Astadasaparwa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Baris 113:
 
=== [[Adiparwa]] ===
Kitab [[Adiparwa]] merupakan kitab pertama dari seri Astadasaparwa yang menceritakan berbagai kisah yang bernafaskan ajaran [[Hindu]]. Kisah kepahlawanannya dibumbui oleh ilmu sakti dan [[mitologi]]. Pada bagian awal yang diceritakan adalah kisah Maharaja [[Janamejaya]] yang menyelenggarakan upacara pengorbanan [[ular]] demi membalas kematian ayahnya parikesit (cucu arjuna dari abimanyu) yang dibunuh oleh ular taksaka. Upacara yang diselenggarakannya kemudian gagal. Untuk menghibur Sang Raja, Bagawan [[Wesampayana]] menuturkan sebuah kisah tentang para leluhur Sang Raja, kemudian beralih kepada cerita pemutaran Mandaragiri, kisah Sang [[Garuda]] dan para Naga, kisah Bagawan Dhomya, kisah para Raja besar: [[Yayati]], [[Bharata]], [[Santanu]]. Selain itu kitab Adiparwa juga menceritakan kisah kelahiran Rsi [[Byasa]] (penyusun kitab [[Mahabharata]]), kisah masa kecil [[Pandawa]] dan [[Korawa]], kisah para Pandawa mendapatkan [[Dropadi]] sebagai istri mereka atas kemenangan Sang [[Arjuna]], kisah Arjuna yang mengasingkan diri ke hutan kemudian menikah dengan [[ChitrāngadāCitrānggadā]], [[Ulupi]], dan [[Subadra]], serta kisah lahirnya [[Abimanyu]], puteraputra Arjuna dengan Subadra.
 
=== [[Sabhaparwa]] ===
Kitab [[Sabhaparwa]] merupakan kitab kedua dari seri Astadasaparwa. Kitab Sabhaparwa menceritakan kisah para [[Korawa]] yang mencari akal untuk melenyapkan para [[Pandawa]]. Atas siasat licik [[Sangkuni]], [[Duryodana]] mengajak para Pandawa main dadu. Taruhannya adalah harta, istana, kerajaan, prajurit, sampai diri mereka sendiri. Dalam permainan yang telah disetel dengan sedemikian rupa tersebut, para Pandawa kalah. Dalam kisah tersebut juga diceritakan bahwa [[Dropadi]] ingin dilucuti oleh [[Dursasana]] karena kekalahan pandawa. Atas bantuan Sri [[Kresna]], Dropadi berhasil diselamatkan. Pandawa yang sudah kalah wajib untuk menyerahkan segala hartanya, tetapi berkat pengampunan dari [[Dretarastra]], para Pandawa mendapatkan kebebasannya kembali. Tetapi karena siasat Duryodana yang licik, perjudian dilakukan sekali lagi. Kali ini taruhannya adalah siapa yang kalah harus keluar dari kerajaannya dan mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun. Pada tahun yang ke-13, yang kalah harus hidup dalam penyamaran selama 1 tahun. Pada tahun yang ke-14, yang kalah berhak kembali ke kerajaannya. Dalam pertanding]an tersebut, para Pandawa kalah sehingga terpaksa mereka harus meinggalkan kerajaannya.
# mereka harus meinggalkan kerajaannya.
 
=== [[Wanaparwa]] ===
Baris 133 ⟶ 132:
 
=== [[Dronaparwa]] ===
Kitab [[Dronaparwa]] merupakan kitab ketujuh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah diangkatnya Bagawan [[Drona]] sebagai panglima perang pasukan [[Korawa]] setelah Rsi [[Bhisma]] gugur di tangan [[Arjuna]]. Dalam kitab ini diceritakan bahwa Drona ingin menangkap [[Yudistira]] hidup-hidup untuk membuat [[Duryodana]] senang. Usaha tersebut tidak berhasil karena Arjuna selalu melindungi Yudistira. Pasukan yang dikirim oleh Duryodana untuk membinasakan Arjuna selalu berhasil ditumpas oleh para ksatria [[Pandawa]] seperti [[Bima]] dan [[Satyaki]]. Dalam kitab Dronaparwa juga diceritakan tentang siasat Sri [[Kresna]] yang menyuruh agar Bima membunuh gajah bernama Aswatama. Setelah gajah tersebut dibunuh, Bima berteriak sekeras-kerasnya bahwa Aswatama mati. Drona menanyakan kebenaran ucapan tersebut kepada Yudistira, dan Yudistira berkata bahwa Aswatama mati. Mendengar hal tersebut, Drona kehilangan semangat berperang sehingga meletakkan senjatanya. Melihat hal itu, ia dipenggal oleh [[Drestadyumna]]. Setelah kematian Drona, [[Aswatama]], puteraputra Bagawan Drona, hendak membalas dendam. Dalam kitab Dronaparwa juga diceritakan kisah gugurnya [[Abimanyu]] yang terperangkap dalam formasi [[Cakrawyuha]] serta gugurnya [[Gatotkaca]] dengan senjata sakti panah Konta.
 
=== [[Karnaparwa]] ===
Baris 142 ⟶ 141:
 
=== [[Sauptikaparwa]] ===
Kitab [[Sauptikaparwa]] merupakan kitab kesepuluh dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah tiga ksatriakesatria dari pihak [[Korawa]] yang melakukan serangan membabi buta pada di malam hari, saat tentara [[Pandawa]] sedang tertidur pulas. Ketiga ksatria tersebut adalah [[Aswatama]], [[Krepa]], dan [[Kritawarma]]. Aswatama yang didasari motif balas dendam membunuh seluruh pasukan [[Kerajaan Panchala|Panchala]] termasuk [[Drestadyumna]], yang membunuh [[Drona]], ayah Aswatama. Selain itu Aswatama juga membunuh [[Srikandi]] serta kelima puteraputra Pandawa atau [[Pancawala]]. Aswatama kemudian menyesali perbuatannya lalu pergi ke tengah hutan, berlindung di pertapaan Rsi [[Byasa]]. Para Pandawa dan [[Kresna]] menyusulnya. Kemudian di sana terjadi pertarungan sengit antara Aswatama dengan Arjuna. Rsi Byasa dan Kresna berhasil menyelesaikan pertengkaran tersebut. Kemudian Aswatama menyerahkan seluruh senjata dan kesaktiannya. Ia sendiri mengundurkan diri demi menjadi pertapa.
 
=== [[Striparwa]] ===
Kitab [[Striparwa]] merupakan kitab kesebelas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah ratap tangis para janda yang ditinggal suaminya di medan perang. Dikisahkan pula [[Dretarastra]] yang sedih karena kehilangan puteraputra-puteranyaputranya di medan perang, semuanya telah dibunuh oleh [[Pandawa]]. [[Yudistira]] kemudian mengadakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada arwah leluhur. Dalam kitab ini, [[Kunti]] menceritakan asal usul [[Karna]] yang selama ini menjadi rahasia pribadinya.
 
=== [[Santiparwa]] ===
Kitab [[Santiparwa]] merupakan kitab kedua belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah berkumpulnya [[Dretarastra]], [[Gandari]], [[Pandawa]], dan [[Kresna]] di [[Kurukshetra]]. Mereka sangat menyesali segala perbuatan yang telah terjadi dan hari itu adalah hari tangisan. [[Yudistira]] menghadapi masalah batin karena ia merasa berdosa telah membunuh guru dan saudara sendiri. Kemudian [[Bhisma]] yang masih terbujur di atas panah memberikan wejangan kepada Yudistira. Ia membeberkan ajaran-ajaran [[Agama Hindu]] secara panjang lebar kepadanya. RsiResi [[Byasa]] dan [[Kresna]] turut membujuknya. Mereka semua memberikan nasihat tentang ajaran kepemimpinan dan kewajiban yang mesti ditunaikan oleh Yudistira.
 
=== [[Anusasanaparwa]] ===
Kitab [[Anusasanaparwa]] merupakan kitab ketiga belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah [[Yudistira]] yang menyerahkan diri bulat-bulat kepada [[BhismaBisma]] untuk menerima ajarannya. BhismaBisma menjelaskan ajaran [[Agama Hindu]] dengan panjang lebar kepadanya, termasuk ajaran kepemimpinan, pemeintahan yang luhur, pelajaran tentang menunaikan kewajiban, tentang mencari kebahagiaan, dan sebagainya. Akhirnya, Bhisma yang sakti mangkat ke [[surga]] dengan tenang.
 
=== [[Aswamedhikaparwa]] ===
Kitab [[Aswamedhikaparwa]] merupakan kitab keempat belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah kelahiran [[Parikesit]] yang sebelumnya tewas dalam kandungan karena senjata sakti milik [[Aswatama]]. Dengan pertolongan dari [[Kresna]], Parikesit dapat dihidupkan kembali. Kemudian [[Yudistira]] melakukan upacara [[Aswamedha]]. Untuk menyelenggarakan upacara tersebut, ia melepas seekor kuda. Kuda tersebut mengembara selama setahun dan di belakangnya terdapat pasukan [[Pandawa]] yang dipimpin oleh [[Arjuna]]. Mereka mengikuti kuda tersebut kemanapun pergi. Kerajaan-kerajaan yang dilalui oleh kuda tersebut harus mau tunduk di bawah kuasa Yudistira jika tidak mau berperang. Sebagian mau tunduk sedangkan yang membangkang harus maju bertarung dengan Arjuna karena menentang Yudistira. Pada akhirnya, para Rajaraja di daratan [[India]] mau mengakui Yudistira sebagai Maharaja Dunia.
 
=== [[Asramawasikaparwa]] ===
Kitab [[Asramawasikaparwa]] merupakan kitab kelima belas dari seri Astadasaparwa. Kitab ini menceritakan kisah [[Dretarasta]], [[Gandari]], [[Kunti]], [[Widura]] dan [[Sanjaya (Mahabharata)|Sanjaya]] yang menyerahkan kerajaan sepenuhnya kepada Raja [[Yudistira]] sedangkan mereka pergi bertapa ke tengah hutan. [[Pandawa]] sempat mengunjungi pertapaan merekjamereka di tengah hutan. Akhirnya, [[Narada|Batara Narada]] datang ke hadapan para Pandawa, dan mengatakan bahwa hutan tempat Dretarastra, Gandari, Kunti bertapa terbakar oleh api suci mereka sendiri, sehingga mereka wafat dan langsung menuju [[surga]].
 
=== [[Mosalaparwa]] ===