Bahasa Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 63:
Sampai saat ini manuskrip berbahasa Aceh tertua yang dapat ditemukan berasal dari tahun 1069 H (1658/1659 M) yaitu Hikayat Seuma'un.<ref>Durie, Mark. 1996. [http://www.jstor.org/pss/3623033 Framing the Acehnese Text: Language Choice and Discourse Structures in Aceh]</ref>
 
Sebelum penjajahan [[Belanda]] (1873–1942), hampir semua literatur berbahasa Aceh berbentuk [[puisi]] yangdalam dikenal denganbentuk ''[[hikayat (Aceh)|hikayat]]'' atau [[nazam]]. Sedikit sekali yang berbentuk [[prosa]] dan salah satunya adalah ''Kitab Bakeu Meunan'' yang merupakan terjemahan kitab ''Qawaa'id al-Islaam''.<ref>[http://tambeh.wordpress.com/2009/06/29/14/ Hikayat Aceh Telah Mati]</ref>
 
Setelah kedatangan Belanda barulah muncul karya tulis berbahasa Aceh dalam bentuk prosa yaitu pada tahun 1930-an, seperti ''Lhee Saboh Nang'' yang ditulis oleh Aboe Bakar dan De Vries.<ref>Thurgood, Graham.2007.[http://www.acehinstitute.org/aceh_fp_grahamthurgood.pdf The Historical Place of Acehnese:The Known and the Unknown] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100713223327/http://www.acehinstitute.org/aceh_fp_grahamthurgood.pdf |date=2010-07-13 }}</ref> Setelah itu barulah bermunculan berbagai karya tulis berbentuk prosa namun demikian masih tetap didominasi oleh karya tulis berbentuk ''hikayat''.