Madura: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 30:
Pulau Madura bentuknya seakan mirip badan sapi, terdiri dari empat Kabupaten, yaitu: [[Bangkalan]], [[Sampang]], [[Pamekasan]] dan [[Sumenep]]. Pulau madura memiliki sejarah yang panjang dilihat dari kebudayaan dan kesenian Islam yang kuat.
Pulau Madura didiami oleh [[suku Madura]] yang merupakan salah satu [[etnis]] suku dengan populasi yang cukup besar di Indonesia, jumlah populasi etnis suku madura saat ini di Indonesia secara keseluruhan diperkirakan mencapai lebih dari 10 juta jiwa dan menyebar di seluruh penjuru nusantara, Pulau Madura juga dihuni oleh beberapa suku pendatang seperti suku Jawa, etnis Tionghoa, suku Sunda, suku bugis dan suku Melayu. Suku Madura berasal dari pulau Madura dan pulau-pulau sekitarnya, seperti Bawean, Gili Raja, Sapudi, Raas, dan Kangean. Selain itu, orang Madura banyak juga yang berdatangan dan menetap di bagian timur [[Jawa Timur| Jawa Timur Daratan]] biasa disebut sebagai wilayah [[Tapal Kuda, Jawa Timur|Tapal Kuda]], yaitu membentang dari Pasuruan sebelah Timur sampai utara [[Banyuwangi]]. Orang Madura yang berada di Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Situbondo,dan Bondowoso jumlah penduduknya paling banyak dan mengutamakan bahasa Madura. Sedangkan orang Madura yang menetap di Probolinggo, Malang bagian tenggara, Banyuwangi, Jember, Surabaya bagian Utara, Lumajang, dan sebagian Gresik biasanya menguasai 2 bahasa yaitu bahasa madura dan bahasa jawa.
Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang keras, blak-blakan, namun dikenal hemat, disiplin dan pekerja keras (''abhântal ombâ' asapo' angèn''/'''أبْاْنتال أَومباْء أساڤَوء أڠَين'''). Harga diri merupakan esensi penting dalam kehidupan masyarakat Madura, mereka memiliki sebuah falsafah: ''ango'an potè tolang etembheng pote mata''/'''أَيتَيمبْاْڠ ڤَوتَي ماتا، أڠَوءأن ڤَوتَي تَولاڠ''' artinya "lebih baik mati daripada harus menanggung malu". Sifat yang seperti inilah yang melahirkan tradisi [[carok]] pada sebagian masyarakat Madura.
|