Pada awal masa jabatannya, Bush menghadapi persoalan ekonomi di mana negara itu sedang mengalami defisit hingga mencapai US$ 220 Miliar di awal 1990an, lebih besar dari tahun 1980 meningkat tiga kali lebih besar. Hal ini disebabkan karena pemupukan militer yang dilakukan oleh pemerintahan Reagan. Bush percaya bahwa satu-satunya cara untuk menurunkan defisit adalah dengan memotong pengeluaran pemerintah sedangkan oposisi [[Demokrat]] di Kongres yakin bahwa cara lain adalah dengan menaikan pajak. Bush mengalami dilema saat itu karena ia yakin bahwa dengan defisit yang besar, AS akan kehilangan kepemimpinannya di mata dunia.
Di tengah perjuangan dengan
Di tengah perjuangan dengan oposisi mayoritas di Kongres, Bush berhadapan dengan tuntutan untuk meningkatkan pajak pendapatan di mana sebelumnya selama kampanye ia berjanji tidak akan ada pajak baru. Di tengah tuntutan keras, Bush akhirnya menyerah pada masalah ini dan pajak ditingkatkan. Hal ini membawa kekecewaan bagi anggota Partai Republik dan masyarakat AS yang merasa dikhianati oleh Bush selama janji kampanyenya yang menyebabkan penurunan popularitas. Ekonomi mengalami resesi ringan selama enam saat memasuki tahun 1991. Pada tahun akhirnya di kantor, Bush telah diberi tahu oleh para penasehat ekonominya untuk menghentikan upaya ekonomi karena upaya-upaya sebelumnya sudah cukup untuk mengamankan pemilihannya kembali di 1992. Pada tahun 1992, tingkat bunga dan inflasi berada di tingkat terendah selama beberapa tahun namun penangguran meningkat menjadi 7,8%, tertinggi sejak tahun 1984. Biro Sensus melaporkan bahwa pada bulan September 1992, 14% orang Amerika hidup dalam kemiskinan. Pada konfrensi pers tahun 1990, Bush mengatakan pada pers bahwa ia telah menemukan kebijakan luar negeri lebih menyenangkan.