Kesultanan Sambas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan IP LTA gambar rusak kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 3:
 
{{Infobox Former Country
| native_name = '''كسولتانن ملايو سمبس'''
| conventional_long_name = Kesultanan Sambas
| common_name = Kesultanan Sambas
| image_flag = Bendera kesultanan sambas.jpg
| image_coat = Logo kesultanan sambas.png
| symbol_type =
| p1 = Kesultanan Brunei
| p2 =
| s1 = Indonesia
| s2 =
| flag_p1 =
| flag_p2 =
| flag_s1 = Flag of Indonesia.svg
| year_start = 1671
| year_end = sekarang
| date_start =
| date_end =
|event1 event1 = [[Peristiwa Mandor]]
| date_event1 = 1944
| event_start = Didirikan
| event_end = Pembubaran Daerah Istimewa Kalimantan Barat
| image_map = Istana 100613-3106 sbs.jpg
| image_map_caption = Istana Alwatzikhubillah di [[Sambas]]
| capital = [[Sambas]]
| common_languages = [[Bahasa Melayu Sambas|Melayu Sambas]] (resmi)
| religion = [[Islam]]
| government_type = [[Monarki]] [[Kesultanan]]
| title_leader = Sultan
| leader1 = Sultan Muhammad Shafiuddin I
| year_leader1 = 1671-1682
| leader2 = Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin
| year_leader2 = 1931-1944
| leader3 = Sultan Muda Muhammad Tarhan
| year_leader3 = 2008-Sekarang
| currency =
| footnotes =
}}
'''Kesultanan Sambas''' adalah kesultanan yang terletak di wilayah pesisir utara [[Provinsi Kalimantan Barat]] atau wilayah barat laut [[Pulau Kalimantan]] dengan pusat pemerintahannya adalah di Kota [[Sambas]] sekarang. Kesultanan Sambas adalah penerus pemerintahan dari kerajaan-kerajaan Sambas sebelumnya. Kerajaan yang bernama "Sambas" di wilayah ini paling tidak telah berdiri dan berkembang sebelum abad ke-14 M sebagaimana yang tercantum dalam Kitab [[Negarakertagama]] karya [[Mpu Prapanca]]. Pada masa itu rajanya bergelar "Nek", salah satunya bernama Nek Riuh. Setelah masa Nek Riuh, pada sekitar abad ke-15 M muncul pemerintahan raja yang bernama Tan Unggal yang terkenal sangat kejam. Karena kekejamannya ini Raja Tan Unggal kemudian dikudeta oleh rakyat dan setelah itu selama puluhan tahun rakyat di wilayah Sungai Sambas ini tidak mau mengangkat raja lagi. Pada masa kekosongan pemerintahan di wilayah Sungai Sambas inilah kemudian pada awal abad ke-16 M ([[1530]]) datang serombongan besar orang-orang dari [[Pulau Jawa]] (sekitar lebih dari 500 orang) yaitu dari kalangan Bangsawan Kerajaan [[Majapahit]] yang masih beragama [[Hindu]], yaitu keturunan dari Raja Majapahit sebelumnya yang bernama Wikramawardhana.