Pawai sejauh 200 kilometer dari pasukan berkekuatan 1.500 orang melintasi hutan dan pegunungan, yang memakan waktu lebih dari sebulan dan disebut “Longmarch ke Gunung Agung” atau “Pawai Panjang ke Gunung Agung” dalam [[historiografi]] Indonesia, ternyata sangat sulit dilihat dari segi logistik dan organisasi. Selain itu, pawai tersebut dibarengi dengan rentetan bentrokan dengan pasukan Belanda yang intensitasnya semakin meningkat. Di kaki Gunung Agung, pasukan Ngurah Rai menjadi sasaran mortir dan serangan udara selama beberapa hari dari pesawat pengebom B-25 yang digunakan oleh Belanda. Setelah mencapai desa Tanah Aron di lereng barat gunung pada tanggal 7 Juni, mereka memasuki pertempuran dengan unit musuh yang berjumlah sekitar 200 orang.{{sfn|Santosa et al.|2012|p=181}}
|