Hadis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Litha Bima (bicara | kontrib)
k kata Hadis jika ditelisik dari Transliterasi Bhasa Arab Indo itu salah penulisannya. makanya saya menyunting bagian kata Hadis menjadi Hadits sesuai dengan transliterasi arab Indo
Tag: Dikembalikan VisualEditor
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
k Suntingan Litha Bima (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Sir Hobler
Tag: Pengembalian pranala ke halaman disambiguasi
Baris 2:
{{Ensiklopedia Islam|Sumber hukum dan ajaran}}
{{Ushul fiqih|sumber}}
'''HaditsHadis''' ({{lang-ar|الحديث|lit=berbicara, perkataan, percakapan|translit=hadist}}, [[KBBI|ejaan KBBI]]: '''Haditshadis''', {{audio|Hadith Nabawi Arabic pronunciation.ogg|dengarkan}}), disebut juga '''sunnah''', adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari [[Nabi Muhammad]] yang dijadikan landasan [[syariat Islam]]. HaditsHadis dijadikan sumber hukum Islam selain [[al-Qur'an]], dalam hal ini kedudukan Haditshadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur'an.
 
== Etimologi ==
HaditsHadis secara [[harfiah]] berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam terminologi [[Islam]] istilah Haditshadis berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari [[Nabi Muhammad]].
Menurut istilah ulama ahli Haditshadis,{{who}} Haditshadis yaitu apa yang diriwayatkan dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapannya ({{lang-ar|تقرير|translit=taqrīr}}), sifat jasmani atau sifat akhlak, perjalanan setelah diangkat sebagai Nabi ({{lang-ar|بعثة|tranlit=bi'tsah}}) dan terkadang juga sebelumnya, sehingga arti Haditshadis di sini semakna dengan [[sunnah]].
 
Kata Haditshadis yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan [[Sunnah]], maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari [[Muhammad|Nabi Muhammad]] {{saw}} yang dijadikan ketetapan ataupun [[Hukum Islam|hukum]].<ref name="H-EoI">"Hadith," ''Encyclopedia of Islam.''</ref> Kata Haditshadis itu sendiri adalah bukan kata infinitif,<ref>Lisan al-Arab, by Ibn Manthour, vol. 2, pg. 350; Dar al-Hadith edition.</ref> maka kata tersebut adalah kata benda.<ref>''al-Kuliyat'' by Abu al-Baqa’ al-Kafawi, pg. 370; Al-Resalah Publishers. This last phrase is quoted by al-Qasimi in Qawaid al-Tahdith, pg. 61; Dar al-Nafais.</ref>
 
== Struktur Haditshadis ==
Secara struktur Haditshadis terdiri atas dua komponen utama yakni '''sanad/isnad''' (rantai penutur) dan '''matan''' (redaksi).
:Contoh: ''Musaddad mengabari bahwa Yahya menyampaikan sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah {{saw}} bahwa dia bersabda: "Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri" (Haditshadis riwayat [[Bukhari]])''
 
=== Sanad ===
Sanad ialah rantai penutur/''rawi'' (periwayat) Haditshadis. Rawi adalah masing-masing orang yang menyampaikan Haditshadis tersebut (dalam contoh di atas: Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu'bah, Qatadah dan Anas). Awal sanad ialah orang yang mencatat Haditshadis tersebut dalam bukunya (kitab Haditshadis); orang ini disebut ''mudawwin'' atau ''mukharrij''. Sanad merupakan rangkaian seluruh penutur itu mulai dari ''mudawwin'' hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh sebelumnya maka sanad Haditshadis bersangkutan adalah
:''Al-Bukhari --> Musaddad --> Yahya --> Syu’bah --> Qatadah --> Anas --> Nabi Muhammad {{saw}}''
Sebuah Haditshadis dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/rawi yang bervariasi dalam lapisan sanadnya; lapisan dalam sanad disebut dengan ''thabaqah''. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan derajat Haditshadis tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi Haditshadis.
 
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Haditshadis terkait dengan sanadnya ialah:
* Keutuhan sanadnya
* Jumlahnya
* Perawi akhirnya
 
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam. Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip Haditshadis-Haditshadis nabawi.
 
:'''Rawi'''
 
:Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan suatu Haditshadis. Sifat-sifat rawi yang ideal adalah:
:* Bukan pendusta atau tidak dituduh sebagai pendusta
:* Tidak banyak salahnya
Baris 37:
:* Kuat ingatannya (hafalannya)
:* Tidak sering bertentangan dengan rawi-rawi yang kuat
:* Sekurangnya dikenal oleh dua orang ahli Haditshadis pada jamannya.
 
:Sifat-sifat para rawi ini telah dicatat dari zaman ke zaman oleh ahli-ahli Haditshadis yang semasa, dan disalin dan dipelajari oleh ahli-ahli Haditshadis pada masa-masa yang berikutnya hingga ke masa sekarang. Rawi yang tidak ada catatannya dinamakan ''maj'hul'', dan Haditshadis yang diriwayatkannya tidak boleh diterima.
 
Dalam buku terjemahan bahasa indonesia sering dijumpai singkatan HR yang merupakan kepanjangan dari HaditsHadis Riwayat. Sehingga HR. Bukhari bermakna Haditshadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
 
=== Matan ===
Matan ialah redaksi dari Haditshadis, dari contoh sebelumnya maka matan Haditshadis bersangkutan ialah:
:''"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia [[cinta]] untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri"''
 
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami Haditshadis ialah:
* Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
* Matan Haditshadis itu sendiri dalam hubungannya dengan Haditshadis lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).
 
== Klasifikasi Haditshadis ==
HaditsHadis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (rawi) serta tingkat keaslian Haditshadis (dapat diterima atau tidaknya Haditshadis bersangkutan).
 
=== Berdasarkan ujung sanad ===
Berdasarkan klasifikasi ini Haditshadis dibagi menjadi 3 golongan yakni ''’[[Marfu]]'' (terangkat), ''mauquf'' (terhenti) dan ''maqthu’''(terputus):
* ''HaditsHadis Marfu’'' adalah Haditshadis yang sanadnya berujung langsung pada Nabi [[Muhammad]] {{saw}} (contoh: Haditshadis di atas)
* ''HaditsHadis Mauquf'' adalah Haditshadis yang sanadnya terhenti pada para [[sahabat nabi]] tanpa ada tanda-tanda baik secara perkataan maupun perbuatan yang menunjukkan derajat marfu'. Contoh: [[Imam Bukhari|Al Bukhari]] dalam kitab ''Al-Fara'id'' (hukum waris) menyampaikan bahwa [[Abu Bakar]], Ibnu Abbas dan Ibnu Al-Zubair mengatakan: "Kakek adalah (diperlakukan seperti) ayah". Pernyataan dalam contoh itu tidak jelas, apakah berasal dari Nabi atau sekadar pendapat para sahabat. Namun jika ekspresi yang digunakan sahabat adalah seperti "Kami diperintahkan..", "Kami dilarang untuk...", "Kami terbiasa... jika sedang bersama Rasulullah", maka derajat Haditshadis tersebut tidak lagi mauquf melainkan setara dengan marfu'.
* ''HaditsHadis Maqthu’'' adalah Haditshadis yang sanadnya berujung pada para [[tabi'in]] (penerus) atau sebawahnya. Contoh Haditshadis ini adalah: [[Imam Muslim]] meriwayatkan dalam pembukaan sahihnya bahwa [[Ibnu Sirin]] mengatakan: "Pengetahuan ini (Haditshadis) adalah agama, maka berhati-hatilah kamu darimana kamu mengambil agamamu".
Keaslian Haditshadis yang terbagi atas golongan ini sangat bergantung pada beberapa faktor lain seperti keadaan rantai sanad maupun penuturnya. Namun klasifikasi ini tetap sangat penting mengingat klasifikasi ini membedakan ucapan dan tindakan Rasulullah {{saw}} dari ucapan para sahabat maupun tabi'in di mana hal ini sangat membantu dalam area perkembangan dalam fikih (Suhaib Hasan, ''Science of HaditsHadis'').
 
=== Berdasarkan keutuhan rantai/lapisan sanad ===
Berdasarkan klasifikasi ini Haditshadis terbagi menjadi beberapa golongan yakni ''Musnad'', ''Mursal'', ''Munqathi’'', ''Mu’allaq'', ''Mu’dlal'' dan ''Mudallas''. Keutuhan rantai sanad maksudnya ialah setiap penutur pada tiap tingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi untuk mendengar dari penutur di atasnya.
:Ilustrasi sanad: ''Pencatat Haditshadis > Penutur 5> Penutur 4> Penutur 3 ([[tabi'ut tabi'in]]) > Penutur 2 ([[tabi'in]]) > Penutur 1 (para [[sahabat nabi|shahabi]]) > [[Rasulullah]]''
* ''HaditsHadis Musnad''. Sebuah Haditshadis tergolong musnad apabila urutan sanad yang dimiliki Haditshadis tersebut tidak terpotong pada bagian tertentu. Urut-urutan penutur memungkinkan terjadinya penyampaian Haditshadis berdasarkan waktu dan kondisi, yakni rawi-rawi itu memang diyakini telah saling bertemu dan menyampaikan Haditshadis. HaditsHadis ini juga dinamakan ''muttashilus sanad'' atau ''maushul''.
* ''HaditsHadis Mursal'', bila penutur 1 tidak dijumpai atau dengan kata lain seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah {{saw}} (contoh: seorang tabi'in (penutur 2) mengatakan "Rasulullah berkata..." tanpa ia menjelaskan adanya sahabat yang menuturkan kepadanya).
* ''HaditsHadis Munqathi’'', bila sanad putus pada salah satu penutur, atau pada dua penutur yang tidak berturutan, selain shahabi.
* ''HaditsHadis Mu’dlal'', bila sanad terputus pada dua generasi penutur berturut-turut.
* ''HaditsHadis Mu’allaq'', bila sanad terputus pada penutur 5 hingga penutur 1, alias tidak ada sanadnya. Contoh: ''"Seorang pencatat Haditshadis mengatakan, telah sampai kepadaku bahwa Rasulullah mengatakan...."'' tanpa ia menjelaskan sanad antara dirinya hingga Rasulullah.
* ''HaditsHadis Mudallas'', bila salah satu rawi mengatakan "..''si A berkata'' .." atau "''HaditsHadis ini dari si A''.." tanpa ada kejelasan "..''kepada saya''.."; yakni tidak tegas menunjukkan bahwa Haditshadis itu disampaikan kepadanya secara langsung. Bisa jadi antara rawi tersebut dengan si A ada rawi lain yang tidak terkenal, yang tidak disebutkan dalam sanad. HaditsHadis ini disebut juga Haditshadis yang disembunyikan cacatnya karena diriwayatkan melalui sanad yang memberikan kesan seolah-olah tidak ada cacatnya, padahal sebenarnya ada, atau Haditshadis yang ditutup-tutupi kelemahan sanadnya.
 
=== Berdasarkan jumlah penutur ===
Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam tiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad Haditshadis tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini Haditshadis dibagi atas ''Haditshadis mutawatir'' dan ''Haditshadis ahad''.
* ''HaditsHadis Mutawatir'', adalah Haditshadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang dari beberapa sanad dan tidak terdapat kemungkinan bahwa mereka semua sepakat untuk berdusta bersama akan hal itu. Jadi Haditshadis mutawatir memiliki beberapa sanad dan jumlah penutur pada tiap lapisan generasi (thaqabah) berimbang. Para [[ulama]] berbeda pendapat mengenai jumlah sanad minimum Haditshadis mutawatir (sebagian menetapkan 20 dan 40 orang pada tiap lapisan sanad). HaditsHadis mutawatir sendiri dapat dibedakan antara dua jenis yakni mutawatir ''lafzhy'' (lafaz redaksional sama pada tiap riwayat) dan ''ma’nawy'' (pada redaksional terdapat perbedaan namun makna sama pada tiap riwayat)
* ''HaditsHadis Ahad'', Haditshadis yang diriwayatkan oleh sekelompok orang namun tidak mencapai tingkatan mutawatir. HaditsHadis ahad kemudian dibedakan atas tiga jenis antara lain:
** ''Gharib'', bila hanya terdapat satu jalur sanad (pada salah satu lapisan terdapat hanya satu penutur, meski pada lapisan lain mungkin terdapat banyak penutur)
** ''Aziz'', bila terdapat dua jalur sanad (dua penutur pada salah satu lapisan, pada lapisan lain lebih banyak)
** ''Masyhur'', bila terdapat lebih dari dua jalur sanad (tiga atau lebih penutur pada salah satu lapisan, dan pada lapisan lain lebih banyak) namun tidak mencapai derajat mutawatir. Dinamai juga ''Haditshadis mustafidl''.
 
=== Berdasarkan tingkat keaslian Haditshadis ===
Kategorisasi tingkat keaslian Haditshadis adalah klasifikasi yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan terhadap Haditshadis tersebut. Tingkatan Haditshadis pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni shahih, hasan, dla'if dan maudlu'.
* ''[[Hadis Shahih|HaditsHadis Sahih]]'', yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu Haditshadis. HaditsHadis shahih memenuhi persyaratan sebagai berikut:
*# Sanadnya bersambung (lihat HaditsHadis Musnad di atas);
*# Diriwayatkan oleh para penutur/rawi yang adil, memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga ''muruah''(kehormatan)-nya, dan kuat ingatannya.
*# Pada saat menerima Haditshadis, masing-masing rawi telah cukup umur (''baligh'') dan beragama Islam.
*# Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (''syadz'') serta tidak ada sebab tersembunyi atau tidak nyata yang mencacatkan Haditshadis (''’illat'').
* ''[[Hadis Hasan|Hadits Hasan]]'', bila Haditshadis yang tersebut sanadnya bersambung, tetapi ada sedikit kelemahan pada rawi(-rawi)nya; misalnya diriwayatkan oleh rawi yang adil namun tidak sempurna ingatannya. Namun matannya tidak syadz atau cacat.
* ''[[Hadis Dhaif|Hadits Dhaif]]'' (lemah), ialah Haditshadis yang sanadnya tidak bersambung (dapat berupa Haditshadis mauquf, maqthu’, mursal, mu’allaq, mudallas, munqathi’ atau mu’dlal), atau diriwayatkan oleh orang yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, atau mengandung kejanggalan atau cacat.
* ''[[Hadis Maudlu’|Hadits Maudlu’]]'', bila Haditshadis dicurigai palsu atau buatan karena dalam rantai sanadnya dijumpai penutur yang dikenal sebagai pendusta.
 
=== Jenis-jenis lain ===
Adapun beberapa jenis Haditshadis lainnya yang tidak disebutkan dari klasifikasi di atas antara lain:
* ''HaditsHadis Matruk'', yang berarti Haditshadis yang ditinggalkan yaitu Haditshadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang rawi saja dan rawi itu dituduh berdusta.
* ''HaditsHadis Mungkar'', yaitu Haditshadis yang hanya diriwayatkan oleh seorang rawi yang lemah yang bertentangan dengan Haditshadis yang diriwayatkan oleh rawi yang tepercaya/jujur.
* ''HaditsHadis Mu'allal'', artinya Haditshadis yang dinilai sakit atau cacat yaitu Haditshadis yang di dalamnya terdapat cacat yang tersembunyi (''’illat''). Menurut [[Ibnu Hajar Al Atsqalani]] bahwa Haditshadis Mu'allal ialah Haditshadis yang tampaknya baik tetapi setelah diselidiki ternyata ada cacatnya. HaditsHadis ini biasa juga disebut Haditshadis Ma'lul (yang dicacati) dan disebut Haditshadis Mu'tal (Haditshadis sakit atau cacat).
* ''HaditsHadis Mudlthorib'', artinya Haditshadis yang kacau yaitu Haditshadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi melalui beberapa sanad dengan matan (isi) kacau atau tidak sama atau bahkan kontradiksi dengan yang dikompromikan
* ''HaditsHadis Maqlub'', yakni Haditshadis yang terbalik yaitu Haditshadis yang diriwayatkan oleh rawi yang dalamnya tertukar dengan mendahulukan yang belakang atau sebaliknya, baik dalam hal matan (isi) atau sanad (silsilah)
* ''HaditsHadis Gholia'', yaitu Haditshadis yang terbalik sebagian lafalnya hingga pengertiannya berubah
* ''HaditsHadis Mudraj'', yaitu Haditshadis yang mengalami penambahan isi oleh rawi, misalnya penjelasan-penjelasan yang bukan berasal dari Nabi {{saw}}
* ''HaditsHadis Syadz'', Haditshadis yang jarang yaitu Haditshadis yang diriwayatkan oleh rawi yang tepercaya namun bertentangan dengan Haditshadis lain yang diriwayatkan dari rawi-rawi yang lain. HaditsHadis syadz bisa jadi berderajat shahih, akan tetapi berlawanan isi dengan Haditshadis shahih yang lebih kuat sanadnya. HaditsHadis yang lebih kuat sanadnya ini dinamakan ''HaditsHadis Mahfuzh''.
 
== Sejarah Perkembangan HaditsHadis ==
Sejarah perkembangan Haditshadis merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh Haditshadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi ke generasi. Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui Haditshadis sejak masa timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW. meneliti dan membina Haditshadis, serta segala hal yang memengaruhi Haditshadis tersebut. Para ulama Muhaditsin membagi sejarah Haditshadis dalam beberapa periode. Adapun para ulama penulis sejarah Haditshadis berbeda-beda dalam membagi periode sejarah Haditshadis. Ada yang membagi dalam tiga periode, lima periode, dan tujuh periode.<ref name=":0">{{Cite book|last=Agus Solahudin, Suyadi|first=M., Agus|date=2008|title=Ulumul Hadis|location=Bandung|publisher=Pustaka Setia|isbn=978-979-730-938-1|url-status=live}}</ref>
 
M. Hasbi Asy-Shidieqy membagi perkembangan Haditshadis menjadi tujuh periode, sejak periode Nabi SAW. hingga sekarang, yaitu sebagai berikut.
 
=== Periode Pertama: Perkembangan HaditsHadis pada Masa Rasulullah SAW. ===
Periode ini disebut 'Ashr Al-IWahyi wa At-Taqwin' (masa turunnya wahyu) dan pembentukan masyarakat Islam). Pada periode inilah, Haditshadis Iahir berupa sabda (aqteal), af'al, dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan Al-Quran untuk menegakkan syariat Islam dan membentuk masyarakat Islam. Para sahabat menerima Haditshadis secara langsung dan tidak langsung. Penerimaan secara langsung misalnya saat Nabi SAW. memberi ceramah, pengajian, khotbah, atau penjelasan terhadap pertanyaan para sahabat. Adapun penerimaan secara tidak langsung adalah mendengar dari sahabat yang lain atau dari utusan-utusan, baik dari utusan yang dikirim oleh Nabi ke daerah-daerah atau utusan daerah yang datang kepada Nabi. Pada masa Nabi SAW., kepandaian baca tulis di kalangan para sahabat sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis di kalangan sahabat masih kurang, Nabi menekankan untuk menghapal, memahami, memelihara, mematerikan, dan memantapkan Haditshadis dalam amalan sehari-hari, serta mentabligkannya kepada orang lain.<ref name=":0" />
 
Tidak ditulisnya Haditshadis secara resmi pada masa Nabi bukan berarti tidak ada sahabat yang menulis Haditshadis. Dalam sejaah pcnulisan Haditshadis terdapat nama-nama sahabat yang menulis Haditshadis, di antaranya:
 
# 'Abdullah Ibn Amr Ibn 'Ash, shahifah-nya disebut AshShadiqah.
# Ali Ibn Abi Thalib, penulis Haditshadis tentang hukum diyat, hukum keluarga, dan lain-lain.
# Anas Ibn Malik.
 
Di samping itu, ketika Nabi SAV. menyelenggarakan dakwah dan pembinaan umat, beliau sering mengirimkan surat-surat seruan pemberitahuan, antara lain kepada para pejabat di daerah dan surat tentang seruan dakwah İslamiyah kepada para raja dan kabilah, baik di timur, utara, dan barat. Surat-surat tersebut merupakan koleksi Haditshadis juga. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa pada masa Nabi SAW. telah dilakukan penulisan Haditshadis di kalangan sahabat.
 
=== Periode Kedua: Perkembangan HaditsHadis pada Masa Khulafa' ArRasyidin (11 H - 40 H) ===
Periode ini disebut 'Ashr-At-Tatsabbut wa Al-lqlal min AlRizvaya/ı (masa membatasi dan menyedikitkan riwayat). Nabi SAW. wafat pada tahun 1 1 H. Kepada umatnya, beliau meninggalkan dua pegangan sebagai dasar bagi pedoman hidup, yaitu Al-Quran dan Haditshadis (As-Sunnah) yang harus dipegangi dalam seluruh aspek kehidupan umat. Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan Haditshadis tersebar secara terbatas. Penulisan Haditshadis pun masih terbatas dan belum dilakukan secara resmi. Bahkan, pada masa itu, Umar melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan Haditshadis, dan sebaliknya, Umar menekankan agar para sahabat mengerahkan perhatiannya untuk menyebarluaskan Al-Quran.<ref name=":0" />
 
Dalam praktiknya, ada dua sahabat yang meriwayatkan Haditshadis, yakni:
 
# Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari Nabi SAV. yang mereka hapal benar lafazh dari Nabi.
# Dengan maknanya saja, yakni mereka meriwayatkan maknanya karena tidak hapal lafazh asli dari Nabi SAW.
# Pada masa ini, Khalifah Umar mempunyai gagasan untuk membukukan Haditshadis, namun maksud tersebut diurungkan setelah beliau melakukan shalat istikharah.<ref name=":0" />
 
=== Periode Ketiga: Perkembangan pada Masa Sahabat Kecil dan Tabi'in ===
Periode ini disebut 'Ashr Intisyar al-Riwayah ila Al-Amshar (masa berkembang dan meluasnya periwayatan Haditshadis). Pada masa ini, daerah Islam sudah meluas, yakni ke negeri Syatn, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan pada tahun 93 H, meluas sampai ke Spanyol. Hal ini bersamaan dengan berangkatnya para sahabat ke daerahdaerah tersebut, terutama dalam rangka tugas memangku jabatan pemerintahan dan penyebaran ilmu Haditshadis.
 
Para sahabat kecil dan tabiin yang ingin mengetahui Haditshadis-Haditshadis Nabi SAW. diharuskan berangkat ke seluruh pelosok wilayah Daulah Islamiyah untuk menanyakan Haditshadis kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar di wilayah tersebut. Dengan demikian, pada masa ini, di samping tersebarnya periwayatan Haditshadis ke pelosokpelosok daerah Jazirah Arab, perlawatan untuk mencari Haditshadis pun menjadi ramai.<ref name=":0" />
 
Karena meningkatnya periwayatan Haditshadis, muncullah bendaharawan dan lembaga-lembaga (Centrum Perkembangan) Haditshadis di berbagai daerah di seluruh negeri. Di antara bendaharawan Haditshadis yang banyak menerima, menghapal, dan mengembangkan atau meriwayatkan Haditshadis adalah:
 
# Abu Hurairah, menurut Ibn Al-Jauzi, beliau meriwayatkan 5.374Hadits374hadis, sedangkan menurut Al-Kirmany, beliau meriwayatkan 5.364 Haditshadis.
# 'Abdullah Ibn Umar meriwayatkan 2.630 Haditshadis.
# 'Aisyah, istri Rasul SAW. meriwayatkan 2.276 Haditshadis.
# 'Abdullah Ibn 'Abbas meriwayatkan 1.660 Haditshadis.
# Jabir Ibn 'Abdullah meriwayatkan 1.540 Haditshadis.
# Abu Sa'id Al-Khudri meriwayatkan 1.170 Haditshadis.<ref name=":0" />
 
Adapun lembaga-lembaga Haditshadis yang menjadi pusat bagi usaha penggalian, pendidikan, dan pengembangan Haditshadis terdapat di:<ref name=":0" />
 
# Madinah, dengan tokoh-tokohnya: Abu Bakar, Umar, Ali, Abu Hurairah, 'Aisyah, Ibn Umar, Sa'id Al-Khudri, Zaid Ibn Tsabit (dari kalangan sahabat), 'Urwah, Sa'id Az-Zuhri, 'Abdullah Ibn Umar, Al-Qasim Ibn Muhammad Ibn Abi Bakar, Nafi', Abu Bakar Ibn Abd Ar-Rahman Ibn Hisyam, dan Abu Zinad (dari kalangan tabiin).
# MekkahMekah, dengan tokoh-tokohnya: Ali, 'Abdullah Ibn Mas'ud, Sa'ad Ibn Abi Waqas, Sa'id Ibn Zaid, Khabbah Ibn Al-Arat, Salman Al-Farisi, Abu Juhaifah (sahabat), Masruq, Ubaididah, Al-Aswad, Syuraih, Ibrahim, Sa'id Ibn Jubair, Amir Ibn Syurahil, Asy-Sya'bi (tabiin).
# Bashrah, dengan tokoh-tokohnya: Anas Ibn Malik, 'Utbah, Imran Ibn Husain, Abu Barzah, Ma'qil Ibn Yasar, Abu Bakrah, Abd Ar-Rahman Ibn Sumirah, 'Abdullah Ibn Syikhkhir, Jariyah Ibn Qudamah (sahabat), Abu al-Aliyah, Rafi' Ibn Mihram Al-Riyahi, Al-Hasan Al-Bishri, Muhammad Ibn Sirin, Abu Sya'tsa, Jabir Ibn Zaid, Qatadah, Mutharraf Ibn 'Abdullah Ibn Syikhkhir, Abu Bardah Raja' Ibn Abi Musa (tabiin).
# Syam, dengan tokoh-tokohnya: Mu'adz Ibn Jabbal, Ubaidah Ibn Tsamit, Abu Darda (sahabat), Abu Idris al-Khaulani, Qasibah Ibn Dzuaib, Makhul, Raja' Ibn Haiwah (tabiin).
# Mesir, dengan tokoh-tokohnya: 'Abdullah Ibn Amr, Uqbah Ibn Amir, Kharijah Ibn Hudzaifah, 'Abdullah Ibn Harits, Abu Basyrah, Abu Saad al-Khair, Martsad al-Yaziri, Yazid Ibn Abi Habib (tabi'in).<ref name=":0" />
 
Pada periode ketiga ini mulai muncul usaha pemalsuan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini terjadi setelah wafatnya Ali r.a. Pada masa ini, umat Islam mulai terpecah-pecah menjadi beberapa golongan: Pcrtcuna, golongan 'Ali Ibn Abi Thalib, yang kemudian dinamakan golongan Syi'ah. Kedua, golongan khawarij, yang menentang 'Ali, dan golongan Mu'awiyah, dan ketiga, golongan jumhur (golongan pemerintah pada masa itu). Terpecahnya umat Islam tersebut, memacu orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk mendatangkan keterangan-keterangan yang berasal dari Rasulullah SAW. untuk mendukung golongan mereka. Oleh sebab itulah, mereka membuat Haditshadis palsu dan menyebarkannya kepada masyarakat.<ref name=":0" />
 
=== Periode Keempat: Perkembangan HaditsHadis pada Abad II dan III Hijriah ===
Periode ini disebut Ashr Al-Kitabah tva Al- Tadwin (masa penulisan dan pembukuan). Maksudnya, penulisan dan pembukuan secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah. Adapun kalau secara perseorangan, sebelum abad Il H Haditshadis sudah banyak ditulis, baik pada masa tabiin, sahabat kecil, sahabat besar, bahkan masa Nabi SAW. Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal abad ke-2 H, yakni pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Azis tahun 101 H. Sebagai khalifah, Umar Ibn Aziz sadar bahwa para perawi yang menghimpun Haditshadis dalam hapalannya semakin banyak yang meninggal. Beliau khawatir apabila tidak membukukan dan mengumpulkan dalam buku-buku Haditshadis dari para perawinya, ada kemungkinan Haditshadis-Haditshadis tersebut akan lenyap dari permukaan burni bersamaan dengan kepergian para penghapalnya ke alam barzakh.<ref name=":0" />
 
Untuk mewujudkan maksud tersebut, pada tahun 100 H, Khalifah meminta kepada Gubernur Madinah, Abu Bakr Ibn Muhammad Ibn Amr Ibn Hazmin (120 H) yang menjadi guru Ma'mar Al-Laits, AlAuza'i, Malik, Ibnu Ishaq, dan Ibnu Abi Dzi'bin untuk membukukan Haditshadis Rasul yang terdapat pada penghapal wanita yang terkenal, yaitu Amrah binti Abdir Rahman Ibn Sa'ad Ibn Zurarah Ibn 'Ades, seorang ahli fiqh, murid 'Aisyah r.a. (20 H/642 M - 98 H/716 M atau 106 H/ 724 M), dan Haditshadis-Haditshadis yang ada pada Al-Qasim Ibn Muhammad Ibn Abi Bakr Ash-Shiddieq (107 H/725 M), seorang pemuka tabiin dan salah seorang fuqaha Madinah yang tujuh.<ref name=":0" />
 
Di samping itu, Umar mengirimkan surat-surat kepada gubernur yang ada di bawah kekuasaannya untuk membukukan Haditshadis yang ada pada ulama yang tinggal di wilayah mereka masing-masing. Di antara ulama besar yang membukukan Haditshadis atas kemauan Khalifah adalah Abu Bakr Muhammad Ibn Muslim ibn Ubaidillah Ibn Syihab AzZuhri, seorang tabiin yang ahli dalam urusan fiqh dan Haditshadis. 16 Beliau adalah guru Malik, Al-Auza'i, Ma'mar, Al-Laits, Ibnu Ishaq, dan Ibnu Abi Dzi'bin. Mereka inilah ulama yang mula-mula membukukan Haditshadis atas anjuran Khalifah.<ref name=":0" />
 
Kitab Haditshadis yang ditulis oleh Ibnu Hazm, yang merupakan kitab Haditshadis pertama yang ditulis atas perintah kepala negara, tidak sampai kepada kita, dan kitab itu tidak membukukan seluruh Haditshadis yang ada di Madinah. Pembukuan seluruh Haditshadis yang ada di Madinah dilakukan oleh Imam Muhammad Ibn Muslim Ibn Syihab Az-Zuhri, yang memang terkenal sebagai seorang ulama besar dari ulama-ulama Haditshadis pada masanya. Setelah itu, para ulama besar berlomba-lomba membukukan Haditshadis atas anjuran Abu 'Abbas As-Saffah dan anak-anaknya dari khalifah-khalifah 'Abbasiyah. Akan tetapi, tak dapat diketahui lagi siapakah ulama yang mula-mula membukukan Haditshadis sesudah AzZuhri karena ulama-ulama yang datang sesudah Az-Zuhri seluruhnya hidup pada satu zaman.<ref name=":0" />
 
Sekalipun demikian, yang dapat ditegaskan sejarah sebagai pengumpul Haditshadis adalah:<ref name=":0" />
 
# Pengumpul pertama di kota MekkahMekah, Ibnu Juraij (80 - 150 H)
# Pengumpul pertama di kota Madinah, Ibnu Ishaq (w. 150 H)
# Pengumpul pertama di kota Bashrah, Al-Rabi' Ibn Shabih (w. 160 H)
Baris 172:
# Pengumpul pertama di Mesir, Al-Laits Ibn Sa'ad (w. 175 H).
 
Semua ulama yang membukukan Haditshadis ini terdiri dari ahli-ahli pada abad kedua Hijriah.
 
Kitab Az-Zuhri dan Ibnu Juraij itu tidak diketahui rimbanya sekarang. Adapun kitab yang paling tua yang ada di tangan umat Islam dewasa ini adalah Al-Muwaththa' susunan Imam Malik. Kitab ini disusun atas permintaan Khalifah Al-Mansur ketika ia menunaikan ibadah haji pada tahun 144 H (141 H). Kemudian, Ibnu Ishaq menyusun kitab Al-Maghazi wa As-Siyar (HaditsHadis-Haditshadis mengenai sirah Rasul SAW.). Kitab Al-Maghazi ini adalah dasar pokok bagi kitab-kitab sirah Nabi. Para ulama abad kedua membukukan Haditshadis tanpa menyaringnya, yakni mereka tidak hanya membukukan Haditshadis-Haditshadis saja, tetapi fatwafatwa sahabat pun dimasukkan ke dalam bukunya. Oleh karena itu, dalam kitab-kitab itu terdapat Haditshadis-Haditshadis marfu', Haditshadis-Haditshadis mauquf, dan Haditshadis-Haditshadis pnaqthu'. Kitab Haditshadis seperti itu dan mudah kita dapatkan qdalah Al-Muwaththa, susunan Imam Malik.<ref name=":0" />
 
Kitab-kitab Haditshadis yang telah dibukukan dan dikumpulkan dalam abad kedua ini, jumlahnya cukup banyak. Akan tetapi, yang masyhur di kalangan ahli Haditshadis adalah:
 
# Al-Muwaththa', susunan Imam Malik (95 H - 179 H)
Baris 190:
# Al-Musnad, susunan Zaid Ibn Ali.
# Al-Musnad, susunan Al-Imam Asy-Syaffi (204 H).
# MukhtalifAl-HaditsHadis, susunan Al-Imam Asy-Syafi'i.
 
Keadaan seperti ini menyebabkan sebagian ulama mempelajari keadaan rawi-rawi Haditshadis dan dalam masa ini telah banyak rawi-rawi yang lemah. Pada periode ini muncul tokoh-tokoh Jarh wa Ta'dil, di antaranya adalah Syu'bah Ibn Al-Hajjaj (160 H), Ma'mar, Hisyam Ad-Dastaway (154 H), Al-Auza'i (156 H), Sufyan Ats-Tsauri (161 H), dan masih banyak tokoh lainnya. Tokoh-tokoh yang masyhur pada abad kedua hijriah adalah Malik, Yahya ibn Sa'id Al-Qaththan, Waki Ibn AI-Jarrah, Sufyan AtsTsauri, Ibnu Uyainah, Syu'bah Ibnu Hajjaj, Abdul Ar-Rahman ibn Mahdi, Al-Auza'i, Al-Laits, Abu Hanifah, dan Asy-Syafi'i.<ref name=":0" />
 
== HaditsHadis Qudsi ==
[[Hadis Qudsi|HaditsHadis qudsi]] ialah Haditshadis yang berisi perkataan Rasulullah {{saw}} mengenai firman [[Allah]] yang diwahyukan secara langsung. Makna Haditshadis ini berasal dari Allah, akan tetapi—berbeda dengan [[Alquran]]--, kata-katanya adalah kata-kata Rasulullah. HaditsHadis qudsi ini, sebagian, kemudian disampaikan kepada sahabat-sahabat Rasul yang tertentu. Karenanya, tingkat kesahihan Haditshadis qudsi ini serupa dengan Haditshadis yang lain-lain, dan diukur dengan cara yang serupa pula di atas.{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=25. : "Adapun "Qudsi" menurut bahasa dinisbatkan kepada "Qudus" yang artinya suci, yaitu sebuah penisbatan yang menunjukkan adanya pengangungan dan pemuliaan, atau penyandaran kepada dzat Allah yang Mahasuci."}}
 
=== Bentuk Periwayatan ===
Ada dua bentuk periwayatan Haditshadis qudsi. Periwayatan yang pertama; [[Nabi Muhammad|Nabi Muhammad SAW]] bersabda, "Seperti yang diriwayatkannya dari Allah ''Azza wa Jalla''.". Contohnya: Diriwayatkan oleh [[Imam Muslim]] dalam ''shahih-''nya dari Abu Dzar ''Radliyallahu Anhu'' dari Nabi seperti yang diriwayatkan dari Allah, bahwasanya Allah berfirman,{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}<blockquote>"Wahai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan perbuatan zhalim pada diri-Ku dan Aku haramkan pula untuk kalian, maka janganlah saling menganiaya d iantara kalian."{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}</blockquote>Kemudian periwayatan yang kedua; Nabi Muhammad SAW bersabda, "Allah berfirman...". Contohnya diriwayatkan oleh [[Imam Bukhari]] dari [[Abu Hurairah]] bahwa Rasulullah ''Shallallahu Alaihi wa Sallam'' bersabda,{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}<blockquote>"Allah ''Ta'ala'' berfirman, 'Aku selalu dalam persangkaan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya bila dia mengingat-Ku. Maka jika dia mengingat-Ku niscaya Aku akan mengingatnya'".{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}</blockquote>
 
=== Perbedaan antara HaditsHadis Qudsi dengan Al-Qur'an dan HaditsHadis Nabawi ===
Ada tiga hal yang membedakan antara Al-Qur'an dengan HaditsHadis Qudsi, yaitu:{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}
 
# Al-Qur'an itu lafazh dan maknanya dari Allah, sedangkan Haditshadis Qudsi maknanya dari Allah dan lafazhnya dari Nabi Muhammad SAW.{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}
# Membaca Al-Qur'an termasuk ibadah dan mendapat pahala, sedangkan membaca HaditsHadis Qudsi bukan termasuk ibadah dan tidak mendapat pahala.{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}
# Disyaratkan mutawatir dalam periwayatan Al-Qur'an, sedangkan dalam HaditsHadis Qudsi tidak disyaratkan mutawatir.{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}
Sementara itu perbedaan antara HaditsHadis Qudsi dengan HaditsHadis Nabawi ialah, HaditsHadis Nabawi disandarkan langsung kepada [[Nabi Muhammad|Nabi Muhammad SAW]] dan disampaikan secara lisan oleh beliau. Sedangkan HaditsHadis Qudsi disandarkan kepada Allah SWT kemudian Nabi Muhammad SAW menyampaikan dan meriwayatkannya dari Allah, oleh karena itu dikaitkan dengan sebutan ''qudsi.''{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26. : "Ada yang berpendapat bahwa dinamakan hadis qudsi karena penisbatannya kepada Allah yang Mahasuci, sementara hadis nabawi disebut demikian karena dinisbatkan kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam."}}
 
Secara kuantitas, HaditsHadis Qudsi jumlahnya lebih sedikit. Buku-buku yang membahas tentang HaditsHadis Qudsi antara lain; ''Al-Ittifahat As-Sunniyyah Bil Ahadits Al-Qudsiyyah,'' karya Abdur Rauf Al-Munawi (1031 H). Buku tersebut berisi 272 HaditsHadis Qudsi.{{Sfn|Al-Qaththan|2013|p=26}}
 
== Penulisan Haditshadis ==
Ahli-ahli Haditshadis yang mengumpulkan, mendaftar, menyeleksi dan menuliskan Haditshadis-Haditshadis dalam suatu kitab Haditshadis dikenal sebagai ''mudawwin'' atau ''mukharrij''.
 
[[Berkas:ArabicSahihBukhari.jpg|jmpl|139px|ka|Sampul kitab Haditshadis ''[[Sahih Bukhari]]'']]
=== Kitab Haditshadis Sunni ===
* ''[[Shahih Bukhari]]'', disusun oleh [[Bukhari]] (194-256 H).
* ''[[Shahih Muslim]]'', disusun oleh [[Imam Muslim|Muslim]] (204-262 H).
Baris 225:
* ''[[Sunan Darimi]]'', disusun oleh [[Ad-Darimi]] (181-255 H).
 
=== Kitab Haditshadis Syi'ah ===
[[Syi'ah]] hanya memercayai Haditshadis yang diriwayatkan oleh keturunan Muhammad {{saw}}, melalui [[Fatimah az-Zahra]], atau oleh pemeluk Islam awal yang memihak [[Ali bin Abi Thalib]]. [[Syi'ah]] tidak menggunakan Haditshadis yang berasal dari atau diriwayatkan oleh orang-orang yang diklaim memusuhi Ali, seperti [[Aisyah]], yang melawan Ali pada [[Perang Jamal]]. Beberapa sekte Syi'ah sebagian besar menggunakan:
* ''[[Ushul al-Kafi]]''
* ''Al-Istibshar''
Baris 234:
Kitab-kitab ini mengandung hujjah yang sangat lemah dan jelek, sampai-sampai ulama Syiah berkata bahwa tidak ada hadis di situ yang berperawi tsiqah. Ulama Syiah kadang bertaqiyah bahwa perawi itu tsiqah, tapi kalau dilihat di kitab-kitab rijal Syiah, didapati mereka itu majhul, dha'if, atau bahkan matruk. Seperti memakai sendal kuning (yang dikatakan orang sesat Syiah) sebagai pembawa kebaikan, dibolehkannya taqiyah yang haram, mut'ah, akidah thinah, dan hadis-hadis yang mereka tahrif.
-->
Kebanyakan Haditshadis-Haditshadis tersebut meriwayatkan perkataan [[Ja'far ash-Shadiq]] dengan pentahrifan sanad. Kitab-kitab Haditshadis Syiah tidak beredar secara umum di Indonesia.
 
=== Beberapa istilah dalam ilmu Haditshadis ===
Berdasarkan siapa yang meriwayatkan, terdapat beberapa istilah yang dijumpai pada ilmu Haditshadis antara lain:
* ''Muttafaq Alaih'' (disepakati atasnya) yaitu Haditshadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari sumber sahabat yang sama, dikenal dengan ''Haditshadis Bukhari dan Muslim''
* ''As-Sab'ah'' berarti tujuh perawi yaitu: [[Imam Ahmad]], [[Imam Bukhari]], [[Imam Muslim]], [[Imam Abu Daud]], [[Imam Turmudzi]], [[Imam Nasa'i]] dan [[Imam Ibnu Majah]]
* ''As-Sittah'' maksudnya enam perawi yakni mereka yang tersebut di atas selain Ahmad bin Hambal ([[Imam Ibnu Majah]])
Baris 248:
{{Main|Sejarah hadis}}
 
HaditsHadis sebagai kitab berisi berita tentang sabda, perbuatan dan sikap Nabi Muhammad sebagai Rasul. Berita tersebut didapat dari para sahabat pada saat bergaul dengan Nabi. Berita itu selanjutnya disampaikan kepada sahabat lain yang tidak mengetahui berita itu, atau disampaikan kepada murid-muridnya dan diteruskan kepada murid-murid berikutnya lagi hingga sampai kepada pembuku Haditshadis. Itulah pembentukan Haditshadis.
 
=== Masa pembentukan Haditshadis ===
Masa pembentukan Haditshadis tiada lain masa kerasulan Nabi Muhammad itu sendiri, ialah lebih kurang 23 tahun. Pada masa ini Haditshadis belum ditulis, dan hanya berada dalam benak atau hafalan para [[Sahabat Nabi|sahabat]] saja.
perode ini disebut al wahyu wa at takwin. Pada saat ini Nabi Muhammad sempat melarang penulisan Haditshadis agar tidak tercampur dengan periwayatan Al Qur'an, tetapi setelah beberapa waktu, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassallam membolehkan penulisan Haditshadis dari beberapa orang sahabat yang mulia, seperti Abdullah bin Mas'ud, Abu Bakar, Umar, Abu Hurairah, Zaid bin Tsabit, dllnya. Periode ini dimulai sejak Muhammad diangkat sebagai nabi dan rasul hingga wafatnya (610M-632 M)
 
=== Masa Penggalian ===
Masa ini adalah masa pada sahabat besar dan [[tabi'in]], dimulai sejak wafatnya Nabi Muhammad pada tahun 11 H atau [[632]] M. Pada masa ini Haditshadis belum ditulis ataupun dibukukan, kecuali yang dilakukan oleh beberapa sahabat seperti Abu Hurairah, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abdullah bin Mas'ud, dllnya. Seiring dengan perkembangan dakwah, mulailah bermunculan persoalan baru umat Islam yang mendorong para sahabat saling bertukar Haditshadis dan menggali dari sumber-sumber utamanya.
 
=== Masa penghimpunan ===
Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat dan tabi'in yang mulai menolak menerima Haditshadis baru, seiring terjadinya tragedi perebutan kedudukan kekhalifahan yang bergeser ke bidang syari'at dan 'aqidah dengan munculnya Haditshadis palsu. Para sahabat dan tabi'in ini sangat mengenal betul pihak-pihak yang melibatkan diri dan yang terlibat dalam permusuhan tersebut, sehingga jika ada Haditshadis baru yang belum pernah dimiliki sebelumnya diteliti secermat-cermatnya siapa-siapa yang menjadi sumber dan pembawa Haditshadis itu.
Maka pada masa pemerintahan Khalifah '[[Umar bin Abdul-Aziz|Umar bin 'Abdul 'Aziz]] sekaligus sebagai salah seorang tabi'in memerintahkan penghimpunan Haditshadis. Masa ini terjadi pada abad 2 H, dan Haditshadis yang terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan Haditshadis marfu' dan mana yang mauquf dan mana yang maqthu'.
 
=== Masa pendiwanan dan penyusunan ===
Abad 3 H merupakan masa pendiwanan (pembukuan) dan penyusunan Haditshadis. Guna menghindari salah pengertian bagi umat Islam dalam memahami Haditshadis sebagai prilaku Nabi Muhammad, maka para ulama mulai mengelompokkan Haditshadis dan memisahkan kumpulan Haditshadis yang termasuk marfu' (yang berisi perilaku Nabi Muhammad), mana yang mauquf (berisi prilaku sahabat) dan mana yang maqthu' (berisi prilaku tabi'in).
Usaha pembukuan Haditshadis pada masa ini selain telah dikelompokkan (sebagaimana dimaksud di atas) juga dilakukan penelitian Sanad dan Rawi-rawi pembawa beritanya sebagai wujud tash-hih (koreksi/verifikasi) atas Haditshadis yang ada maupun yang dihafal.
Selanjutnya pada abad 4 H, usaha pembukuan Haditshadis terus dilanjutkan hingga dinyatakannya bahwa pada masa ini telah selesai melakukan pembinaan maghligai Haditshadis. Sedangkan abad 5 hijriyah dan seterusnya adalah masa memperbaiki susunan kitab Haditshadis seperti menghimpun yang terserakan atau menghimpun untuk memudahkan mempelajarinya dengan sumber utamanya kitab-kitab Haditshadis abad ke-4 Hijriyah.
 
== Kitab-kitab Haditshadis ==
Berdasarkan [[Sejarah hadis|masa penghimpunan Haditshadis]]
=== Abad ke-2 Hijriyah ===
Beberapa kitab yang terkenal:
# ''[[Al Muwaththa]]'' oleh [[Malik bin Anas]]
# ''[[Al Musnad]]'' oleh [[Ahmad bin Hambal]] (tahun 150 - 204 H / 767 - 820 M)
# ''[[Mukhtaliful Hadis|Mukhtaliful Hadits]]'' oleh [[As Syafi'i]]
# ''Al Jami''' oleh [[Abdurrazzaq Ash-Shan'ani]]
# ''Mushannaf Syu'bah'' oleh [[Syu'bah bin al-Hajjaj|Syu'bah bin Hajjaj]] (tahun 82 - 160 H / 701 - 776 M)
Baris 279:
# ''As Sunan'' oleh [[Al-Auza'i]] (tahun 88 - 157 / 707 - 773 M)
# ''As Sunan'' oleh [[Al-Humaidi]] (wafat tahun 219 H / 834 M)
:Dari kesembilan kitab tersebut yang sangat mendapat perhatian para 'lama hanya tiga, yaitu Al Muwaththa', Al Musnad dan Mukhtaliful HaditsHadis. Sedangkan selebihnya kurang mendapat perhatian akhirnya hilang ditelan zaman.
 
=== Abad ke-3 H ===
Baris 313:
 
* '''Hasil pembidangan''' (mengelompokkan ke dalam bidang-bidang)
:* Kitab Al HaditsHadis Hukum, diantaranya:
:# ''Sunan'' oleh Ad Daruquthni (306-385 H / 919-995 M)
:# ''As Sunannul Kubra'' oleh [[Al-Baihaqi]] (384-458 H / 994-1066 M)
Baris 322:
:# ''Al Muharrar'' oleh [[Ibnu Qudamah Al-Maqdisi]] (675-744 H / 1276-1343 M)
 
:* Kitab Al HaditsHadis Akhlaq
:# ''At Targhib wat Tarhib'' oleh Al Mundziri (581-656 H / 1185-1258 M)
:# ''[[Riyadhus Shalihin]]'' oleh Imam Nawawi (631-676 H / 1233-1277 M)
 
* '''[[Syarh]]''' (semacam tafsir untuk Haditshadis)
:# Untuk Shahih Bukhari terdapat ''[[Fathul Bari]]'' oleh [[Ibnu Hajar]] Asqalani (773-852 H / 1371-1448 M)
:# Untuk Shahih Muslim terdapat ''Minhajul Muhadditsin'' oleh Imam [[An-Nawawi]] (631-676 H / 1233-1277 M)
Baris 337:
 
* '''Lain-lain'''
:# ''Kitab Al Kalimuth Thayyib'' oleh Ibnu Taimiyah (661-728 H / 1263-1328 M) berisi Haditshadis-Haditshadis tentang doa.
:# ''Kitab Al Mustadrak'' oleh Al Hakim (321-405 H / 933-1014 M) berisi Haditshadis yang dipandang shahih menurut syarat Bukhari atau Muslim dan menurut dirinya sendiri.
 
== Lihat juga ==
Baris 345:
== Bacaan lanjutan ==
* Pengetahuan Dasar tentang Pokok-pokok Ajaran Islam (A/B) oleh Mh. Amin Jaiz
* Metodologi Kritik Matan HaditsHadis oleh Dr. Salahudin ibn Ahmad al-Adlabi, terjamahan, ISBN 979-578-047-6
* {{cite book|last=Berg|first=H.|title=The development of exegesis in early Islam: the authenticity of Muslim literature from the formative period|publisher= Routledge|year=2000|isbn=0-7007-1224-0}}
* {{cite book|last=Lucas|first=S.|title=Constructive Critics, Hadith Literature, and the Articulation of Sunni Islam|publisher= Brill Academic Publishers|year=2004|isbn=90-04-13319-4}}
* {{cite book|last=Robinson|first=C. F.|title=Islamic Historiography|url=https://archive.org/details/islamichistoriog0000robi|publisher= Cambridge University Press|year=2003|isbn=0-521-62936-5}}
* {{cite encyclopedia | author = Robson, J. | editor = P.J. Bearman, Th. Bianquis, [[Clifford Edmund Bosworth|C.E. Bosworth]], E. van Donzel and W.P. Heinrichs | encyclopedia =[[Encyclopaedia of Islam]] Online| title = Hadith| publisher = Brill Academic Publishers | issn = 1573-3912}}
* Swarup, Ram. [http://www.metalog.org/files/hadith.html ''Understanding Islam through HaditsHadis''] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20110124214520/http://www.metalog.org/files/hadith.html |date=2011-01-24 }}. Exposition Press, Smithtown, New York USA (n/d).
* [[Jonathan A.C. Brown|Jonathan A. C. Brown]], "Criticism of the Proto-Hadith Canon: Al-daraqutni’s Adjustment of the Sahihayn," ''Journal of Islamic Studies'', 15,1 (2004), 1-37.
* Recep Senturk, ''Narrative Social Structure: Anatomy of the Hadith Transmission Network, 610-1505'' (Stanford, Stanford UP, 2006).
Baris 368:
{{Wikiquote}}
{{commons category}}
* {{id}} [http://lidwa.com/app Sunnah 9 Kitab Imam HaditsHadis dalam bahasa Indonesia]
* {{id}} [http://media.isnet.org/v01/index.html Kumpulan Haditshadis shahih, dha'if (lemah) & maudhu' (palsu)]
* {{id}} [http://www.hadiths.eu HaditsHadis-Haditshadis] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120412055302/http://www.hadiths.eu/ |date=2012-04-12 }}
* {{id}} [http://www.mail-archive.com/assunnah@yahoogroups.com/msg02893.html Musthohalul Haditshadis, Istilah-istilah Haditshadis. Milis Assunnah]
* {{id}} [http://pks-anz.org/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=791 HaditsHadis Ahad, Ust. Ahmad Syarwat, Lc.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070929001040/http://pks-anz.org/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=791 |date=2007-09-29 }}
* {{id}} [http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=category&sectionid=1&id=4&Itemid=12 Belajar HaditsHadis di Media Muslim INFO] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070305161950/http://www.mediamuslim.info/index.php?option=com_content&task=category&sectionid=1&id=4&Itemid=12 |date=2007-03-05 }}
* {{id}} [http://al-ilmu.com/books/category.php?catid=7 Buku Tema HaditsHadis di Al-Ilmu.Com] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20071010035120/http://al-ilmu.com/books/category.php?catid=7 |date=2007-10-10 }}
* {{en}} [http://www.ahya.org/amm/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=7&page=1 The Classification of Hadeeth by Shaikh Suhaib Hassan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070313075834/http://www.ahya.org/amm/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=7&page=1 |date=2007-03-13 }}
* {{en}} [http://www.ahya.org/amm/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=7&page=1 Introduction to the Science of Hadith Classification by Shaikh (Dr.) Suhaib Hassan] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20070313075834/http://www.ahya.org/amm/modules.php?name=Sections&op=viewarticle&artid=7&page=1 |date=2007-03-13 }}