Soreang, Bandung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 27:
===Masa Penjajahan Belanda===
Pada masa administrasi Belanda di Indonesia, Soreang merupakan salah satu dari 6 [[Kewedanaan]] yang berada dalam ruang lingkup pemerintahan Kabupaten Bandung. Soreang pada masa itu lebih dikenal dengan nama "Kopo". Kopo sendiri diambil dari nama salah satu desa di Kecamatan Soreang (kini masuk wilayah Kecamatan Kutawaringin) yang kelak kemudian dijadikan nama jalan yang membentang dari Kota Bandung sampai ke wilayah Soreang sekarang. Pada
===Masa Kemerdekaan===
Di masa Pegolakan Kemerdekaan, Soreang merupakan salah satu medan pertempuran yang cukup sengit. Kedatangan Pasukan [[Sekutu]] yang diboncengi [[Belanda]] ke Indonesia pasca proklamasi 17 Agustus 1945 memunculkan perlawanan sengit dari masyarakat Bandung dan sekitarnya sehingga lahirlah peristiwa [[Bandung Lautan Api]]. Berdasarkan kesepakatan para pejuang dan rakyat, Kota Bandung kemudian dibumihanguskan dan para pejuang mundur ke selatan ke seberang sungai Citarum untuk terus melakukan perlawanan secara gerilya. Pada waktu itu pemerintahan Kabupaten Bandung juga ikut mengungsi dan sempat berkedudukan di Soreang sebelum akhirnya terdesak kekuatan sekutu dan kembali mengungsi ke daerah lain.
Baris 33:
=== Menjadi Ibukota Kabupaten Bandung ===
Pada dekade 1970-an dengan semakin padatnya Kota Bandung dan tumpang tindihnya peranan Bandung sebagai 3 ibukota administrasi (Ibukota Provinsi, Ibukota Kabupaten, dan sebagai kota otonom) Pemerintah Kabupaten Bandung memutuskan untuk memindahkan ibukotanya ke luar Kota Bandung. Setelah melalui berbagai pertimbangan, dipilihlah [[Baleendah, Bandung|Baleendah]] sebagai calon ibukota yang baru. Pembangunan infrastruktur penunjang ibukota baru seperti pembuatan ruas jalan, Perkantoran, Gedung kejaksaan, Pengadilan Negeri, Gedung DPRD sebagian besar telah dikerjakan oleh Pemkab. Namun sayangnya pemindahan ibukota ini tidak dibarengi dengan kajian yang memadai dan koordinasi yang tidak berjalan baik dengan pemerintah pusat. Banjir besar pada awal tahun 1980-an membuka mata publik bahwa ibukota baru ini tidak aman dari bencana. Hal ini diperjelas dengan terbitnya Peraturan Pemerintah
== Geografi ==
|