I Gusti Ngurah Rai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 39:
Setelah Jepang menguasai Bali, seperti seluruh Kepulauan Sunda Kecil, pulau tersebut ditempatkan pada zona pendudukan [[Armada Kedua (Angkatan Laut Kekaisaran Jepang)|Armada Kedua]]. Seperti banyak orang Indonesia, Ngurah Rai awalnya cukup setia kepada Jepang oleh karena harapan bahwa invasinya, yang mengganggu pemerintahan kolonial Belanda, akan memberi peluang untuk pembangunan negara yang lebih makmur dan menentukan nasib sendiri secara politik. Ia bergabung dengan cabang perusahaan transportasi Jepang [[Mitsui O.S.K. Lines|Mitsui Busan Kaisa]], yang dibuka di Bali. Di sana, ia mengatur pasokan beras dan barang-barang lainnya ke Jepang.{{sfn|Robinson|1998|p=90}}
Namun lama kelamaan, Ngurah Rai semakin yakin bahwa pendudukan Jepang hanya memperburuk keadaan penduduk Bali. Pada tahun 1944, Ngurah Rai makin mengecam penjajah. Ia bergabung dengan gerakan bawah tanah anti-Jepang yang mulai terbentuk di Bali selama periode ini dan mulai bekerja sama dengan dinas [[intelijen]] [[Sekutu Perang Dunia II|Sekutu]]. Dinas tersebut masih punya sejumlah agen rahasia di Hindia Belanda pada masa pendudukan Jepang. Ia menyamar sebagai kepala sel. Sel tersebut terdiri dari sebagian besar temannya dan mantan bawahannya dari Korps Prajoda. Banyak di antaranya juga bekerja di cabang lokal Mitsui Busan Kaisa. Ngurah Rai menyuplai sekutu dengan informasi tentang jadwal dan sifat muatan kapal transportasi Jepang. Pada suatu saat, dia dicurigai dan ditahan oleh polisi [[Angkatan Laut Jepang|angkatan laut Jepang]].
== Berpihak pada Pemerintah Republik Indonesia ==
|