Haji Darip: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 2:
 
== Perjuangan kemerdekaan ==
Sebelum menjadi ulama ia pergi ke tanah suci [[Mekah]] dan [[Madinah]], selama 2 tahun untuk memperdalam ilmu agama. Selama di sana, dia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh Islam dari berbagai negara. Sekembalinya ke Tanah Air. Ia mengawali perjuangan dengan berdakwah di sebuah mushala kecil yang kini berubah menjadi [[Masjid Al-Makmur]] yang cukup megah di Klender. Di Klender, HKH. Darip bergabungmembentuk denganlaskar sejumlahBARA ulamayang anggotanya terdiri dari Klendertokoh yangulama jugadan pejuangjawara sepertiserta KHnapi rutan Cipinang. Diantaranya dari Klender H [[Mursyidi]] dan KHH [[HasbiallahHasbullah]]. Keterlibatan KH. Darip dalam perjuangan merebut kemerdekaan dimulai pada masa pendudukan Jepang.
Pada 1 Maret 1942, bala tentara Jepang mendarat di [[Banten]]. Beberapa hari kemudian, mereka memasuki Kota Jakarta. Setelah beberapa bulan Tentara Pendudukan Jepang berada di Jakarta, keadaan kota bukanlah lebih baik. Dimana-mana mulai kesulitan memperoleh bahan pokok seperti beras, jagung, dan barang kelontong lainnya. Kebutuhan pokok rakyat Jakarta dibawa oleh tentara Jepang melalui pelabuhan Tanjung Priok entah mau dibawa kemana .
 
Kesulitan untuk memperoleh bahan pokok dirasakan oleh hampir seluruh rakyat di Jakarta. Di pinggir-pinggir jalan mulai kelihatan banyak rakyat yang kelaparan. Badannya kurus dan kering, pakaian yang dikenakan seadanya. Dengan keadaan yang semakin menyengsarakan rakyat Indonesia, HKH. Darip kemudian memimpin masyarakat di Klender dan menghimpun para jawara untuk melakukan perlawanan terhadap tentara pendudukan Jepang. Dengan kalahnya tentara Jepang terhadap Sekutu, para pemimpin pergerakan melawan tentara pendudukan berdatangan dan menginap di kediaman HKH. Darip, di antaranya adalah [[Soekarni]], [[Kamaludin]], [[Syamsuddin]], dan [[Pandu Kartawiguna]]. Mereka menginap di rumah HKH. Darip dan menyatakan bahwa sebentar lagi Indonesia akan merdeka dan mereka membicarakan pengusiran terhadap orang-orang Jepang. HKH. Darip memerintahkan anak buahnya untuk menyerbu dan mengusir tentara Jepang di [[Pangkalan Jati]], [[Pondok Gede]], [[Cipinang]], [[Cempedak]], sepanjang Kali Cipinang dan lain-lain.<ref name=kemdikbud/>
 
Setelah Jepang menyerah dan kembali ke negerinya, Belanda dan tentara sekutu berusaha kembali menjajah Indonesia. HKH. Darip bersama pasukannya yang tergabung dalam [[Barisan Rakjat Indonesia]] (BARA)<ref name=merdeka/> bersiap-siap untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia sebagaimana yang diamanatkan oleh [[Soekarno]] saat rapat akbar di Klender.<ref name=kemdikbud/>
 
Dengan mengatasnamakan perjuangan, BARA merajalela di wilayah Klender dan sekitarnya. Sebagai korban, mereka kerap memeras masyarakat dari golongan [[orang Indo]], [[Tionghoa]] dan etnis-etnis yang didentikan sebagai antek Belanda. "Orang yang beruntung memiliki kulit berwarna akan dibiarkan hanya membayar setara dua gulden dengan mata uang di masa pendudukan Jepang lalu berteriak memekikan kata 'merdeka'," ungkap Cribb dalam buku Gangster and Revolutionaries: The Jakarta People’s Militia and the Indonesian Revolution 1945-1949.
 
Tentu saja pemaparan miring tentang HajiKH. Darip versi Cribb itu ditentang keras oleh keluarga sang hajikyai. Menurut AchmadKH. KhurriyaniHuryani, salah seorang putra HajiKH. Darip, alih-alih menjadi pemeras HajiKH. Darip malah merupakan pelindung para para pedagang Tionghoa dari penjarahan yang dilakukan oleh para bandit setempat.
 
"Orang-orang Tionghoa itu datang ke rumah dan meminta foto bapak saya lalu memperbanyaknya. Mereka menempelkan foto bapak di pintu-pintu rumah dan toko-toko sehingga gerombolan bandit yang akan merampok langsung mengurungkan niat jahatnya begitu melihat foto bapak tersebut," ungkap lelaki yang dikenal sebagai UstazUstadz Uung itu.<ref name=merdeka/>
 
Pada suatu penyerangan, Klender berhasil diduduki Belanda dan sekutu sehingga HKH. Darip dan pasukan BARA hijrah ke beberapa tempat seperti [[Tambun]], [[Cikarang]], [[Lemah Abang]], [[Bekasi]], [[Cikampek]], [[Karawang]] hingga ke [[Purwakarta]] dan membentuk BPRI ([[Barisan PejuangPerang Rakyat Indonesia]]) Jakarta Raya. Di tempat persembunyiannya di Purwakarta, ia menyusun strategi melawan Belanda. HKH. Darip dianggap oleh Belanda sebagai orang yang berbahaya. Belanda menyebar mata-mata untuk menangkap KH. Darip dan memenjarakannya.<ref name=kemdikbud/>
 
Saat akan menyusul Bung Karno ke [[Yogyakarta]], pasukan HajiKH. Darip diadangdihadang satu kekuatan pasukan Belanda yang cukup besar di daerah [[Sadang]]. Kendati awalnya bisa mengimbangi, namun lambat laun amunisi pasukan HajiKH. Darip pun habis. Dalam situasi seperti itulah, HajiKH. Darip kemudian berhasil ditangkap oleh militer Belanda.
 
HajiKH. Darip lantas dibawa ke sel Polisi Militer di [[Kebayoran]], Jakarta. Di penjara tersebut, HajiKH. Darip mengalami berbagai siksaan kejam dan perlakuan tak manusiawi dari militer Belanda. Pada 19781976, kepada jurnalis [[Titiek WS]] dari Majalah Dewi, HajiKH. Darip mengeluhkan jika bekas siksaan itu masih terus membekas seumur hidup.
 
Tidak lama di Kebayoran, HajiKH. Darip lalu dipindahkan ke Penjara Glodok. Akhir 1949, dua anak buah HajiKH. Darip bernama Ismail dan Gozali Buntung, memimpin sekelompok pejuang menyerbu Penjara Glodok. Mereka berhasil membebaskan HajiKH. Darip dan memulangkannya kembali ke Klender, Jakarta Timur.<ref name=merdeka/>
 
== Akhir hayat ==