Kentang hitam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Nilai guna & prospek: Perbaikan penerjemahan, refreshment itu diterjemahkan lebih tepat sebagai jajanan/snack dibanding terjemahan semula sebagai "penyegar"
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidakpelupa (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 25:
* ''Solenostemon rotundifolius'' <small>(Poir.) J.K. Morton</small>
}}
'''Kentang hitam''' (''Plectranthus rotundifolius'') adalah [[terna]] yang menjalar yang bisa juga digunakan sebagai pengganti [[nasi]]. Bagian yang sering dipergunakan adalah umbinya. SeringKentang ini juga sering digunakan sebagai campuran [[sayur lodeh]], [[sayur asem]], hingga jajanan sore. Petani menanam kentang hitam tatkala sesudah menanam padi.
 
DikenalKentang denganini namadikenal dengan macambermacam-macam nama ''gombili'' ([[Bahasa Gayo|Gy.]]), dan ''kěntang jawa'' ([[Bahasa Melayu|Mly.]]), ''hombili'' ([[Bahasa Batak|Btk.]]), ''kěmbili'' ([[Bahasa Aceh|Ac.]] dan [[Bahasa Minangkabau|Mng.]]), ''kĕntang'' ''kĕmbili,'' ''kĕntang kumĕli'' ([[Bahasa Betawi|Btw.]]), ''huwi kěntang'' ([[Bahasa Sunda|Sd.]]), ''kambili'', dan ''daun sabrang'' ([[Jawa Timur|Jatim]]), ''gombili'', dan ''obi sola'' ([[Bahasa Madura|Madura]]), ''sabrang'' ([[Bahasa Bali|Bali]]),<ref name=vlsm/> ''gěmbili'', ''kěntang irěng'', ''kumbili jawa'', ''kěntang klici'' ([[Bahasa Jawa|Jawa]]), ''kombili'' ([[Maluku]]), ''sěbrang'' ([[Lombok]]),<ref name=Sastra/><ref name=floramalesiana/><ref name=heyne>{{aut|[[Karel Heyne|Heyne, Karel]]}} (1913). ''[https://archive.org/stream/denuttigeplanten04heyn#page/132/mode/2up De nuttige planten van Nederlandsch-Indië]'' '''4''':133{{spaced ndash}}34. [[Batavia]]:Ruygrok & Co.</ref> ''kĕntang jawĕ'', ''kĕntang kĕmbili'' ([[Bahasa Melayu Pontianak|Pontianak]] dan [[Kabupaten Kubu Raya|Kubu Raya]]) dan lain-lain di seluruh Indonesia.
 
== Deskripsi ==
Baris 38:
 
[[Berkas:Plectranthus rotundifolius.jpg|ka|jmpl|250px|Kentang hitam yang sudah lebih bersih]]
Kentang hitam juga bisa diperbanyak dengan jalan [[setek]], yang dalam waktu semninggu saja, tumbuhan ini sudah ber[[tunas]]. Setek tersebut haruslah mengandung tiga buku, dengan panjang 15&nbsp;cm, dan ditanam pada permulaan [[musim hujan]]. Namun, kalau memang, tanah pekarangan kita adalah tanah berat yg sulit gembur, gemburkan dulu, dan susunlah jadi guludan. Jarak antar guludan adalah 50&nbsp;cm. Bisa pula memakai umbi muda, dan ditugalkan pada tanah gembur dengan jarak: 30 × 30&nbsp;cm, dan tiap lubang tugalan diisi 3 butir umbi.<ref name=heyne/><ref name=Soeseno/> Kalau sudah berumur 1 bulan lebih, rumput-rumputan harus disiang. Adapun,Sedangkan pada usia 2 bulan, maka dia disiangi kembali dan dibumbun. Kalau ditanam di tanah nanyang datar, tak perlu dibumbun. Pada bulan keempat, kentang hitam baru bisa dipanen dan dipungut hasilnya.<ref name=heyne/><ref name=Soeseno>{{aut|Soeseno, Slamet}} (1985). ''Sayur-Mayur untuk Karang Gizi''. hal.104-105. [[Jakarta]]:Penebar Swadaya.</ref>
 
Menurut sejarahnya dulu, orang-orang [[Portugis]] menemukan tumbuhan ini banyak tumbuh di [[Pantai Koromandel]] dan ada pula di [[Sailan]], walau tak banyak. Ada kemungkinan, tumbuhan ini [[orang Arab]] membawa tumbuhan ini hingga ke [[India]], dan Portugis membawa hingga [[Malaka]]. Orang Portugis membawa ini sebagai [[makanan impor]] dan bagus ditanam di [[iklim]] kering. Kini banyak menyebar ke Jawa.<ref>{{cite web |title=LAMIACEAE: Solenostemon |work=Plants for Use |url=http://plantsforuse.com/index.php?page=1&id=1776 |accessdate=25 Mei 2014}}</ref>
 
== Nilai guna & prospek ==
Karel Heyne dlm "''De nuttige''"-nya ('''IV''':133-34) menyebut bahwa orang Indonesia menanam kentang hitam untuk dimakan sebagai jajanan (resfreshments) dan dipergunakan pula untuk campuran [[sayur]]. Ukurannya kentang hitam ini yang mulai dari berukuran [[kelereng]] hingga ada yang seperti badan tikus, dan selalu berjendol bentuk ubi ini. Permukaan kulit dari kentang hitam ini adalah yang jelas hitam, dan pada bahagian dalamnya putih. Sementara itu, daun dari kentang hitam ini sering dipakai pula sebagai campuran dari ramuan obat.<ref name=heyne/>

Sebagai sumber [[zat pati]], kentang hitam bisa dipergunakan sebagai penganan sore untuk direbus dan dimakan.<ref name="Soeseno" /> Kentang hitam kadang dimakan langsung untuk [[lalab|lalapan]]. Penggunaan umbi yang muda dan umbi yang tua dibedakan; yang muda dipakai untuk sayur lodeh, sayur asam, dan lain-lain. Sementara itu, umbi dewasa kentang hitam direndam dulu dalam larutan [[kapur]], direbus, baru dimakan. Karena diperlakukan seperti itulah, kulit permukaan kentang hitam menjadi hitam. Itu sebabnya, [[suku Jawa|orang Jawa]] menamai tumbuhan ini dengan ''kěntang irěng''.<ref name="Sastra" /> H. Keng mencatat (1978) dalam "Flora Malesiana", disebutkan bahwa umbi kentang yang dewasa dipakai sebagai pengganti kentang dan dipakai sebagai [[bakso]] cacah. Apabila kentang ini dimakan berlebihan, dikhawatirkan kentang ini bisa tidak dapat dicerna.<ref name="floramalesiana" />
 
Dalam pengobatan, umbi kentang hitam berguna sebagai obat bengkak. Caranya, ambil 25 gram umbi kentang hitam, dicuci, diparut, kemudian ditempel ke bagian badan yang bengkak dan kemudian dibalut dengan kain bersih. Sedangkan, menurut penelitian, diketahui umbi dan daun kentang hitam mengandung [[saponin]], [[flavonoida]], dan [[polifenol]].<ref name=vlsm/> Namun, menurut penelitian, telah dikabarkan bahwa kentang hitam mempunyai [[antioksidan]] yang natural dan antikanker yang terdapat pada ekstrak [[etanol]] daging dan kulit permukaan kentang hitam serta antioksidan yang tinggi dan aktivitas antiproliferatif yang terbuat dari ekstrak etanol kulit dengan cara yang bergantung dengan dosis. [[Asam ursolat]] dan [[asam oleanolat]] mungkin bisa pula digunakan sebagai anti-kanker dan antioksidan. Yang mana, sifat anti-proliferatifnya ditunjukkan pada sifatnya yang menghalang perkembangan kanker dada MCF 7. Selain itu pula, kentang hitam juga mengandung [[fitosterol]] dan asam maslinat (''maslinic acid'').<ref>{{cite journal |author={{aut|Nugraheni, M.; Santoso, U.; Suparmo; Wuryastuti}} |title=Potential of Coleus tuberosus as an antioxidant and cancer chemoprevention agent |journal=International Food Research Journal |volume=18 |issue=4 |pages=1471{{spaced ndash}}1480 |year=2011 |url=http://www.ifrj.upm.edu.my/18%20(04)%202011/(37)IFRJ-2011-288.pdf}}</ref>