Jalan Raya Cililitan–Tanjung Priok: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RasyaAbhirama13 (bicara | kontrib)
→‎Pembangunan: Penambahan Gambar
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
RasyaAbhirama13 (bicara | kontrib)
Perombakan besar
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
{{primary sources}}
{{More citations needed|date=Juni 2022}}{{Bedakan|Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono}}
 
'''Jalur Jalan Raya Cililitan - Tanjung Priok''' (atau lebih dikenal dengan nama '''Djakarta Bypass'''<ref name=":0" /> atau '''Bypass'''){{Efn-ua|Terkadang disalahtafsirkan menjadi "Djakarta Bebas"<ref name=":0" />}} adalah sebuah ruas Jalan Raya di wilayah [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Provinsi DKI Jakarta]], [[Indonesia]] yang memiliki panjang 18,08 km{{Efn-ua|Berdasarkan pengukuran dengan [[Google Earth]]. Pada rujukan pertama disebutkan panjang dari Jalur Jalan raya ini adalah 27 km.<ref name=":0" />}} yang menghubungkan [[Jalan Dewi Sartika (Jakarta)|Jalan Dewi Sartika]] dan [[Jalan Raya Bogor]] di kawasan [[Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur]] hingga ke kawasan [[Pelabuhan Tanjung Priok]], [[Kota Administrasi Jakarta Utara|Jakarta Utara]]. Jalan ini terbagi menjadi empat bagian, yakni [[Jalan Mayor Jenderal Sutoyo (Jakarta)|Jl. Mayjen Sutoyo]], [[Jalan Mayor Jenderal DI Panjaitan (Jakarta)|Jl. D.I. Panjaitan]], [[Jalan Jenderal Ahmad Yani (Jakarta)|Jl. Jenderal Ahmad Yani]], dan [[Jalan Laksamana Yos Sudarso (Jakarta)|Jl. Yos Sudarso]]. Jalan Raya ini diresmikan oleh [[Presiden Indonesia|Presiden RI]] yang pertama, [[Soekarno|Ir. Soekarno]] pada 21 Oktober 1963.<ref name=":0">{{Citation|title=Djakarta Bypass|url=https://www.youtube.com/watch?v=KQLT_-VBMUw|accessdate=2022-06-04|language=id-ID}}</ref> Di sepanjang jalan raya ini juga dilewati oleh [[Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono|Jalan Tol Layang Ir. Wiyoto Wiyono]] yang dibangun di atas Jalan Raya ini.
 
{{Infobox road|country=IDN|province=13|name=Jalur Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok|alternate_name=Djakarta Bypass|image=Jalan_Layang_Ahmad_Yani_Pramuka_Pemuda_Jakarta.jpg|cities=[[Jakarta Timur]]{{br}}[[Jakarta Pusat]]{{br}}[[Jakarta Utara]]|length_km=18.08|junction=Simpang [[Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur|Cililitan]] ([[Jalan Raya Bogor]]/[[Jalan Dewi Sartika (Jakarta)|Jalan Dewi Sartika]]){{br}}Simpang [[Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur|Cawang]]{{br}}Simpang Kalimalang{{br}} Simpang Susun Pasar Gembrong (Kampung Melayu/Basuki Rachmat){{br}}Flyover Jatinegara{{br}}Simpang Utan Kayu{{br}}Simpang JalanPemuda[[Jalan Pemuda (Jakarta)|Jalan Pemuda]]/[[Jalan Pramuka (Jakarta)|Pramuka]]{{br}}Simpang Kayu Putih{{br}}Simpang Cempaka Putih{{br}}Simpang [[Kelapa Gading, Jakarta Utara|Kelapa Gading]]{{br}}Simpang [[Jalan Enggano (Jakarta)|Jalan Enggano]]{{br}}Simpang [[Pelabuhan Tanjung Priok]]|established=21 Oktober 1963 <ref name=":0" />|image_notes=Simpang Jalan Pemuda dan Jalan Pramuka. Salah satu persimpangan jalan di sepanjang Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok.}}
 
Jalan Raya ini dibangun dengan tujuan untuk memperlancar aktivitas dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju ke pusat kota Jakarta, dan sekaligus menjadi tolak ukur dari perkembangan kota Jakarta di sebelah timur. Jalan ini juga berperan penting untuk menciptakan jalan yang bercabang dengan orientasi barat-timur dari kota Jakarta yang didominasi poros jalan utara-selatan.<ref name=":1">{{Cite book|date=2018|title=Gelora Bung Karno: Asian Games 2018|location=Jakarta|publisher=IMAJI Books|isbn=978-602-9260-53-3|pages=67|url-status=live}}</ref>
Baris 13 ⟶ 14:
 
Persiapan Asian Games 1962 melibatkan hubungan diplomatik dengan [[Uni Soviet]] dan [[Jepang]], dimana pihak Uni Soviet turun tangan dalam pembangunan [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]] dan pihak Jepang turun tangan dalam pembangunan [[Hotel Indonesia]] sebagai tempat penginapan tamu-tamu negara selama Asian Games berlangsung. Setelah Uni Soviet dan Jepang, pemerintah Indonesia pernah meminta (atau lebih tepatnya menantang) [[Amerika Serikat]] untuk turut membangun infrastruktur penunjang Asian Games.<ref name=":1" />
[[Berkas:Allen Pope.jpg|jmpl|Penangkapan dan persidangan pilot [[Amerika Serikat|AS]], Allen Pope, karena telah menembaki rakyat Indonesia di [[Maluku]] pada tahun 1958<ref name=":0" />]]
 
Pada saat itu hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Amerika Serikat dinilai kurang harmonis, hal itu disebabkan oleh adanya tudingan terhadap AS yang membantu [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)/Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)]] yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tudingan tersebut berdasarkan penangkapan Allen Pope, seorang pilot pesawat B-26 berkebangsaan Amerika Serikat yang menembaki rakyat Indonesia di Maluku pada tahun 1958.<ref name=":0" />
 
Baris 19 ⟶ 20:
 
=== '''Pembangunan''' ===
[[Berkas:USAID Status of Aid Loans (June 30, 1968).jpg|jmpl|Status Pinjaman Bantuan [[Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat|Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID)]] per 30 Juni 1968. Pinjaman biaya pembangunan ''Djakarta Bypass'' ditandai dengan kotak dan anak panah]][[Berkas:Trase Jalan Djakarta Bypass (1963).jpg|jmpl|Trase Jalan ''Djakarta Bypass'' dalam sebuah surat kabar yang memberitakan peresmian jalan raya tersebut.]]
Pembangunan dimulai sekitar tahun 1960 hingga akhir 1963. Biaya Pembangunan ''Djakarta Bypass'' berasal dari bantuan [[Amerika Serikat]] melalui Pinjaman Jangka Panjang oleh [[Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat|Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID)]]. Pembangunannya dikerjakan oleh para tenaga ahli dari AS.<ref name=":0" /> Selama pembangunan, Jalan ''Djakarta Bypass'' pernah digunakan sebagai jalur kendaraan pengangkut kebutuhan pembangunan [[Stadion Utama Gelora Bung Karno]] yang datang dari pelabuhan Tanjung Priok. Pada tahun 1962, saat Asian Games berlangsung, jalan ini pernah digunakan sebagai tempat penyelenggaran marathon dan balap sepeda pada Asian Games 1962.<ref name=":1" />
 
=== '''Peresmian''' ===
[[Berkas:Inauguration of Jakarta Bypass (1963).jpg|jmpl|Foto peresmian ''Djakarta Bypass'' oleh Presiden [[Soekarno]] dalam sebuah surat kabar yang memberitakan peresmian jalan raya tersebut.]]
Peresminan Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok ''(Djakarta Bypass)'' dilakukan pada tanggal 21 Oktober 1963. Diperkirakan lokasi peresmian berada di kawasan [[Saluran Kalimalang|Kalimalang]]. Peresmian tersebut dihadri oleh Presiden Soekarno, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia; Howard P. Jones, [[Daftar Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Gubernur Jakarta]]; [[Soemarno Sosroatmodjo]], perwakilan negara-negara sahabat, dan warga Jakarta yang tumpah ruah. Pada saat itu, Soekarno memberikan pidato sebelum peresmian. Setelah itu Soekarno langsung mengunting pita peresmian Jalan ''Djakarta Bypass'' dan langsung menginspeksi jalan raya baru tersebut.<ref name=":0" />
 
Baris 29:
{{Main|Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono}}
 
Seiring dengan cepatnya laju [[Urbanisasi]] di Jakarta pada awal tahun 1980-an, jalan ''Djakarta Bypass'' menjadi salah satu ruas jalan termacet di Jakarta. Oleh karenanya, pemerintah orde baru yang dipimpin oleh Presiden [[Soeharto]] merencanakan pembangunan sebuah jalan layang yang sudah direncanakan sejak April 1979.<ref name=":2">{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|title=Cerita Pembangunan Jalan Tol Layang Pertama di Indonesia, Cawang-Priok...|url=https://www.kompas.com/|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2022-08-23}}{{Pranala mati|date=September 2022}}</ref> Jalan layang tersebut adalah [[Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono|Jalan Tol Layang Cawang Tanjung Priok (Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono)]] yang merupakan bagian dari rencana [[Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta]]. Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono merupakan Jalan Tol Layang pertama di Indonesia yang memiliki panjang 15 km yang menjadi terusan dari [[Jalan Tol Jakarta–Bogor–Ciawi|Jalan Tol Jagorawi]] menuju ke [[pelabuhan Tanjung Priok]].{{Citation-needed}}
 
Kemacetan parah di ruas jalan ''Djakarta Bypass'' yang kerap terjadi setiap hari menjadi tantangan tersendiri bagi pembangunan Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono, karena pembangunan tiang jalur layang dapat mengganggu arus lalu lintas. Walaupun demikian, sebuah terobosan dalam dunia teknik konstruksi lahir, yakni '''[[Sosrobahu|Teknik Sosrobahu]].''' Teknik ini digunakan untuk memutar bahu lengan beton dari Jalan layang. Keunggulannya adalah dapat mengurangi gangguan terhadap arus lalu lintas yang padat. Teknik ini pertama kali ditemukan pada tahun 1988 oleh seorang insinyur asal [[Bali]], [[Tjokorda Raka Sukawati]].<ref name=":3">https://bpjt.pu.go.id/berita/tempo-dulu-sejak-1987-teknologi-seribu-pundak-sosrobahu-pada-pembangunan-tol-wiyoto-wiyono</ref>
Baris 119:
=== '''Jalan Tol''' ===
{{Main|Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono|Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu}}
[[Berkas:Wiyoto Wiyono KM 10,6.jpg|jmpl|[[Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono|Jalan Tol Ir. Wyoto Wiyono]] merupakammerupakan Jalan Tol layang pertama di [[Indonesia]] yang dibangun di atas JalurJalanJalur Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok.]]
Disepanjang jalan raya ini juga dilewati [[Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono|Jalan Tol Ir Wiyoto Wiyono]] yang dibangun di atas Jalan Raya ini. Jalan Tol tersebut memiliki panjang 15 km dari [[Jalan Tol Jakarta–Bogor–Ciawi|Tol Jagorawi]] hingga [[pelabuhan Tanjung Priok]]. Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono merupakan salah satu bagian dari jaringan [[Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta]].
 
Selain Jalan Tol Ir. Wiyoto Wiyono, Jalan Raya Cililitan-Tanjung Priok juga dilewati oleh [[Jalan Tol Bekasi–Cawang–Kampung Melayu|Jalan Tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu)]], yang berawal dari simpangSimpang Susun Pasar Gembrong (menuju [[Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur|Kampung Melayu]]/[[Jalan Jenderal Basuki Rachmat (Jakarta)|Basuki Rachmat]]) hingga ke [[Kota Bekasi]], [[Jawa Barat]].
 
=== Jalur Kereta Api ===