Abdurrahman Baswedan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k -flag |
k Perbarui referensi situs berita Indonesia |
||
Baris 46:
=== Jurnalis ===
A.R. Baswedan adalah seorang otodidak.<ref name=":1">{{Cite journal|last=de Jonge|first=Huub|date=2004|title=Abdul Rahman Baswedan and the Emancipation of the Hadramis in Indonesia|url=http://www.jstor.org/stable/23654530|journal=Asian Journal of Social Science|volume=32|issue=3|pages=373–400}}</ref> Dia mempelajari banyak hal secara mandiri, terutama kemampuan menulisnya. Tapi, dia mendapatkan dunia jurnalisme terbuka lebar setelah bertemu wartawan pertama dari keturunan Arab di Hindia Belanda, Salim Maskati,<ref>{{Cite journal|last=MOBINI-KESHEH|first=NATALIE|date=1996|title=The Arab Periodicals of the Netherlands East Indies, 1914-1942|url=http://www.jstor.org/stable/27864744|journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde|volume=152|issue=2|pages=236–256}}</ref> yang di kemudian hari membantu A.R. Baswedan dengan menjadi Sekretaris Jenderal PAI. Karena itu, profesi utama dan pertama A.R. Baswedan adalah jurnalis. Dia memang sempat menjalani kegiatan perniagaan dengan meneruskan usaha toko orang tuanya di Surabaya. Tapi, dia tak kerasan. Dia tertarik pada dunia jurnalisme. Soebagio I.N., dalam buku ''Jagat Wartawan'' memilih A.R. Baswedan sebagai salah seorang dari 111 perintis pers nasional yang tangguh dan berdedikasi.<ref name="wamen">{{
Saat bekerja di ''[[Sin Tit Po]]'', ia mendapat 75 [[gulden]]—waktu itu beras sekuintal hanya 5 gulden. Ia kemudian keluar dan memilih bergabung dengan ''[[Soeara Oemoem]]'', milik dr. [[Soetomo]] dengan gaji 10-15 gulden sebulan. Setelah itu dia bekerja di ''Matahari.'' Tapi, setelah mendapatkan amanah untuk menjalankan roda organisasi Persatuan Arab Indonesia (PAI), ia meninggalkan ''Matahari'', padahal ia mendapat gaji 120 [[gulden]] di sana, setara dengan 24 kuintal beras waktu itu.
Baris 89:
Foto A.R. Baswedan di majalah [[Matahari (surat kabar)|Matahari]] yang mengenakan surjan dan blangkon itu menjadi kontroversi di kalangan Arab di Hindia Belanda, terlebih karena ada tulisan A.R. Baswedan yang berjudul "Peranakan Arab dan Totoknya". Dalam tulisan itu, A.R. Baswedan mengajak keturunan Arab yang berada di Hindia Belanda saat itu untuk bersatu, membaur dengan masyarakat lainnya. Yang dimaksud dengan peranakan Arab (''muwalad'') adalah warga Arab yang lahir di negeri ini (saat itu bernama Hindia Belanda), sementara totok (''wulaiti'') adalah mereka yang lahir di kampung halamannya, di Hadramaut, Yaman. Dalam tulisan itu, A.R. Baswedan mengajak kepada peranakan Arab dan juga yang totok untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.<ref>Hadhrami Traders, Scholars, and Statesmen in the Indian Ocean, 1750s-1960s, (Leiden: Brill), hal. 14, 1997. </ref>
Tulisan A.R. Baswedan berjudul "Peranakan Arab dan Totoknya" ini sangat kuat dan menjadi salah satu penentu perjalanan bangsa ini. Karena itu, [https://afandriadya.com/2011/11/07/majalah-tempo-d/ ''Majalah Tempo'' Edisi ''Khusus 100 Tahun Kebangkitan Nasional 1908-2008,'' "Indonesia yang Kuimpikan, 100 Catatan yang Merekam Perjalanan Sebuah Negeri"] memasukkan tulisan A.R. Baswedan tersebut sebagai salah satu catatan yang turut membentuk Indonesia.<ref>{{Cite news|url=https://store.tempo.co/majalah/detail/MC201212280005/indonesia-yang-kuimpikan-100-catatan-yang-merekam-perjalanan-sebuah-negeri-kebangkitan-nasional#.W-JAKtuB00o|title=Indonesia Yang Kuimpikan : 100 Catatan Yang Merekam Perjalanan Sebuah Negeri|last=MEDIA|first=PT TEMPO INTI|
== Sumpah Pemuda Keturunan Arab ==
Baris 133:
# Pada 9 November 1992, negara mengakui dan menghargai kontribusi besar A.R. Baswedan yang turut menyusun UUD 1945 dalam BPUPKI. Karena itu, negara menganugerahkan [[Bintang Mahaputra Utama]] kepada A.R. Baswedan dan 44 anggota BPUPKI lainnya.
# Pada Juli 1995 Duta Mesir untuk Indonesia, Sayed K El Masry memberikan penghargaan kepada A.R. Baswedan berupa piagam dari bahan papirus, yang berisikan naskah Perjanjian Persahabatan RI-Kerajaan Mesir pada 10 Juni 1947 dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.
# Pada 23 Desember 1995, Aljazair memberikan medali kepada A.R. Baswedan atas pertemanannya dengan para tokoh Aljazair dan memberikan bantuan moril atas peristiwa Revolusi Aljazair 1 November 1954.<ref>{{Cite news|url=http://www.kompas.com/kompas-cetak/0505/28/utama/1778711.htm|title=Aljazair Anugerahkan Medali kepada 13 Tokoh RI - Sabtu, 28 Mei 2005|date=2007-10-19|
# Pada 2013, Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono juga menganugerahi A.R. Baswedan [[Bintang Mahaputra Adipradana]] pada 10 Agustus 2013.<ref>{{Cite web|url=http://www.nabilfoundation.org/artikel/18/bintang-mahaputra-adipradana-untuk-tokoh-pejuang-a-r-baswedan|title=Bintang Mahaputra Adipradana untuk Tokoh Pejuang A.R. Baswedan - Artikel|last=haidarpesebe|first=Nabil Foundation by|website=Nabil Foundation|language=en|access-date=2018-11-08}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://nasional.kompas.com/read/2013/08/13/1637199/8.Menteri.Dapat.Bintang.Mahaputera.Adipradana|title=8 Menteri Dapat Bintang Mahaputera Adipradana
# Pada 8 November 2018, negara memberikan anugerah Pahlawan Nasional kepada A.R. Baswedan atas jasa-jasanya dalam kemerdekaan Indonesia.<ref>{{Cite
== Pahlawan Nasional ==
|