Akmal Nasery Basral: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 42:
 
=== 1994-1998: Gatra ===
Namun saat dia usai diwisuda, ''Tempo'' sedang tak membuka lowongan jurnalis. Majalah berita mingguan itu justru membuka Program Pengembangan Pemasaran bagi sarjana baru. Akmal memutuskan melamar dan berhasillolos menjadiseleksi sebagai satu dari 25 orang yang lulusditerima saringan (dari 300-an pelamar dari seluruh Indonesia). Peserta yang diterima menjalani pelatihan khususintensif di Wisma Tempo Sirnagalih, [[Megamendung, Bogor]], [[Jawa Barat]] selama sepekan dalamdengan jadwal harian aneka topik promosi, pemasaran dan penjualan, juga pemahaman atas bisnis media cetak di Indonesia. Para mentor selain direksi dan para manajer TEMPO''Tempo'', juga praktisi dan akademisi kampus seperti [[Rhenald Kasali]] yang baru pulangmeraih gelar doktor dari AS. Usai pelatihan peserta disebar ke bagian iklan atau sirkulasi majalah-majalah grup TEMPO''Tempo'' yang saat itu memiliki cukup banyak media (''Forum Keadilan, Matra, Swa, Humor, Vista'', dan ''Aku Anak Saleh''). Akmal mendapat tugaspenempatan di ''Tempo'' sebagai ''account executive''. diDia majalahberencana jika ''Tempo'' membuka lowongan untuk reporter baru, maka akan mengikuti seleksi yang disyaratkan.
 
Baru tiga bulan dia bekerja, majalah''Tempo'' itu dibredeldiberedel [[Orde Baru]]. Perintah Presiden [[Soeharto]] berang membaca laporan utama korupsi impor 39 kapal perang bekas Jerman Timur yang menyinggung perandugaan keterlibatan anak emasnya, [[B.J. Habibie]] dalam skandal itu. <ref>https://nasional.tempo.co/read/458741/habibie-heboh-kapal-perang-jerman-dan-beredel</ref>. Bersama ''Tempo'' dibredeldiberedel juga majalah ''Editor'' dan tabloid ''Detik''.<ref>https://nasional.tempo.co/read/1474929/kronologi-pembredelan-majalah-tempo-editor-dan-detik-27-tahun-silam</ref>. Sebagian wartawan dan karyawan berinisiatif mendirikan majalah baru, [[Gatra]], yang beredar mulai 19 November 1994. Akmal ikut bergabung sebagai reporter di majalah yang dinakhodai wartawan senior [[Herry Komar]] mantan redaktur eksekutif TEMPO itu''Tempo''.<ref>http://koleksikemalaatmojo.blogspot.com/2011/07/majalah-lama-gatra-edisi-perdana.html</ref>.
 
April 1995 terjadi lonjakan 'manusia perahu' (pengungsi) dari [[Timor Timur]] (sekarang [[Timor Leste]]) ke [[Australia]].<ref>https://espace.curtin.edu.au/handle/20.500.11937/86770</ref>. Akmal mendapat tugas melakukan investigasi sekaligus tugasmerupakan liputan pertamanya ke luar negeri setelah lima bulan bekerja. Dia meliputmengumpulkan keinformasi di [[Melbourne]] dan [[Sydney]] melalui jaringan [[klandestin]] dan simpatisan [[Fretilin]] di kedua kota yang sulit menerimanya karena citra ''Gatra'' sebagai majalah yang pro-Soeharto. DiUntungnya di Melbourne dia berhasil bertemu seorang mantan pejabat protokol Gubernur Timor Timur [[José Abílio Osório Soares]] yang membelot dan bersedia membawa Akmal ke pertemuan tertutup komunitas mereka bahkan ke rumah pribadinya di kawasan Richmond yang antitak Indonesiajauh dari [[Stasiun kereta api Richmond, Melbourne]]. DiSementara di Sydney, Akmal mendapat bantuan dari Max Lane, penerjemah karya-karya [[Pramoedya Ananta Toer]],<ref>https://jakartaglobe.id/news/max-lane-not-get-lost-translating-pramoedya-ananta-toer</ref> yang memperkenalkannya dengan beberapa orang Timor Timur di kantor media ''Green Left''.
 
Saat liputan ke Australia, Akmal belum pernah mengunjungi provinsi ke-27 yang berjuluk Timor Loro Sa'e ("matahari terbit"). Baru dua tahun kemudian (1997) dia mendapat kesempatan menjejakkan kaki. Ketika itu suasana sudah begitu panas dan pengap dengan keinginan masyarakat untuk lepas dari Indonesia yang berujung pada [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999]] yang diawasi PBB. Dengan hasil referendum 80 persen masyarakat Timor Timur ingin berpisah, maka wilayah itu tak lagi bagian Indonesia dan menjadi negara merdeka dengan nama [[Timor Leste]].<ref>https://intisari.grid.id/read/032690242/timor-leste-lepas-dari-indonesia-pada-masa-pemerintahan-presiden-habibie-ternyata-ini-alasan-cerdas-presiden-ke-3-indonesia-biarkan-bumi-lorosae-merdeka-meski-s?page=all</ref>
 
Pengalaman liputan lain yang unikberkesan baginya adalah tugas liputan ke [[London]], [[Inggris]] di awal September 1997 untuk pemakaman Diana Spencer ([[Diana, Putri Wales]] yang tewas secara tragis di terowongan Place de L'Alma, [[Paris]], [[Prancis]].<ref>https://www.kompas.com/cekfakta/read/2022/09/06/160800382/pemakaman-putri-diana-kesedihan-dunia-dan-prosesi-yang-ditonton-2-5</ref>. Diana yang merupakan janda Pangeran Charles, saat itu sedang menjalani hubungan pribadi dengan [[Dodi al-Fayed]] dari keluarga miliuner al-Fayed.<ref>https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170901144039-277-238870/dodi-al-fayed-teman-kencan-pengantar-maut-putri-diana</ref>
 
Akibat sempitnya waktu persiapan liputan, staf sekretariat redaksi di Jakarta''Gatra'' tak bisa mencarikan kamar hotel di London yang sedang dibanjiri pelayat dari berbagai pelosok dunia.<ref>https://www.liputan6.com/global/read/2594876/6-9-1997-25-miliar-orang-saksikan-prosesi-pemakaman-putri-diana</ref>. Untungnya, sebelum terbang Akmal sempat melakukan reservasi online ke sebuah hotel kecil. Itudi pengalamankawasan pertamanyaKnightsbridge melakukantak reservasijauh internetdari termasuk[[Harrods]], mengunjungitoko Althorpserba Estateada kawasankelas pribadiatas milik keluarga Spenceral-Fayed. yangDalam menjadiliputan lokasiitu pemakamanAkmal Sangbukan Putrihanya danmeliputi perjuanganprosesi mencaripemakaman makamyang pacarmelintasi Diana,Hyde Park ([[DodiTaman al-FayedHyde, London]], diyang pemakamandisesaki Brookwoodpeziarah, [[Surrey]].juga Akmalmengunjungi adalahAlthorp satu-satuEstate wartawankawasan Indonesiapribadi yangkeluarga menemukanSpencer sebagai lokasi makampemakaman DodiDiana yangdan sangatke dirahasiakanpemakaman keluargaBrookwood, miliarder[[Surrey]], al-Fayedkuburan Dodi.
 
=== 1999-2001: Gamma, @-ha & Komunitasmusik.com ===