I Gusti Ngurah Rai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 63:
Pada tanggal 13 Desember, sebuah detasemen Republik menyerang [[garnisun]] Jepang di Denpasar. Namun dalam bentrokan singkat, mereka menderita kerugian dan dibubarkan. Peran Ngurah Rai dalam peristiwa tersebut masih menjadi bahan perdebatan. Umpamanya, sejarawan [[Kanada]] Geoffrey Robinson, penulis studi fundamental tentang periode ini dalam sejarah Bali, percaya bahwa operasi militer ini dilakukan atas arahan gubernur Ketut Pudja dan oleh karena itu Ngurah Rai tidak bisa tidak berpartisipasi dalam persiapannya.{{sfn|Robinson|1998|p=118}} Sementara itu, [[wartawan]] Indonesia, [[Iwan Santosa]] dan Wenri Wanhar berdasarkan [[memoar]] pihak yang terlibat, sampai pada kesimpulan bahwa serangan terhadap garnisun Jepang di Denpasar adalah sikap sewenang-wenang yang dilakukan oleh aktivis gerakan pemuda yang bukan anggota pasukan Ngurah Rai.{{sfn|Santosa et al.|2012|p=48}}
 
Bagaimanapun, setelah peristiwa 13 Desember, sikap Jepang terhadap para pejuang Bali dan secara pribadi terhadap Ngurah Rai berubah secara dramatis menjadi bermusuhan. Mereka menangkap gubernur Ketut Pudja serta beberapa aktivis republik, dan juga melanjutkan patroli di wilayah, yang dulu dihentikan setelah pengumuman tindakan penyerahan Jepang. [[Negosiasi]] tentang transfer senjata ke utusan [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] terganggu.{{sfn|Robinson|1998|p=118}}
 
Peristiwa Denpasar meyakinkan Ngurah Rai akan kontraproduktifnya konfrontasi kuat dengan Jepang. Dia memerintahkan penarikan pasukan milisinya dari Denpasar dan pemukiman besar lainnya di Bali untuk menghindari bentrokan lebih lanjut dengan pasukan Jepang. Selain itu, ia berhasil mencegah salah satu pangeran Bali untuk menyatakan perang terhadap Jepang: Rai mendesaknya, seperti pendukung kemerdekaan lainnya, untuk menyelamatkan pasukan untuk melawan Belanda, yang pada saat itu telah mengumumkan niat mereka untuk mengembalikan [[Kolonialisme|koloni]] di bawah kendali mereka. Setelah itu, Ngurah Rai memutuskan untuk pergi ke [[Jawa|Pulau Jawa]] untuk bertemu Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat yang berlokasi di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], untuk meminta pasokan senjata kepada milisinya serta instruksi tentang cara melanjutkan kegiatannya. Bersama sekelompok kecil rekannya yang berpangkat perwira TKR seperti dirinya, ia meninggalkan Pulau Bali pada 1 Januari 1946.{{sfn|Robinson|1998|p=118}}