Adiwarman Karim: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
RushingBot (bicara | kontrib) |
Dasimarajo (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 20:
|website = [http://www.adiwarmankarim.com adiwarmankarim.com]
}}
'''Ir. Adiwarman Azwar Karim, SE., MBA., MAEP.''' ({{lahirmati|[[Jakarta]]|29|6|1963}}) adalah seorang ahli [[ekonomi syariah]] Indonesia. Saat ini, ia dipercaya sebagai Komisaris Utama [[Bank Syariah Indonesia]],<ref>[https://keuangan.kontan.co.id/news/hasil-rupslb-bris-adiwarman-karim-jadi-komut-dan-tgb-jadi-wakomut-bsi Hasil RUPSLB BRIS: Adiwarman Karim jadi Komut dan TGB jadi wakomut BSI]</ref> menjadi anggota [[Majelis Ulama Indonesia|Dewan Syariah Nasional MUI]]
Adiwarman mulai menggeluti kariernya di bidang perbankan syariah pada tahun 1992 sebagai staf litbang di [[Bank Muamalat Indonesia|Bank Muamalat]], setelah sebelumnya sempat bekerja sebagai pegawai di [[Badan Perencanaan Pembangunan Nasional]]. Pada tahun 1998, ia memimpin Bank Muamalat cabang Bandung dan merangkak naik menjadi Wakil Direktur Utama Muamalat Institute sampai ia memutuskan mengundurkan diri pada tahun 2001. Pada tahun 1999, ia bersama kurang lebih empat puluh lima tokoh dan cendekiawan Muslim Indonesia mendirikan
== Biografi ==
Adiwarman Karim lahir pada tanggal 29 Juni 1963 di [[Jakarta]] dari pasangan Azwar Karim dan Ida. Orangtuanya adalah [[perantau Minangkabau]] yang berasal dari [[Padang]], [[Sumatra Barat]]. Ia lahir dan dibesarkan dalam empat bersaudara. Semuanya laki-laki dan sarjana hukum, kecuali ia sendiri yang memilih menjadi sarjana ekonomi. Sejak kecil ia sudah dikenalkan dengan pendidikan agama. Ayahnya pada mulanya adalah seorang jaksa, tapi mengundurkan diri dan lebih memilih menjadi pengacara.{{sfn|Dahsyatnya Istikharah|pp=130}} Ayahnya merupakan pendiri [[firma]] hukum Karim Syah.
Meskipun dididik dalam lingkungan keluarga yang taat, ketika remaja, Adi sempat terseret pergaulan bebas. Ia lebih senang hura-hura dan disko ketimbang belajar atau mengaji. Meskipun bisa melewati jenjang sekolah menengah dengan baik, sikap suka hura-huranya tetap melekat hingga ia kuliah di [[Institut Pertanian Bogor]] (IPB). Ia masuk ke jurusan sosial ekonomi pada 1982. Namun, nilainya jeblok. Tahun berikutnya, ia berusaha melepaskan diri dari pergaulan teman-temannya, dengan menyibukkan diri. Ia mengambil kuliah lagi di [[Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia]] (UI) pada 1983. Pada tahun 1985, ayahnya meninggal akibat kanker yang dideritanya.{{sfn|Dahsyatnya Istikharah|pp=131}}
|