Deportasi orang Tionghoa oleh Uni Soviet: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pratihata (bicara | kontrib)
Penerjemahan subbagian artikel dari artikel asli berbahasa Inggris.
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor
Pratihata (bicara | kontrib)
Penerjemahan subbagian artikel dari artikel asli berbahasa Inggris.
Baris 5:
== Latar Belakang ==
=== Asal-Usul Sinofobia ===
Melalui Perjanjian Aigun tahun 1858 dan Perjanjian Peking tahun 1880, Rusia memperoleh wilayah di utara Amur dan timur Ussuri dari Tiongkok dan sejak saat itu Rusia mulai melakukan kolonisasi. Setelah Rusia mengalami kekalahan oleh Jepang pada tahun 1905, Rusia menjadi terdesak untuk melakukan integrasi wilayah yang diperolehnya tersebut semenjak wilayah tersebut menjadi target Ekspansionisme Jepang. Kurangnya sumber daya manusia di bagian timur Rusia oleh karena kurangnya migrasi domestik, juga kebijakan Tiongkok untuk melakukan kolonisasi atas wilayah yang berbatasan dengan Rusia di utaranya menuntun arus masuknya buruh Tionghoa di wilayah tersebut.
 
Akan tetapi, populasi etnis Tionghoa dan perdagangan dengan Tiongkok yang meningkat justru menuntun kepada kekhawatiran di dalam pemerintah Rusia sendiri, mengingat bahwa imigrasi oleh etnis Tionghoa akan mengubah demografi wilayah tersebut. Sebagai hasilnya, pemerintah Rusia akhirnya mulai membatasi pengaruh Tiongkok (dan etnis Tionghoa) dalam ekonomi, khususnya setelah mereka menyadari bahwa penduduk lokal masih menganggap etnis Tionghoa sebagai pemilik wilayah tersebut terlepas dari penaklukan oleh Rusia.
 
Di saat yang bersamaan, diaspora Tionghoa di Rusia akhirnya membentuk komunitasnya sendiri yang mengelakkan otoritas Rusia dan mempraktekkan tradisi Tionghoa, yang kemudian memunculkan tindakan-tindakan kriminal. Buruh Tionghoa lebih murah dibandingkan dengan buruh Rusia sendiri, bahkan mereka lebih penurut dan lebih efisien, menjadikan mereka lebih populer dalam sektor bisnis Rusia. Sementara itu, kualitas ini juga menuntun masyarakat dan pemerintahan Rusia kepada suatu kekhawatiran hingga etnis Tionghoa dianggap sebagai suatu ancaman terhadap negara Rusia. Istilah Bahaya Kuning menjadi suatu istilah populer yang merujuk kepada ancaman ini di akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Bahkan, meskipun ada dari mereka yang lahir di tanah Rusia, etnis Tionghoa tetap dianggap sebagai sosok yang loyal terhadap tanah air leluhur mereka seperti diaspora yang lainnya.
 
=== Kampanye Anti-Tionghoa ===
Pada tahun 1900, gubernur militer dari wilayah Amur, Konstantin Nikolaevich Gribskii, memerintahkan untuk mengusir keseluruhan dari populasi etnis Tionghoa dalam daerah tersebut. Pasukannya mengepung lebih dari 3000 orang Tionghoa di sekitar Blagoveschensk dan memaksa mereka mundur hingga ke sungai Amur, dan hanya sebagian kecil dari mereka, sekitar beberapa ratus, yang bertahan. Sekitar satu dekade setelahnya, pada tahun 1911, Rusia melakukan deportasi terhadap ribuan orang dari etnis Tionghoa dari bagian Timur Jauh dalam nama kontrol epidemik, yang kemudian memperoleh kritik di dalam industri dan pemerintahan Rusia sendiri karena pentingnya peran yang dimainkan oleh etnis TIonghoa dalam ekonomi lokal. Lalu, pada tahun 1913, otoritas Rusia menolak untuk melakukan tindakan ekstrim terhadap etnis Tionghoa sekalipun sebagian dari anggota kongres Khabarovsk menganggap buruh TIonghoa sebagai ancaman besar terhadap perbatasan Rusia oleh karena peran mereka yang tak tergantikan dalam aktivitas komersial lokal, namun berharap untuk mendapatkan lebih banyak imigran Eropa di bagian Timur Jauh Rusia. Selama Perang Dunia yang Pertama, beberapa ribu pedagang Tionghoa dideportasi dari semua area di bawah pimpinan militer pada tahun 1914 karena ''Russian Army High Command'' mengeklaim bahwa Jerman telah merekrut beberapa mata-mata Tionghoa dari Manchuria. Sementara itu, etnis Tionghoa juga dilarang memasuki kekaisaran, terlepas dari posisi netral pemerintah Tiongkok sepanjang perang.