SeaWorld Ancol: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 32:
Display hall merupakan area pertama yang dikunjungi pengunjung setelah melewati pemeriksaan karcis. Pada ruang pamer seluas 1.000 m² ini terdapat 12 akuarium yang berisi ikan-ucan hias dari perairan Indonesia dan seldtarnya (tropical fish). Sebagian besar akuarium terletak di tepi bangunan. "Akuarium memang sengaja ditarik ke tepi luar garis bangunan, agar didapat ruang yang cukup luas untuk pergerakan lalu lintas dan kesempatan berkerumun di depan akuarium di area pamer (display hall)," jelas Heryani.
Food court, serta toko suvenir diletakkan di daerah lobi, di area yang sama dengan loket penjualan karcis. Kedua fungsi itu, sengaja ditempatkan di daerah pintu masuk untuk memberi kesempatan pengunjung yang belum membeli karcis untuk membeli suvenir atau makan. Selain itu, juga untuk memberi kemudahan bila ruang tersebut memerlukan perluasan.
Setelah melewati 12 buah akuarium, pengunjung akan sampai pada kolam sentuh (touch pool). Sesuai dengan namanya Taman Sahahat Laut, pada kolam yang ke dalamannya dangkal ini terdapat ikan-ikan yang bersahabat. Di kolam ini, anak-anak diberi kesempatan berinteraksi dengan cara kontak langsung dengan ikan. Sebagaimana pada akuarium, kolam sentuh ini juga dilengkapi dengan deskrispsi mengenai ikan yang ada di kolam. Sehingga anak-anak dapat membaca deskripsi sambil memegang ikan.
Baris 38:
Setelah kolam sentuh, pengunjung akan menjumpai atraksi utama yakni akuarium raksasa yang berisi ikan-ikan besar seperti ikan hiu, ikan pari raksasa, serta ikan-ikan hias penghuni samudera. Akuarium raksasa (main tank) berukuran 23 m x 37 m dengan volume air 5.000 m³ ini memiliki terowongan yang terbuat dari akrilik tembus pandang clear acrylic) setebal 62 mm. Lewat terowongan ini, pengunjung akan melihat ikan-ikan bergerak bebas di atas dan di sekeliling terowongan. Pengunjung di dalam terowongan itu, akan merasa seolah-olah berada di dasar laut. Suasana dasar akuarium itu persis seperti dasar laut karena adanya batu-batuan dan koral dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam. Ketinggian air di alcuarium itu 4,5 m dari dasar kolam.
Terowongan Antasena ini memiliki lebar 2 m dan dilengkapi dengan ban berjalan (travellator) selebar 1 m. Dengan begitu pengunjung punya pilihan, menjelajahi dasar laut dengan berdiri di atas ban berjalan atau berjalan kaki. Terowongan yang mengelilingi akuarium raksasa ini memiliki panjang sekitar 70 m. Selain melalui terowongan, ikan-ikan di dalam alcuarium itu juga bisa dilihat dari amphitheatre
Main tank ini terletak di bagian tengah, tidak jauh dari pintu keluar, mengingat akuarium itu merupakan atraksi puncak pada bangunan akuarium ini. Setelah melewati atraksi itu, pengunjung memang diusahakan dengan mudah mendapatkan pintu keluar sehingga kerumunan massa yang berlebihan. Pada keadaan yang tidak terlalu padat, jelas Yani, pengunjung dimungkinkan mengulang penjelajahannya dengan kembali mengitari ruang pamer (display hall) dan seterusnya. Hal itu dimungkinkan dengan membuka folding door yang merupakan penyekat antara ruang pamer dan hall akuarium raksasa dan amphitheatre.
Baris 54:
== Diperhitungkan sebagai ruang serbaguna ==
Menurut Heryani, selain sebagai sarana re-kreasi, bangunan akuarium ini juga diperhitungkan sebagai ruang serbaguna (function room). "Diluar jam operasi, bangunan akuarium ini dimungkinkan disewa untuk satu acara. Lay out ruang sudah diperhitungkan untuk hal itu," katanya. Panel pembatas antara ruang pamer dan area kolam sentuh dapat diangkat menggunakan movable partition — sehingga diperoleh satu ruang utuh yang cukup luas.
Bahan finishing bangunan yang dipergunakan sebagian besar menggunakan produksi lokal, seperti cat, keramik, fiber reinforced plastics (FRP) atau fiberglass, paving blok. Sedangkan yang merupakan produk impor antara lain akrilik, vynil tile, glass block. Fiberglass digunakan sebagai bahan penutup atap. Keputusan menggunakan bahan fiberglass, menurut Eddy, karena mereka harus menggunakan bahan yang tidak korosif, sementara pilihan untuk itu tidak banyak, hanya aluminium, stainless steel dan sirap. "Ketiga bahan itu, penampilannya tidak sesuai dengan konsep bangunan, karena itu kemudian dicoba menggunakan fiberglass. Bahan yang juga digunakan untuk dome masjid Istiqlal," ujar Eddy yang mendapat informasi mengenai fiberglass ini dari orang yang melaksanalcan dome Istiqlal. Fiberglass ini digunakan untuk melapisi plywood yang merupakan bahan penutup atap. Jadi fiber itu, selain memiliki fungsi estetika juga sebagai waterproofing. Selain murah dan sederhana teknik pelaksanaannya, keuntungan lain fiberglass ini, menurut Eddy, warnanya tidak terbatas sehingga dapat menyesuaikan dengan konsep penampilan bangunan. "Untuk bangunan rekreasi semacam ini, kita memang harus banyak improvisasi, " tegas Eddy.
|