Teuku Ben Mahmud: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Al Asyi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Al Asyi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 25:
Karena dianggap masih memiliki pengaruh terhadap perlawanan melawan Belanda, Teuku Ben Mahmud akhirnya dibuang ke [[Kota Ambon|Ambon]] pada 1911.
 
Putra Teuku Ben Mahmud, Teuku Banta Sulaiman selanjutnya juga dicurigai oleh Belanda dan diasingkan ke [[Aceh Timur]] pada tahun 1919 dan terakhirkemudian dipindahkan ke [[Kutaraja]] hingga masuk [[Jepang]] ke Aceh. Puteraia Teukudapat Benpulang Mahmudkembali lainnyake Blangpidie. yaituSaudaranya, Teuku Karim meneruskanbin perlawananTeuku hinggaBen tahunMahmud 1942.<ref>{{Citeturut web|date=2015-02-06|title=Peristiwamelakukan 11 September 1926; Perlawanan Teungku Peukan terhadap Belanda di Aceh (Bagian I)|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/peristiwa-11-september-1926-perlawanan-teungku-peukan-terhadap-belanda-di-aceh-bagian-i/|website=Balai Pelestarianhingga Nilaitahun Budaya Aceh|language=en-US|access-date=2022-10-12}}</ref>1942
 
Uleebalang Blangpidie selanjutnya diambilalih oleh adiknya, Teuku Rayeuk bin Teuku Ben Mahmud, karena Teuku Sabi bin Teuku Banta Sulaiman masih kecil. Baru pada tahun 1936 hulubalang dijabat oleh Teuku Sabi hingga kemerdekaan RI dan terjadinya revolusi sosial yang menyebabkan Teukus Sabi hilang. Teuku Sabi tidak memiliki anak laki-laki yang dapat meneruskan kepemimpinannya dikarenakan anak laki-lakinya satu-satunya bernama Teuku Raja Usman bin Teuku Sabi meninggal saat masih kecil akibat tenggelam di kolam sekitar kediaman Teuku Sabi.<ref>{{Cite web|date=2015-02-06|title=Peristiwa 11 September 1926; Perlawanan Teungku Peukan terhadap Belanda di Aceh (Bagian I)|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/peristiwa-11-september-1926-perlawanan-teungku-peukan-terhadap-belanda-di-aceh-bagian-i/|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh|language=en-US|access-date=2022-10-12}}</ref>
 
===Rujukan===