Bahasa Lampung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Baris 1:
{{Infobox language
|name=Lampung
|nativename=''Bahasa Lappung''<br>'' atau Bahasa Lampung''{{sfnp|Aliana|1986|p=39}}
|states=* {{flag|[[Indonesia}}]]
|region=[[Lampung]]<br>[[Sumatra Selatan]]
----
|ethnicity=*[[Suku Lampung|Lampung]]<br>[[Suku Komering]]
|region=* {{flag|Lampung}}
* {{flag|Sumatra Selatan}}
* {{flag|Banten}}
* {{flag|Bengkulu}}
|ethnicity=*[[Suku Lampung|Lampung]]
**[[Suku Lampung Cikoneng|Lampung Cikoneng]]
*[[Suku Komering|Komering]]
*[[Suku Daya|Daya]]
|speakers={{sigfig|5,19|2}} juta
|date=2000
Baris 19 ⟶ 12:
|fam3=[[Rumpun bahasa Indonesia Barat|Indonesia Barat]]?
|fam4=[[Rumpun bahasa Lampungik|Lampung]]
|dialects=[[Bahasa Lampung Api|Api/Pesisir]]<br />[[Bahasa Lampung Nyo|Nyo/Abung]]<br />[[Bahasa Komering|Komering]] <br /> [[Bahasa Lampung Cikoneng|Cikoneng]]
|script=[[Alfabet Latin]]<br/>[[Aksara Lampung]]
|lc1=ljp|ld1=Lampung Api
Baris 34 ⟶ 27:
}}
 
'''Bahasa Lampung''' (''Bahasa Lappung'' atau ''Bahasa Lampung'') atau '''rumpun bahasa Lampungik''' adalah sebuah bahasa atau [[kesinambungan dialek|kelompok dialek]] [[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] dengan jumlah [[penutur jati]] sekitar 5,19 juta, terutama dari kalangan [[suku Lampung]] beserta rumpunnya di selatan [[Sumatra]], [[Indonesia]]. Terdapat empatdua ragamatau dialektiga dalamragam bahasa Lampung, yaitu: Lampung Api (juga disebut Pesisir atau dialek A), Lampung Nyo (juga disebut Abung atau dialek O), Cikoneng, dan Komering. Ragam terakhir terkadang dianggap sebagai bagian dari Lampung Api, tetapi terkadang juga dianggap sebagai bahasa yang berdiri sendiri terpisah dari bahasa Lampung.
 
Meski bahasa Lampung memiliki jumlah penutur yang lumayan besar, bahasa ini merupakan bahasa minoritas di Provinsi [[Lampung]] sendiri. Kekhawatiran akan kebertahanan bahasa Lampung telah membuat pemerintah daerah setempat mengimplementasikan kebijakan pengajaran bahasa dan aksara Lampung bagi sekolah-sekolah pada tingkat dasar dan menengah di provinsi tersebut.{{sfnp|Katubi|2007|p=9}}
Baris 50 ⟶ 43:
 
=== Dialek ===
{{lihat pula|Daftar dialek Bahasa LampungKomering}}
 
{| class="wikitable" style="float: right; margin: 1.2em"
|+ Perbedaan kosakata antardialek bahasa Lampung{{sfnp|Walker|1976|p=1}}
! Indonesia
! Pesisir
! Lampung Api
! Abung
! Lampung Nyo
|-
| ikan
Baris 71 ⟶ 64:
|}
 
Dialek-dialek bahasa Lampung umumnya digolongkan berdasarkan realisasi pengucapan bunyi *a dari Proto-Lampungik dalam posisi akhir. Bunyi ini dipertahankan sebagai [a] dalam beberapa ragam, tetapi direalisasikan sebagai [o] dalam ragam lainnya.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=31}}{{sfnp|Anderbeck|2007|p=22}} Perbedaan pengucapan antara dua kelompok dialek inilah yang melahirkan istilah "dialek A" dan "dialek O".{{sfnp|Matanggui|1984|p=63}} Walker (1975) menggunakan istilah "Pesisir" atau "Peminggir" untuk dialek A dan "Abung" untuk dialek O,{{sfnp|Walker|1975|p=11}} tetapi Matanggui (1984) berpendapat bahwa istilah-istilah ini merupakan [[misnomer]], karena istilah-istilah tersebut lebih sering dikaitkan dengan sub[[suku]] tertentu alih-alih untuk menandakan kelompok dialek secara linguistik.{{sfnp|Matanggui|1984|p=63}} Di sisi lain, Anderbeck dan Hanawalt menggunakan nama "Api" untuk Pesisir dan "Nyo" untuk Abung; kedua kata ini bermakna "apa" dalam masing-masing dialek.{{sfnp|Anderbeck|2007|pp=7–8}} Terdapat beberapa perbedaan leksikal antara dialek-dialek ini,{{sfnp|Walker|1976|p=1}} tetapi keduanya identik dalam hal [[morfologi (linguistik)|morfologi]] dan [[sintaksis]].{{sfnp|Aliana|1986|p=66–67}}
* [[Bahasa Komering|Bahasa Lampung Komering]]
 
* [[Bahasa Lampung Api]]
Walker (1976) membagi Abung lebih lanjut ke dalam dua subdialek: Abung dan Menggala, serta memecah kelompok Pesisir ke dalam empat subdialek: Komering, Krui, Pubian, and Selatan.{{sfnp|Walker|1976|p=1}} Aliana (1986) memberi klasifikasi yang berbeda; menurutnya bahasa Lampung secara keseluruhan memiliki 13 dialek dari kedua kelompok.{{sfnp|Aliana|1986|p=47}} Melalui analisis [[leksikostatistik]], Aliana menemukan bahwa subdialek Talang Padang dari kelompok Pesisir memiliki kesamaan paling banyak dengan semua ragam yang disurvei; dengan kata lain, subdialek tersebut merupakan yang paling rendah tingkat divergensinya di antara ragam-ragam bahasa Lampung. Sementara, subdialek Jabung dari kelompok Abung merupakan yang paling divergen.{{sfnp|Aliana|1986|p=66}} Meski begitu, survei Aliana tidak mencakup ragam-ragam Komering, karena beberapa kalangan tidak menganggap ragam-ragam Komering sebagai bagian dari bahasa Lampung.{{sfnp|Aliana|1986|pp=4, 45}}
* [[Bahasa Lampung Nyo]]
 
* [[Bahasa Lampung Cikoneng]]
Klasifikasi dialek yang dilakukan oleh Hanawalt (2007) sebagian besarnya bersesuaian dengan versi Walker.{{sfnp|Hanawalt|2007|pp=32, 34}} Hanya saja, Hanawalt menggolongkan Nyo, Api, dan Komering sebagai tiga bahasa terpisah alih-alih dialek dari satu bahasa yang sama, berdasarkan kriteria sosiologis dan linguistik.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=35}} Ia mencatat bahwa perbedaan terbesar antara ragam-ragam Lampungik adalah antara kelompok timur (Nyo) dan barat (Api dan Komering). Kelompok barat membentuk [[kesinambungan dialek]] yang luas, terbentang mulai dari ujung selatan Sumatra, terus ke utara hingga ke wilayah hilir [[Sungai Komering]]. Sebagian dari kelompok penutur Lampungik (seperti orang Komering dan Kayu Agung) menolak label "Lampung", walaupun pada dasarnya mereka mengakui bahwa kelompok ini "berkaitan secara etnis dengan suku Lampung di Provinsi Lampung".{{sfnp|Hanawalt|2007|pp=32, 34}} Walaupun kebanyakan peneliti menggolongkan ragam Komering sebagai bagian dari Lampung Api, Hanawalt berpendapat bahwa keduanya memiliki perbedaan linguistik dan sosiologis yang cukup besar, sehingga ia memecahkan kelompok barat dan menetapkan Komering sebagai kelompok dialek mandiri, terpisah dari Lampung Api.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=35}}
--<!--
== Demografi dan status ==
Sebagaimana [[languages of Indonesia|regional languages of Indonesia]], Lampung is not recognized as an [[official language]] anywhere in the country, and as such it is mainly used in informal situations.{{sfnp|Amisani|1985|p=1}} Lampung is in vigorous use in rural areas where the Lampung ethnic group is the majority. A large percentage of speakers in these areas almost exclusively use Lampung at home, and use [[Indonesian language|Indonesian]] on more formal occasions.{{sfnp|Katubi|2007|p=4–5, 8–9}}{{sfnp|Amisani|1985|p=7}} In the market where people of different backgrounds meet, a mix of languages is used, including local lingua franca like [[Musi language|Palembang Malay]].{{sfnp|Katubi|2007|p=6}} In the 1970s, although Lampung was pretty much alive in rural areas, Lampung youths in urban areas already prefer to use Indonesian instead.{{sfnp|Walker|1976|p=1}} In general, there seems to be a trend of "[[diglossia]] leakage" in the bilingual Lampung communities, where Indonesian is increasingly used in domains traditionally associated with Lampung language usage.{{sfnp|Katubi|2007|p=4–5, 8–9}}
 
[[Berkas:Tari Melinting 3.jpg|jmpl|upright=1.5|kanan|A woman in Lampung traditional attire]]
Since the early 20th century, the province of Lampung has been a major destination for the [[transmigration program]], which moves people from the more densely populated islands of Indonesia (then [[Dutch East Indies]]) to the less densely populated ones.{{sfnp|Kusworo|2014|pp=23–24}}{{sfnp|Aliana|1986|p=18}} The program came to a halt during an interlude following the outbreak of [[World War II]], but the government resumed it several years after [[Proclamation of Indonesian Independence|Indonesian independence]].{{sfnp|Kusworo|2014|pp=23–24}} By the mid-1980s, Lampung people had become a minority in the province, accounting for no more than 15% of the population, down from 70% in 1920.{{sfnp|Kusworo|2014|p=25}} This demographic shift is also reflected in language usage; the [[Indonesia 1980 census|1980 census]] reported that 78% of the province's population were native speakers of either Javanese, Sundanese, Madurese, or Balinese.{{sfnp|Katubi|2007|pp=2–3}}
 
As an effort to maintain the indigenous language and "to help define Lampung’s identity and cultural symbol", post-[[New Order (Indonesia)|New Order]] era Lampung regional government{{efn|The regional government of Lampung is still largely dominated by indigenous Lampung people, down to village level.{{sfnp|Katubi|2007|pp=2–3}}}} has made Lampung language a compulsory subject for all students attending primary and secondary educational institutions across the province.{{sfnp|Katubi|2007|pp=2–3}}{{sfnp|Inawati|2017|pp=168–169}} The [[Lampung University|state university of Lampung]] runs a [[master's degree]] program in Lampung language study.{{sfnp|''Antaranews.com'' 17 October 2018}} The university once also held an [[associate degree]] in Lampung language study, but the program was temporarily halted in 2007 due to a change in regulation.{{sfnp|Inawati|2017|pp=168–169}} Nevertheless, the university has announced a plan to launch a [[bachelor's degree]] in Lampung language study by 2019.{{sfnp|''Antaranews.com'' 17 October 2018}}
-->
 
== Lihat pula ==
*[[SukuBahasa Komering|Komering]]
!*[[Bahasa Lampung Api]]
!*[[Bahasa Lampung Nyo]]
**[[SukuBahasa Lampung Cikoneng|Lampung Cikoneng]]
 
== Keterangan ==
Baris 117 ⟶ 126:
{{Incubator|code=kge|language=Komering}}
* [https://abvd.shh.mpg.de/austronesian/classification.php?node=Austronesian,%20Malayo-Polynesian,%20Lampung Daftar kosakata dasar dari berbagai ragam bahasa Lampung di Austronesian Basic Vocabulary Database]
* [https://www.youtube.com/watch?v=ZE_5lT1zsNM&ab_channel=ILoveLanguages%21 Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa Lampung] - kanal I Love Languages di Youtube
 
{{Bahasa daerah di Indonesia}}
Baris 124 ⟶ 132:
[[Kategori:Rumpun bahasa Austronesia]]
[[Kategori:Bahasa di Indonesia]]
 
 
{{bahasa-stub}}