Sindrom metabolik: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: menambah {{Authority control}} |
k ~ref |
||
Baris 23:
'''Sindrom metabolik''' atau '''sindrom resistansi insulin''' ({{lang-en|metabolic syndrome X, syndrome X, insulin resistance syndrome, Reaven's syndrome, CHAOS, equine metabolic syndrome, IRS}}) adalah kelompok penyakit yang setidaknya ads tiga dari lima penyakit berikut: [[perut buncit|obesitas perut]], [[tekanan darah tinggi]], [[Hiperglikemia|gula darah tinggi]], [[hipertrigliseridemia|trigliserida serum tinggi]], dan rendahnya serum [[lipoprotein densitas tinggi]] (HDL).
Sindrom metabolik dihubungkan dengan risiko munculnya [[penyakit kardiovaskular]] dan [[diabetes melitus tipe 2]].
[[Resistensi insulin]], sindrom metabolik, dan [[pradiabetes]] berkaitan erat satu sama lain dan memiliki aspek yang tumpang tindih. Sindrom ini diduga disebabkan oleh gangguan mendasar dari pemanfaatan dan penyimpanan energi. Saat ini sedang diteliti secara intensif dari penyebab sindrom ini.
==Tanda dan gejala==
Tanda kunci sindrom metabolik adalah [[Perut buncit|obesitas sentral]], juga dikenal sebagai visceral, adipositas pola pria atau berbentuk apel. Hal ini ditandai dengan akumulasi [[Adipositas|jaringan adiposa]] terutama di sekitar pinggang dan badan.
==Patofisiologi==
Kejadian umum yaitu terjadinya [[Adipositas|lemak visceral]], setelah itu [[adiposit]] (sel lemak) dari lemak visceral meningkatkan kadar [[Faktor nekrosis tumor-alfa|TNF-α]] [[Plasma darah|plasma]] dan mengubah kadar zat lain misalnya, [[ Adiponektin|adiponektin]], [[resistin]], dan [[Inhibitor aktivator plasminogen tipe 1|PAI-1]]. TNF-α telah terbukti menyebabkan produksi sitokin inflamasi dan juga memicu pensinyalan sel melalui interaksi dengan [[Superfamili reseptor TNF|reseptor TNF-α]] yang dapat menyebabkan resistensi insulin.<ref>{{Cite journal|date=June 1999|title=The role of TNFalpha and TNF receptors in obesity and insulin resistance|journal=Journal of Internal Medicine|volume=245|issue=6|pages=621–25|doi=10.1046/j.1365-2796.1999.00490.x|pmid=10395191|vauthors=Hotamisligil GS}}</ref> Percobaan dengan tikus yang diberi diet dengan [[sukrosa]] 33% telah diusulkan sebagai model untuk pengembangan sindrom metabolik. Sukrosa pertama-tama meningkatkan kadar [[trigliserida]] dalam darah, yang menginduksi lemak visceral dan akhirnya menghasilkan resistensi insulin. Perkembangan dari lemak visceral menjadi peningkatan TNF-α menjadi resistensi insulin memiliki beberapa kesamaan dengan perkembangan manusia dari sindrom metabolik. Peningkatan jaringan adiposa juga meningkatkan jumlah sel imun, yang berperan dalam [[peradangan]]. Peradangan kronis berkontribusi pada peningkatan risiko hipertensi, [[aterosklerosis]], dan [[diabetes]].<ref>Whitney, Ellie and Ralfes, R. Sharon. 2011. ''Understanding Nutrition''. [[Wadsworth Cengage Learning]]: Belmont, CA</ref>
Keterlibatan [[ Sistem endocannabinoid|sistem endokannabinoid]] dalam pengembangan sindrom metabolik sangatlah besar.<ref name="ECS - metabolic disorders">{{Cite book|title=Endocannabinoids|last=Gatta-Cherifi|first=Blandine|last2=Cota|first2=Daniela|year=2015|isbn=978-3-319-20824-4|series=Handbook of Experimental Pharmacology|volume=231|pages=367–91|chapter=Endocannabinoids and Metabolic Disorders|doi=10.1007/978-3-319-20825-1_13|pmid=26408168|quote=The endocannabinoid system (ECS) is known to exert regulatory control on essentially every aspect related to the search for, and the intake, metabolism and storage of calories, and consequently it represents a potential pharmacotherapeutic target for obesity, diabetes and eating disorders. ... recent research in animals and humans has provided new knowledge on the mechanisms of actions of the ECS in the regulation of eating behavior, energy balance, and metabolism. In this review, we discuss these recent advances and how they may allow targeting the ECS in a more specific and selective manner for the future development of therapies against obesity, metabolic syndrome, and eating disorders.}}</ref>
Sindrom metabolik dapat disebabkan oleh makan berlebih dengan gula atau fruktosa, terutama bersamaan dengan diet tinggi lemak.<ref>{{Cite journal|date=June 2004|title=Role of fatty acid composition in the development of metabolic disorders in sucrose-induced obese rats|journal=Experimental Biology and Medicine|volume=229|issue=6|pages=486–93|doi=10.1177/153537020422900606|pmid=15169967|vauthors=Fukuchi S, Hamaguchi K, Seike M, Himeno K, Sakata T, Yoshimatsu H}}</ref> Kelebihan pasokan [[ Asam lemak omega-6|asam lemak omega-6]], terutama [[asam arakidonat]] (AA), merupakan faktor penting dalam [[patogenesis]] sindrom metabolik. Asam arakidonat (dengan prekursornya - [[ Asam linoleat|asam linoleat]] ) berfungsi sebagai substrat untuk produksi mediator inflamasi yang dikenal sebagai [[eikosanoid]], sedangkan senyawa yang mengandung asam arakidonat [[ Diacylglycerol|diasilgliserol]] (DAG) merupakan prekursor untuk endocannabinoid [[ 2-arachidonoylgliserol|2-arachidonoylglycerol]] ( 2-AG) sementara [[ Asam lemak amida hidrolase|asam lemak amida hidrolase]] (FAAH) memediasi metabolisme [[ Anandamide|anandamida]] menjadi [[asam arakidonat]].<ref name="FAAH">{{Cite journal|date=Dec 1994|title=Formation and inactivation of endogenous cannabinoid anandamide in central neurons|url=http://www.escholarship.org/uc/item/0kh020xm|journal=Nature|type=Submitted manuscript|volume=372|issue=6507|pages=686–91|bibcode=1994Natur.372..686D|doi=10.1038/372686a0|pmid=7990962|vauthors=Di Marzo V, Fontana A, Cadas H, et al.}}</ref>
==Pengelolaan==
|