Menjelang lulus kuliah, Akmal menemani seorang kakak kelas yang ingin melamar kerja di radio ''Radio ARH'' ([[Arif Rahman Hakim]]) milik pengusaha [[Fahmi Idris]]. (Sejak 2005 nama radio menjadi ARH Global Radio dan pada 2017 berubah lagi menjadi [[Global Radio]]) 88.4 FM.<ref>http://mncnetworks.com/index.php/radio-stations/detail/1/global-radio</ref> Ketika menunggu kawannya di lobi, Akmal disodori formulir pendaftaran oleh resepsionis dan diminta mengikuti wawancara juga. Tak dinyana, bukannya sang kakak kelas yang diterima melainkan justru Akmal yang dinyatakan lulus dan mendapat posisiditempatkan sebagai Assistant Program Director.
Direktur Utama Radio ARH adalah Zainal Abidin Suryokusumo (1939-2007), aktivis mahasiswa 1966 dan tokoh radio yang memiliki nama julukan sohor 'Bung Daktur'. <ref>http://bungdaktur-arh.blogspot.com/</ref> Bung Daktur kemudian mendirikan sindikasi radio ''Anggit Radio Nusantara'' (ARN), sindikasi radio nasional yang membuat aneka program siap putar bagi puluhan radio anggota sindikasidi se-Indonesiaseantero tanah air. Akmal ikut dalam gerbong karyawan yang meninggalkan ''ARH'' dan pindah ke ''ARN''.<ref>https://pantau.or.id/liputan/2003/01/centang-perenang-industri-radio/</ref>. Targetnya bukan untuk berkarier di dunia radio melainkan agar tetap punya pendapatan untuk membiayai kursus bahasa Jerman di [[Goethe-Institut]] Jakarta dan kursus bahasa Prancis di CCF (sekarang [[Institut Français Indonesia]]) Jakarta yang lumayan mahal untuk kantong mahasiswa bukan dari keluarga kaya. Dua bahasa asing itu diyakini Akmal akan dibutuhkandibutuhkannya untuk menambah bekal bagi keinginannyamimpinya menjadi jurnalis [[Tempo (majalah Indonesia)]] yang diincarnya.