Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menghapus Gedungpipmks1921.png karena telah dihapus dari Commons oleh Ruthven; alasan: Source of derivative work not specified.
Adty.awan97 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
== Sejarah Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar ==
 
Lembaga pendidikan tinggi vokasi yang saat ini dikenal sebagai Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) Makassar<ref>{{Cite web|url=http://pipmakassar.ac.id/|website=pipmakassar.ac.id|access-date=2021-10-05}}</ref> memiliki akar sejarah yang panjang. Lembaga yang merupakan institusi pendidikan bidang [[pelayaran]] atau [[maritim]] tertua di Indonesia ini bermula dari ''Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen te Makassar'' (Sekolah Kejuruan untuk Awak Kapal Pribumi di Makassar). Sekolah ini didirikan pada masa kolonial sebagai lembaga untuk mendidik anak buah kapal dari kalangan pribumi dengan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan anak buah kapal maka pada tahun 1921 dibangun gedung sekolah untuk menampung para calon kelasi (matrozen). Gedung tersebut dibangun untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan pendidikan, terutama dalam bidang pelayaran. Momentum pembangunan gedung dan kegiatan pendidikan untuk calon kelasi (matrozen) pada tahun 1921 ini menjadi bukti sejarah dan cikal bakal berdirinya lembaga pendidikan tingi vokasi pelayaran yang saat ini bernama Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar.
 
Sejak beroperasinya kapal uap dan dibentuknya perusahaan pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) pada 4 September 1888 di Amsterdam (Belanda), 1<ref>{{Cite journal|last=Suherman|first=Ansar|date=2018-10-26|title=KOMUNIKASI POLITIK DAN KONFLIK DALAM KEBIJAKAN PEMERINTAH (Studi Kasus Konflik Kebijakan Antara Legislatif Dan Eksekutif Di Kabupaten Buton Selatan, Sulawesi Tenggara)|url=http://dx.doi.org/10.35308/source.v2i2.382|journal=SOURCE : Jurnal Ilmu Komunikasi|volume=2|issue=2|pages=386|doi=10.35308/source.v2i2.382|issn=2502-0579}}</ref> maka terjadilah perubahan serta kemajuan besar dalam pelayaran antar pulau di Indonesia pada masa Hindia Belanda, terutama di kawasan kepulauan bagian timur, seperti Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Sebagai bagian dari jaringan pelayaran di Hindia Belanda sejak abad ke-19, maka posisi Makassar secara geografis telah memainkan peranan penting menjadi salah satu rute pelayaran utama, selain Singapura, Batavia (Jakarta), Pontianak, Surabaya, Kupang, Manado, dan Maluku (Ambon). Aktivitas kemaritiman ini sudah menjadi keseharian di Makassar saat itu sebagai salah satu pelabuhan penting di kawasan timur Indonesia pada masa kolonial Hindia Belanda.