Tutur Tinular: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Abadi Rorimpandey (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Ringkasan cerita: menolong Tuhan (kuunuu anshaarallaah)
Tag: Dikembalikan kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android pranala ke halaman disambiguasi
Baris 42:
 
== Ringkasan cerita ==
[[Berkas:S Tidjab.jpg|kiri|jmpl|[[S. Tidjab]] (kiri), penulis ''Tutur Tinular'' di sela-sela rekaman untuk Karya Terbaru dia Sandiwara Radio Modern "Kasih Sepanjang Jalan" di Cut2Cut Studio, Jakarta.]]
''Tutur Tinular'' berkisah tentang seorang pemuda Desa Kurawan bernama [[Arya Kamandanu]], putra [[Mpu Hanggareksa]], seorang ahli pembuat senjata kepercayaan [[Kertanagara|Prabu Kertanagara]], raja [[Kerajaan Singhasari]]. Pemuda lugu ini kemudian saling jatuh hati dengan seorang gadis kembang desa Manguntur bernama [[Nari Ratih]], putri Rakriyan Wuruh, seorang bekas kepala prajurit [[Kerajaan Singasari]]. Namun hubungan asmara di antara mereka harus kandas karena ulah kakak kandung Kamandanu sendiri yang bernama [[Arya Dwipangga]].
 
Kepandaian dan kepiawaian Dwipangga dalam olah [[sastra]] membuat Nari Ratih terlena dan mulai melupakan Kamandanu yang polos. Cinta segitiga itu akhirnya berujung pada peristiwa di [[Candi]] [[Walandit]], di mana mereka berdua (Arya Dwipangga dan Nari Ratih) yang sedang diburu oleh api gelora asmara saling memadu kasih hingga gadis kembang desa Manguntur itu [[hamil di luar nikah]].
 
Kegagalan asmara justru membuat Arya Kamandanu lebih serius mendalami ilmu [[bela diri]] di bawah bimbingan saudara seperguruan ayahnya yang bernama [[Mpu Ranubhaya]]. Berkat kesabaran sang paman dan [[bakat]] yang dimilikinya, Kamandanu akhirnya menjadi [[pendekar]] muda pilih tanding yang selalu menegakkan [kebenaran]] dilandasi jiwa [[ksatria]].
 
Kisah ''Tutur Tinular'' ini diselingi berbagai peristiwa sejarah, antara lain kedatangan utusan [[Kubilai Khan|Kaisar Kubilai Khan]], penguasa [[Dinasti Yuan]] di negeri [[Tiongkok]], yang meminta [[Kertanagara]] sebagai raja di [[Kerajaan Singhasari]] menyatakan tunduk dan mengakui kekuasaan bangsa [[Mongolia]]. Namun utusan dari Mongolia tersebut malah diusir dan dipermalukan oleh [[Kertanagara]].
 
Sebelum para utusan kembali ke Mongolia, di sebuah kedai makan terjadilah keributan kecil antara utusan [[kaisar]] yang bernama [[Meng Chi]] dengan Mpu Ranubhaya, Mpu Ranubhaya berhasil mempermalukan para utusan dan mampu menunjukkan kemahirannya dalam membuat [[pedang]], karena tersinggung dan ketertarikannya terhadap keahlian Mpu Ranubhaya tersebut, kemudian dengan cara yang curang para utusan tersebut berhasil menculik Mpu Ranubhaya dan membawanya turut serta berlayar ke Mongolia, sesampainya di negeri Mongolia di dalam istana Kubilai Khan, Mpu Ranubhaya menciptakan sebuah pedang [[pusaka]] bernama [[Nagapuspa]] sebagai syarat kebebasan atas dirinya yang telah menjadi tawanan. Namun pada akhirnya pedang [[Naga]] [[Puspa]] tersebut malah menjadi ajang konflik dan menjadi rebutan di antara pejabat kerajaan. Akhirnya untuk menyelamatkan pedang Naga Puspa dari tangan-tangan orang berwatak jahat, Mpu Ranubhaya mempercayakan [[Pedang Nagapuspa]] tersebut kepada pasangan pendekar suami-istri yang menolongnya, bernama [[Lo Shi Shan]] dan [[Mei Shin]] di mana keduanya kemudian menjadi pelarian, berlayar dan terdampar di [[Jawa|Tanah Jawa]] dan hidup terlunta-lunta. Sesampainya di Tanah Jawa pasangan suami istri ini akhirnya bertemu dengan beberapa pendekar jahat anak buah seorang [[Patih]] Kerajaan Gelang-gelang bernama [[Kebo Mundarang]] yang ingin menguasai Pedang Naga Puspa hingga dalam suatu pertarungan antara Lo Shi Shan dengan [[Mpu Tong Bajil]] (pimpinan pendekar-pendekar jahat) Lo Shi Shan terkena [[Ajian]] [[Segoro]] [[Geni]] milik Mpu Tong Bajil, setelah kejadian pertarungan beberapa hari lamanya Pendekar Lo Shi Shan hidup dalam kesakitan hingga akhirnya meninggal di dunia disebuah hutan dalam Candi tua, sebelum meninggal dunia yang kala itu sempat di tolong oleh Arya Kamandanu, Lo Shi Shan menitipkan Mei Shin kepada Arya KamanaduKamandanu
 
Mei Shin yang sebatang kara kemudian ditolong Arya Kamandanu. Kebersamaan di antara mereka akhirnya menumbuhkan perasaan saling jatuh [[cinta]]. Namun lagi-lagi Arya Dwipangga merusak hubungan mereka, dengan cara licik Arya Dwipangga dapat menodai perempuan asal daratan Mongolia itu sampai akhirnya mengandung bayi perempuan yang nantinya diberi nama [[Ayu Wandira]]. Namun, meski hatinya hancur, Kamandanu tetap berjiwa besar dan bersedia mengambil perempuan dari Mongolia itu sebagai istrinya.
 
Saat itu Kerajaan Singhasari telah runtuh akibat pemberontakan [[Jayakatwang|Prabu Jayakatwang]], bawahan Singhasari yang memimpin [[Kerajaan Gelang-Gelang]]. Tokoh ini kemudian membangun kembali [[Kerajaan KadiriKediri]] yang dahulu kala pernah runtuh akibat serangan pendiri Singhasari|Singasari. Dalam kesempatan itu, Arya Dwipangga yang menaruh dendam akhirnya mengkhianati keluarganya sendiri dengan melaporkan ayahnya selaku pengikut [[Kertanagara]] kepada pihak KadiriKediri dengan tuduhan telah melindungi Mei Shin yang waktu itu menjadi buronan.
Mpu [[Hanggareksa]] pun tewas oleh serangan para prajurit Kadiri di bawah pimpinan Mpu Tong Bajil. Sebaliknya, Dwipangga si anak durhaka jatuh ke dalam jurang setelah dihajar Kamandanu. Kemudian Kamandanu kembali berpetualang untuk mencari Mei Shin yang lolos dari maut sambil mengasuh keponakannya, bernama [[Panji]] [[Ketawang]], putra antara Arya Dwipangga dengan Nari Ratih.
 
Petualangan Kamandanu akhirnya membawa dirinya menjadi pengikut [[Raden Wijaya]] ([[Raden Wijaya|Nararya Sanggrama Wijaya]]), menantu Kertanagara. Tokoh sejarah ini telah mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diizinkan membangun sebuah desa terpencil di hutan Tarik bernama [[Majapahit]]. Dalam petualangannya itu, Kamandanu juga berteman dengan seorang pendekar wanita bernama [[Sakawuni]], putri seorang perwira Singhasari bernama Banyak [[Kapuk]].
 
Nasib Mei Shin sendiri kurang bagus. Setelah melahirkan putri Arya Dwipangga yang diberi nama [[Ayu Wandira]], ia kembali diserang kelompok Mpu Tong Bajil. Beruntung ia tidak kehilangan nyawa dan mendapatkan pertolongan seorang tabib Tiongkok bernama [[Wong]] [[Yin]].
 
Di lain pihak, Arya Kamandanu ikut serta dalam pemberontakan Sanggrama Wijaya demi merebut kembali takhta tanah [[Jawa]] dari tangan Jayakatwang. Pemberontakan ini mendapat dukungan [[Arya Wiraraja]] dari [[Sumenep]], yang berhasil memanfaatkan pasukan Kerajaan [[Yuan]] yang dikirim Kubilai Khan untuk menyerang Kertanagara. Berkat kepandaian [[diplomasi]] [[Wiraraja]], pasukan Mongolia itu menjadi sekutu Sanggrama Wijaya dan berbalik menyerang Jayakatwang.
 
Setelah Kerajaan Kadiri[[Kediri]] runtuh, Sanggrama Wijaya berbalik menyerang dan mengusir pasukan [[Mongolia]] tersebut. Arya Kamandanu juga ikut serta dalam usaha ini. Setelah pasukan Kerajaan Yuan kembali ke negerinya, Sanggrama Wijaya pun meresmikan berdirinya [[Kerajaan Majapahit]]. Ia bergelar [[Raden Wijaya|Prabu Kertarajasa Jayawardhana]].
 
Kisah ''Tutur Tinular'' kembali diwarnai cerita-cerita [[sejarah]], di mana Kamanadanu turut menyaksikan pemberontakan [[Ranggalawe]], [[Lembu Sora]] dan [[Gajah Biru]] akibat hasutan tokoh licik yang bernama [[Mahapati|Ramapati]]. Di samping itu, kisah petualangan tetap menjadi menu utama, antara lain dikisahkan bagaimana Kamandanu menumpas musuh bebuyutannya, yaitu [[Mpu Tong Bajil]], serta menghadapi kakak kandungnya sendiri (Arya Dwipangga) yang muncul kembali dengan kesaktian luar biasa, bergelar [[Arya Dwipangga|Pendekar Syair Berdarah]].
 
Kisah ''Tutur Tinular'' berakhir dengan meninggalnya [[Kertarajasa]] [[Jayawardhana]], di mana Arya Kamandanu kemudian mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit dengan membawa putranya yang bernama [[Jambu Nada]], hasil perkawinan kedua dengan Sakawuni yang meninggal setelah melahirkan, dalam perjalanan menuju lereng [[Gunung Arjuna]] inilah Arya Kamandanu bertemu dengan [[Gajah Mada]] yang waktu itu menyelamatkan putranya ketika masih berumur 40 hari yang terjatuh ke jurang karena lepas dari gendongannya akibat terguncang-guncang diatas kuda. ''Tutur Tinular'' kemudian berlanjut dengan sandiwara serupa berjudul ''[[Mahkota Mayangkara]]''.
 
== Profil karakter ==