Wilhelmus van Bekkum: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 3 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
k Membetulkan ejaan |
||
Baris 48:
Bersama dengan R.P. Leo Perik, S.V.D. dan para misionaris lainnya, ia membidani lahirnya Seminari Pius XII Kisol, yang mulai defenitif dengan aktivitas belajar mengajar pada 8 September 1955.<ref>{{cite web|url=http://www.floresa.co/2015/09/10/hanya-781-persen-alumni-yang-jadi-imam-sanpio-gagal/|title=Hanya 7,81 Persen Alumni yang Jadi Imam: Sanpio Gagal?}}</ref>
Dalam Kongres Internasional tentang Liturgi Pastoral pertama di [[Assisi]], [[Italia]] pada 18–22 September 1956, van Bekkum menyarankan restorasi diakon permanen untuk negara misi, dengan menyatakan juga bahwa hal ini bukan hanya untuk di Ruteng yang dipimpinnya, tetapi juga bagi rekan-rekannya yang sangat banyak jumlahnya.<ref>{{cite paper|title=The Liturgical Revival in the Service of the Missions|last=Van Bekkum|first=Wilhelmus|publisher=Liturgical Press|year=1957}}</ref><ref>{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=KC8FmiU4G40C&pg=PA33&lpg=PA33|last=Keating|first=James|year=2006|title=The deacon reader|publisher=Gracewing Publishing.}}</ref><ref>{{cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=sc69CwAAQBAJ&pg=PA40&lpg=PA40}}</ref> Dalam kesempatan yang sama, ia juga menyatakan suatu argumen persuasif tentang nilai yang diperoleh dengan mengembalikan doa umat dan prosesi persembahan dalam ritus Misa, setidaknya di negara-negara misi.<ref>{{cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=QCO3Oc9C87wC&pg=PA242&lpg=PA242}}</ref> Sebelum Kongres ini, ia menjadi ketua dalam Kongres Persiapan untuk 50 orang misionaris bersama dengan Pater Hofinger S.J. dari Manila, Filipina. Dalam kongres persiapan itu, fokus utama
Ia kemudian menjadi Penahbis Pendamping bagi Mgr. [[Theodorus van den Tillaart]], S.V.D. sebagai Uskup Tituler Mulia ketika diangkat sebagai [[Keuskupan Atambua|Vikaris Apostolik Atambua]] pada 29 Juni 1958. Ia turut berperan dalam terbitnya suatu buku nyanyian liturgis, yakni ''Dere Serani''.<ref>{{cite web|url=http://kanisiusdeki.blogspot.co.id/2016/04/ritual-persembahan-kurban-di-manggarai.html}}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.facebook.com/notes/fransiskus-borgias-m/buku-tua-dari-manggarai/10152351484099733/}}</ref>
|