Tutup, Tunjungan, Blora: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 30:
Sekitar tahun 1928 zaman Sarekat Islam ada orang dari Surabaya bernama [[H.O.S. Cokroaminoto]] bersama Kusno atau lebih dikenal dengan Bung Karno berkunjung ke Sukorame. Singgah pertama di warung Mbah Djiman depan Mbah Skater dan selanjutnya mengadakan pertemuan disebuah rumah disebelah utara perempatan Sukorame (warung mbah Asto). Menurut cerita Kades [[Soemardjo Tjitrodijoyo]] yang mendapat informasi dari adiknya [[Soemardji Tjitrodiharjo]] pertemuan tersebut sangatlah penting, sehingga beliau minta dari [[Ndoro Sumoputra]] Bupati [[Blora]] untuk diberikan keselamatan.
 
Jaman penjajahan dirasakan sangat berat bagi rakyat kecil. Mendapat diskriminasi segi ekonomi dan dari segi pendidikan juga dibeda – bedakan. Untuk orang Eropa disediakan [[ELS]], untuk anak priyayi dan pegawainya Belanda disediakan [[HIS]], Sedangkansedangkan rakyat biasa hanya disediakan Sekolah Ongko Loro seta sekolah desa yang hanya tiga tahun.
 
Waktu jaman Jepang keadaan semakin sulit, hasil karya petani diambil Jepang dengan model Komiai, sehingga rakyat kecil tidak mampu makan. Banyak sekali ditemukan orang mati dipinggir–pinggir jalan karena kelaparan. Untuk mengurusi orang meninggal ditugaskan [[Mbah Setro Salimin]], [[Mbah Marto Sayem]], [[Mbah Kasto Gundul]] untuk menguburnya. Adapun mayat tersebut dikubur dalam satu lobang tanpa dilawoni dan disholati. Orang–orang yang ditugasi waktu boleh dikatakan pahlawan , sebab disamping mereka termasuk orang kurang pangan sendiri, kalau tidak ada orang yang mau diberi tugas alangkah bau dan penyakit yang akan ditimbulkan. Hal ini bisa dibuktikan dengan apabila mau menggali tanah pekuburan Sukorame sebelah selatan sendiri, sebelah jalan pintu, masuk yang belok ke utara ± 5 m terus ketimur, nanti satu galian pasti terdapat beberapa kerangka manusia.
 
Pada akhir pemberontakan [[PKI]] [[Muso]] sekitar tahun 1948-1949 Blora yang dikuasai PKI desa Tutup terkena sasaran Mortir di dua tempat yaitu sebelah timur Banyurip dan arah selatan rumah Bapak Padang ( ± 35 Meter ) yang dilakukan pasukan Siliwangi yang didatangkan dari Jawa Barat.
 
Belum tenang dari peristiwa [[PKI Madiun]] Madiun, Belanda telah menyerang Blora dengan Class keduanya. Waktu mundur dari Blora ada lima orang TNI yang singgah ke rumah Kepala Desa untuk pamit sekaligus untuk mengisi perut. Karena kondisi badan lelah serta membawa senjata semacam Brem dengan mengalungkan rentengan peluru dipundaknya, apalagi air sungai Lusi agak banjir terpaksa seorang ada yang hilang.
 
Masih dalam Jaman Class II, sudah sewajarnya kalau ada masyrakat yang pro Pemerintah Belanda, tapi batinnya membantu RI.