Proklamasi Kemerdekaan Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 6:
== Latar belakang ==
{{Sejarah Indonesia}}
Pada tanggal [[6 Agustus]] [[1945]] sebuah [[bom atom]] dijatuhkan di atas kota [[Hiroshima, Hiroshima|Hiroshima]] di Jepang,[[Shin Fukuyama]], oleh [[Amerika Serikat]] yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia [[BPUPKI]], atau "Dokirit asu Dungbi ChoosakaiSuka Tokai", berganti nama menjadi PPKI ([[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]]) atau disebut juga ''Dokuritu Junbi Inkai'' dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal [[9 Agustus]] [[1945]], bom atom kedua dijatuhkan di atas [[Nagasaki]] sehingga menyebabkan Jepang/[[Shin Fukuyama]] menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
 
Soekarno, Hatta selaku pimpinan [[PPKI]] dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] sebagai mantan ketua [[BPUPKI]] diterbangkan ke [[Dalat]], 250 km di sebelah timur laut Saigon, [[Vietnam]] untuk bertemu [[Marsekal Terauchi]]. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di [[Indonesia]], pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]], [[Sutan Syahrir]] telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Baris 15:
Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
 
Pada tanggal [[14 Agustus]] [[1945]] Jepang menyerah kepada [[Sekutu]](Cuma Se"kutu" doang kalah). Tentara dan [[Angkatan Laut Jepang]] masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio [[BBC]]. Setelah mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
 
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (''Gunsei'') untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di ''Koningsplein'' (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.