Hikayat Maharaja Ali: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
ObsidianAngkasa (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi
k ~ref
Baris 18:
 
== Ringkasan Cerita ==
[[Bragensky]] memberikan ringkasan dari teks Maharaja ali yang mana merupakan [[resensi]] yang dia dapat dari Ali Padisyah. <ref name=":0" /> Maharaja Ali memerintah di negeri Badagra. Karena tidak mempunyai anak, ia bertanya pada ahli-ahli nujum, apakah suatu ketika kelak dia akan dianugerahi mempunyai anak oleh [[Allah]]. ahli nujum meramalkan, ia akan dianugerahi tiga anak lelaki, tetapi kelaksi anak sulung akan menjadi penyebab bencana yang besar. Maharaja Ali dan permaisuri, Hasinan, sangat mencintai anak-anak mereka. Mereka pun tidak peduli dengan watak anak sulung, Baharum Syah, yang merajelela, membunuh dan mencacati anak-anak pembesar istana serta mengambil istri orang lain dengan kekerasan. Rakyat negeri Badagra yang sudah tidak tahan lagi terhadap sikap Maharaja Ali, mengusir raja itu sekeluarga dari negerinya. Selama di tengah hutan Maharaja Ali diserang para perampok yang merampas segenap hartanya. Sementara itu Baharum Syah hilang tersesat di tengah rimba. Maharaja Ali meneruskan perjalanan berempat, permaisuri, dan dua anaknya. Mereka tiba mereka di suatu negeri yang bernama Kabitan. Raja negeri ini bernama Serdala.
 
Dengan berkedok sebagai fakir miskin Maharaja Ali berempat tinggal di sebuah [[masjid]]. Hasinan dengan dua anaknya pergi meminta-minta sedekah. Kecantikannya dilihat oleh seorang [[wazir]] dan memberitahukannya pada Raja Serdala. Tipu muslihat mereka memancing Hasinan masuk istanan dan menutup pintu gerbang. Bukan main sakit hati Maharaja Ali yang harus meneruskan perjalanan mereka dengan bertiga orang saja.
Baris 32:
Tidak disangka Algojo yang akan melakukan eksekusi mati pada mereka ternyata anak sulung Maharaja Ali, yaitu Baharum Syah. Ketika kedua biduanda itu berbicara Algojo menyadari ternyata mereka berdua adalah saudara mudanya sendiri. Pagi-pagi dia membawa mereka masuk ke istana. Dijelaskannya yang membuat Maharaja Ali paham terlebih Hasinan berhasil membuktikan bahwa dia tak lain adalah istrinya. Kelima-limanya sangat berbahagia. Kepada Raja Serdala diberikan anak perempuan salah seorang menteri agar diperistrinya dan mereka berlayar pulang ke negerinya.
 
Memang ada [[Ironi|irnoni]] yang jelas, bahwa ''Hikayat Maharaja Ali'' - karangan yang memotivasi setiap kejadian dengan "takdir [[Allah]]" dan berdasarkan sumber-sumber [[sastra]] [[Islam]] - memungkinkan Bausani, peneliti dari [[Italia|Itali]], untuk menyingkapkan relasi [[Agama Hindu|Hindu]] pada [[hikayat]] [[Melayu]] klasik. Tetapi masanya ''Hikayat Maharaja Ali'', seperti pada karya [[sastra]] apa pun dan termasuk [[genre]] apa pun, juga memiliki apa yang para ahli ilmu [[sastra]] menyebut sebagai 'ingatan genre' yaitu pelestarian ciri-ciri khas yang diwarisi oleh genre tertentu dari tahap kelahirnya.<ref>{{Cite book|last=Bausani|date=1979|title=Notes on the Structure of the Classical Malay Hikayat|location=Melbourne|publisher=Universitas Monash (Monash University Clayton Campus)|url-status=live}}</ref> <references />
[[Kategori:Sastra Melayu]]
[[Kategori:Prosa Klasik]]