Dekolonisasi ilmu pengetahuan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
Dekolonisasi ilmu pengetahunan membahas mekanisme sejarah produksi ilmu pengetahuan dan dasar pengaruh [[Kolonialisme|koloni]] serta [[etnosentrisme]] khususnya [[erosentrisme]] terhadap produksi tersebut. Konsep ini berpendapat bahwa ilmu pengetahuan dan standar penentuan validitas dari ilmu pengetahuan dinilai berat sebelah terhadap sistem barat dan konsep pemikiran mereka tentang alam semesta. <ref name=":0" /><ref name=":1" /> Menurut teori dekolonial, sistem pengetahuan barat yang muncul di Eropa pada periode [[renaisans]] dan [[Abad Pencerahan|abad pencerahan]] diterapkan sebagai usaha untuk melegitimisasi usaha koloni yang dilakukan oleh bangsa Eropa yang perlahan menjadi bagian dari peraturan koloni dan bentuk masyarakat yang para koloni bawa bersama mereka. Dipercaya bahwa pengetahuan yang dihasilkan dari sistem ilmu pengetahuan barat lebih superior dibandingkan sistem pengetahuan lain, seperti [[pengetahuan lokal]] karena memiliki kualitas yang [[Universalisme|universal]]. Para akademisi di bidang dekolonial berpendapat bahwa sistem ilmu pengetahuan barat masih terus berlanjut menentukan apakah yang harus dipertimban bgkan sebagai pengetahuan [[Ilmu|ilmiah]] dan terus mengasingkan sistem pengetahuan, keahlian serta cara pandang yang berbeda dari sistem pengetahuan mereka.<ref name=":1" />
 
Anibal Quijano menyatakan:<blockquote>Hegemoni Eropa terhadap model baru kekuatan global terkonsentrasi pada semua bentuk kuasa subyektivitas, budaya dan khususnya pengetahuan serta produksi pengetahuan di bawah hegemoninya.<ref>{{Cite journal|last=Quijano|first=Aníbal|date=2000|title=Coloniality of Power and Eurocentrism in Latin America|url=https://edisciplinas.usp.br/pluginfile.php/347342/mod_resource/content/1/Quijano%20(2000)%20Colinality%20of%20power.pdf|journal=International Sociology|language=en|volume=15|issue=2|pages=215–232|doi=10.1177/0268580900015002005|issn=0268-5809}}</ref></blockquote>[[Linda Tuhiwai Smith]] menyatakan dalam bukunya yang berjudul ''[[Decolonizing Methodologies: Research and Indigenous Peoples]]'':<ref>{{Cite book|last=Smith|first=Linda Tuhiwai|date=2016|url=https://books.google.co.id/books?id=GwI1EAAAQBAJ&pg=PA29&dq=Imperialism+and+colonialism+brought+complete+disorder+to+colonized+peoples,&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwie-fXoq4r7AhWLAbcAHVliB0YQuwV6BAgJEAk#v=onepage&q=Imperialism%20and%20colonialism%20brought%20complete%20disorder%20to%20colonized%20peoples,&f=false|title=Decolonizing Methodologies: Research and Indigenous Peoples|publisher=Bloomsbury Publishing|isbn=978-1-84813-952-7|pages=28|language=en|url-status=live}}</ref><blockquote>[[Imperialisme]] dan kolonialisme membawa ketidakberaturan utuh terhadap orang-orang yang terkonoloterkoloni dan memutuskan hubungan mereka dengan sejarah, [[lanskap]], bahasa , interksiinteraksi sosial dan pemikiran, perasaan dan interaksi dengan dunia.</blockquote>Berdasarkan pandangan ini, walaupun kolonialisme berakhir secara hukum dan politik, tetapi warisannya berlanjut di banyak situasi kolonial pada tempat tempat yang menjadi lokasi-lokasi orang-orang yang secara sejarah pernah dikolonialisasi [[Eksklusi sosial|dimarginalisasi]] dan [[Eksploitasi|dieksploitasi]]. Akademisi ilmu dekolonial menyebut fenomena ini sebagai kolonialitas sebagai bentuk gambaran opresi dan eksploitasi yang ditinggalkan kolonialisme dia beragam bidang, termasuk bidang subyektivitas dan ilmy pengetahuan. <ref name=":0" />
 
== Asal usul dan perkembangan ==
Pada kelompok komunitas dan pergerakan sosial di [[Benua Amerika]] dekolonisasi ilmu pengetahuan bermula dari pemberontakan terhadap koloniaslisme pada awal tahun 1492.<ref name=":2" /> Kemunculan kekhawatiran akademik terhadap dekolonisasi adalah fenomena baru. Menurut [[Enrique Dussel]], tema dekolonisasi ilmu pengetahuan berasal dari kelompok pemikir dari [[Amerika Latin]].<ref name="Dussel1">{{cite book|last=Dussel|first=Enrique|year=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=Grm9DwAAQBAJ&pg=PA26&dq=was+proposed+by+Anibal+Quijano,+Peruvian+sociologist+decolonial&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwixvPiavor7AhX-SWwGHUPUBN4Q6AF6BAgEEAI#v=onepage&q=was%20proposed%20by%20Anibal%20Quijano%2C%20Peruvian%20sociologist%20decolonial&f=false|title=Decolonial Christianities: Latinx and Latin American Perspective|publisher=Springer Nature|isbn=9783030241667|editor1-last=Barreto|editor1-first=Raimundo|pages=25, 26|chapter=Epistemological Decolonization of Theology|editor2-last=Sirvent|editor2-first=Roberto|url-status=live}}</ref> Walaupun gagasan dekolonisasi ilmu pengetahuan telah menjadi topik akademik sejak dasawarsa 1970-an, [[Walter Mignolo]] berkata bahwa pendapat ini adalah karya dari [[Sosiologi|sosiologis]] Peru, yaitu Anibal Quijano yang secara eksplisit menghubungkan [[kolonialitas kuasa]] dalam ruang lingkup ekonomi dan politk dengam kolonialitas ilmu pengetahuan.<ref>{{Cite journal|last=Andraos|first=Michel Elias|date=2012|title=Engaging Diversity in Teaching Religion and Theology: An Intercultural, De-colonial Epistemic Perspective: Engaging Diversity|url=https://learn.ctu.edu/wp-content/uploads/2020/05/Andraos-Decolonial-Epistemic-Perspective.pdf|journal=Teaching Theology & Religion|language=en|volume=15|issue=1|pages=3–15|doi=10.1111/j.1467-9647.2011.00755.x}}</ref> Pandangan ini mulai berkembang sebagai sebuah [[elaborasi]] dari masalah-masalah yang mulai dari sebuah hasil dari beberapa sikap terhadap [[pascakolonialisme]], studi [[Subaltern (pascakolonialisme)|subaltern]] dan [[pascamodernisme]]. Dussel berkata bahwa dekolonisasi ilmu pengetahuan berada dalam sebuah gagasan kolonialitas kuasa dan [[transmodernitas]] yang berasal dari pemikiran [[José Carlos Mariátegui]], [[Frantz Fanon]] dan [[Immanuel Wallerstein]].<ref name="Dussel1" /> Berdasarkan pendapat [[Sabelo J. Ndlovu-Gatsheni]], dimensi politik, ekonomi, budaya dan epistemologi dari dekolonisasi saling terkait satu sama lain dan perebutan kedaulan politik adalah strategi logis praktis perlawanan terhadap kolonialisme. Sebagai hasilnya, dekolonisasi politik pada abad dua puluh gagal mencapai dekolonisasi ilmu pengetahuan karena tidak secara laus membahas tentang bidang pengetahuan yang merupakan bidang yang kompleks.<ref>{{Cite journal|last=Ndlovu-Gatsheni|first=Sabelo|date=2018|title=THE DYNAMICS OF EPISTEMOLOGICAL DECOLONISATION IN THE 21ST CENTURY: TOWARDS EPISTEMIC FREEDOM|url=https://upjournals.up.ac.za/index.php/strategic_review/article/view/268|journal=The Strategic Review for Southern Africa|language=en|volume=40|issue=1|doi=10.35293/srsa.v40i1.268|issn=1013-1108}}</ref>
 
== Daftar pustaka ==