Allah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kuduskanlah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Kuduskanlah (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 75:
''Allahku, allahmu, allahnya, para allah, allah asing, allah-allah, allah lain dll''.
 
Ini salah besar, sebab secara kaidah bahasa tidak benar, sebab Allah tidak ada bentuk jamaknuajamaknyaa. Tidak akan ada bahasa arab yang berbunyi seperti ini: ''Allahku, allahmu, allahnya, para allah, allah asing, allah-allah, allah lain dll.'' Tentu ini sangat berbahaya, bisa merubah makna yang sebenarnya dari nama Allah yang adalah proper name Tuhannya umat Islam, tetapi diubah oleh mereka menjadi sebutan/gelar yang bersifat umum kepada semua tuhan. Bahasa menjadi rancu dan rusak. Dibandingkan dengan terjemahan LAI, terjemahan [[Alkitab Shellabear]] mungkin lebih baik, sebab "ALLAH" dipakai sebagai proper name menggantikan [[YHWH (Tetragrammaton)]] saja, bukan dipakai sebagai sebutan umum kepada semua tuhan. Sebenarnya umat Islam tidak melarang menggunakan nama Allah didalam Alkitab mereka, tetapi yang perlu mereka perhatikan adalah perhatikan kaidah bahasa yang benar dan gunakanlah nama Allah ditempat yang tepat dan benar. Sebab penyalahgunaan nama ''Allah'' bisa memicu perpecahan dan permusuhan dan saling curiga antar sesama umat beragama. Sehingga menjadi penyulut permusuhan dan kebencian antar umat beragama. Proses penerjemahan Alkitab yang dimulai sejak abad ke-17 oleh pihak [[Hindia Belanda]] diambil alih oleh [[Lembaga Alkitab Indonesia]] (LAI) yang mulai berdiri secara resmi pada 9 Februari 1954.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Sejarah Lembaga Alkitab Indonesia|url=http://indonesian.bible/ibs-history/|website=Lembaga Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Versi terjemahan LAI yang dipakai saat ini adalah [[Alkitab Terjemahan Baru|Terjemahan Baru]] yang sudah diselesaikan sejak 1974. Dalam perjalanan waktu, pemerintah pusat menerbitkan [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] (KBBI) yang menjadi pedoman definisi kata atau istilah yang mulai terbit pada tahun 1988. Di dalam KBBI, makna kata "Allah" dicatatkan menjadi sebuah nama bukan jabatan. Allah adalah nama Tuhan dalam Bahasa Arab atau merujuk kepada pujaan umat Muslim.<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/Allah|title=Allah|last=|first=|date=|website=Kamus Besar Bahasa Indonesia|others=Allah n nama Tuhan dalam bahasa Arab|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Hal inilah menjadi titik mula perdebatan penggunaan Allah untuk kalangan umat Kristen Indonesia. Karena nama Allah menjadi kabur dan rancu didalam maknanya. Padahal Allah itu proper name bukam gelar atau sebutan. Begitupun orang-orang Arab pra Islam menggunakan nama Allah sebagai proper name bukan sebagai titel.
 
Proses penerjemahan Alkitab yang dimulai sejak abad ke-17 oleh pihak [[Hindia Belanda]] diambil alih oleh [[Lembaga Alkitab Indonesia]] (LAI) yang mulai berdiri secara resmi pada 9 Februari 1954.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Sejarah Lembaga Alkitab Indonesia|url=http://indonesian.bible/ibs-history/|website=Lembaga Alkitab Indonesia|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Versi terjemahan LAI yang dipakai saat ini adalah [[Alkitab Terjemahan Baru|Terjemahan Baru]] yang sudah diselesaikan sejak 1974. Dalam perjalanan waktu, pemerintah pusat menerbitkan [[Kamus Besar Bahasa Indonesia]] (KBBI) yang menjadi pedoman definisi kata atau istilah yang mulai terbit pada tahun 1988. Di dalam KBBI, makna kata "Allah" dicatatkan menjadi sebuah nama bukan jabatan. Allah adalah nama Tuhan dalam Bahasa Arab atau merujuk kepada pujaan umat Muslim.<ref>{{Cite web|url=https://kbbi.web.id/Allah|title=Allah|last=|first=|date=|website=Kamus Besar Bahasa Indonesia|others=Allah n nama Tuhan dalam bahasa Arab|access-date=25 Mei 2020}}</ref> Hal inilah menjadi titik mula perdebatan penggunaan Allah untuk kalangan umat Kristen Indonesia. Karena nama Allah menjadi kabur dan rancu didalam maknanya. Padahal Allah itu proper name bukam gelar atau sebutan. Begitupun orang-orang Arab pra Islam menggunakan nama Allah sebagai proper name bukan sebagai titel.
 
Walaupun KBBI edisi I sudah mulai memuat makna kata Allah yang berbeda dengan kata Tuhan pada tahun 1988, Alkitab-Alkitab bahasa Indonesia tetap memakai kata Allah untuk menerjemahkan kata ''El/Eloah/Elohim'' (Ibrani) dan kata ''Theos'' (Yunani) sampai saat ini. TB LAI juga merekam kata-kata A<small>LLAH</small> (semua huruf besar) dan allah (semua huruf kecil) selain kata Allah. Sarjana sastra banyak menyoroti LAI karena terjemahannya tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia dan bahasa arab.