Injil Barnabas: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 277:
Beberapa peneliti mengutip karya ini karena berkesesuaian dengan pandangan mengenai Yesus (Isa Almasih), khususnya para pemikir Islam terkemuka [[Rashid Rida]] di [[Mesir]] dan [[Sayyid Abul Ala Maududi]] di [[Pakistan]], kedua-duanya telah menerima injil ini sampai batas tertentu, Maududi kemudian mengatakan bahwa penyebutan nama Muhammad dalam injil ini adalah sebuah nubuatan Alkitab.
Sebagian sarjana Muslim juga setuju bahwa Injil Barnabas ini adalah sebuah kebenaran yang tidak dirubah rubah di kemudian hari, sarjana muslim telah memastikan bahwa Barnabas sendirilah yang menulis Injil ini, sedangkan Kitab-kitab Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes ditulis oleh para pendukung pendukung Paulus, demi mendukung ideologi Paulus yang biasa disebut kekristenan dengan konsep penyelamatan oleh Yesus mesias - anak Allah. Yang ditulis lama setelah kejadian-kejadian yang mereka gambarkan itu berlalu. Oleh karena itu, banyak bukti sejarah mendukung Injil Barnabas lebih otentik daripada injil-injil yang lain. Konsep penyelamatan mesias yesus anak Allah secara objektif dinilai bertentangan dengan pengertian mesias yang original sebagaimana yang dipahami oleh Yahudi. Karena mesias tidaklah akan mati ditangan musuhnya dengan terhina.
Dan pada dasarnya umat Yahudi meyakini setiap jiwa akan menanggung dosanya sendiri. Bukan seperti yang Paulus asumsikan bahwa semua dosa harus ditanggung yesus seorang diri, dengan kematiannya di tiang salib. Yahudi memiliki keyakinan kematian orang ditiang salib adalah simbol kutukan dari Allah bukan sebaliknya seperti yang diyakini kekristenan sekarang ini sebagai keselamatan. Tentu pemikiran Paulus telah menyimpang jauh dari konsep aslinya. Beberapa orang Muslim mengambil posisi di antara kedua kutub ini dan menyatakan bahwa meskipun karya ini mengandung "keotentikan sejarah", betapapun juga buku ini mengandung banyak bahan dari masa Kristen Perdana yang sedikit banyak berbeda dengan tradisi-tradisi Kristen dan mengukuhkan keyakinan-keyakinan diluar Kristen seperti Yahudi & Muslim. Karena tidak adanya konsep Allah anak pada keduanya.
|