Azwar Anas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Pranala luar: {{Authority control}} (QuickEdit)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 45:
|occupation = [[Politikus]], [[militer]], [[birokrat]]}}[[Letnan Jenderal]] [[TNI]] (HOR) ([[Purnawirawan|Purn.]]) [[Insinyur|Ir.]] '''Azwar Anas''' gelar '''Datuak Rajo Sulaiman''' ({{lahirmati|[[Padang]]|2|8|1933}}) adalah seorang mantan perwira militer, birokrat, dan politikus Indonesia. Ia pernah dipercaya sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat pada Kabinet Pembangunan VI (1993–1998) setelah menjabat sebagai [[Menteri Perhubungan Indonesia]] pada Kabinet Pembangunan V (1988–1993). Sebelumnya ia menjabat sebagai [[Gubernur Sumatra Barat]] selama dua periode (1977–1987).
 
== KehidupanRiwayat awalHidup ==
 
=== Kehidupan awal ===
Azwar Anas lahir pada 2 Agustus 1931 di [[Padang]], yang ketika itu merupakan bagian dari [[Sumatra Barat|Keresidenan Sumatra Barat]], [[Hindia Belanda]]. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Anas Malik Sutan Masabumi (ayah) dan Rakena Anas (ibu), yang memiliki sepuluh orang anak. Ayahnya yang masih memiki garis keturunan dengan [[Raja Pagaruyung]] terakhir, yakni [[Bagagarsyah dari Pagaruyung|Sutan Bagagarsyah]], bekerja sebagai kepala perbengkelan kereta api di [[Simpang Haru, Padang Timur, Padang|Simpang Haru, Padang]], sementara ibunya yang hanya tamatan SD berasal dari [[Koto Sani, X Koto Singkarak, Solok|Koto Sani]], [[Solok]]. Sebelum menikah dengan ibunya, ayahnya telah memperoleh seorang anak dari istri pertama yang kemudian diceraikannya, tetapi kehidupan mereka tetap ditanggung oleh ayahnya meskipun telah bercerai.{{sfn|Yusra|2011|pp=5}}{{sfn|Yusra|2011|pp=3}} Ayahnya adalah putera dari Malik anak dari Soetan Oesman gelar Soetan Lerang seorang pengusaha terkenal pada masanya.
 
Baris 54 ⟶ 56:
Ketika masih berusia kanak-kanak, ia sempat menggeluti beberapa pekerjaan untuk membantu meringankan ekonomi keluarganya yang sedang sulit pada masa [[pendudukan Jepang di Indonesia]]. Ia pernah berdagang kayu untuk kemudian dijual ke pasar [[Kampung Jao, Padang Barat, Padang|Kampung Jawa]] dan berjualan ikan, bahkan sebelumnya ia juga pernah berjaja [[pisang goreng]] di Mato Aie setiap pagi.{{sfn|Yusra|2011|pp=17}} Di tengah kesulitan ekonomi keluarganya, setelah tamat dari HIS Adabiyah, ia masih bisa meneruskan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi; ia masuk ke sekolah bentukan Jepang yang disebut ''Chu Gakko'' (setingkat men).{{sfn|Yusra|2011|pp=18}}
 
=== Masa awal kemerdekaan ===
Berita [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|diproklamasikannya]] kemerdekaan [[Indonesia]] pada 17 Agustus 1945 baru disebarluaskan ke [[Kota Padang|Padang]] oleh [[Muhammad Sjafei]] sekitar akhir bulan Agustus.{{sfn|Yusra|2011|pp=19}} Namun, pada 10 Oktober 1945, tentara Sekutu, yang semula ditugaskan untuk melucuti serdadu Jepang dan mengambil para tawanan Jepang, telah merapat ke [[pelabuhan Teluk Bayur]], tetapidan kedatangan ini dicurigai oleh para pemuda di Padang ikutkarena menyertakandiikuti oleh tentara [[Belanda]]. Kecurigaan ini ternyata benar sehingga ketegangan mulai meningkat di Padang. Kantor-kantor pemerintahan di Padang mulai dipindahkan ke luar kota, termasuk kantor tempat ayahnyaayah dari Azwar Anas bekerja dipindahkan ke [[Kayu Tanam, 2x11 Kayu Tanam, Padang Pariaman|Kayu Tanam]], sehingga keluarganya kemudian pindah ke tempat itu, sedangkan ia dan adiknya yang bernama Akil tetap menetap di Padang.{{sfn|Yusra|2011|pp=20}} Namun karena Padang dirasakan tidak aman lagi setelah pembunuhan [[Bagindo Azizchan]] oleh tentara Belanda,{{sfn|Yusra|2011|pp=23}} ia dan adiknya menyusul keluarganya yang ternyata telah berpindah ke [[Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}} Di kota berhawa sejuk itu, ia tetap meneruskan sekolahnya; ia dimasukkan ke SMP Negeri 1 Bukittinggi, tetapi kemudian pindah ke SMP Negeri 3 Bukittinggi. Setelah tamat, ia masuk ke [[SMA Negeri 1 Bukittinggi]].{{sfn|Yusra|2011|pp=24}}
 
Tidak lama setelah ibu kota Indonesia di [[Yogyakarta]] diduduki oleh Belanda, [[Syafruddin Prawiranegara]] bersama [[Daftar tokoh Minangkabau|tokoh Minangkabau]] lainnya membentuk [[Pemerintahan Darurat Republik Indonesia]] (PDRI) di Bukittinggi. Pada saat itu, ketika berlangsungnya [[Agresi Militer Belanda II]], keluarganya pindah ke [[Barulak, Tanjung Baru, Tanah Datar|Barulak]], [[Tanah Datar]], kemudian setelah gencatan senjata diberlakukan di Sumatra Barat pada 19 Agustus 1948, keluarganya kembali pindah ke Padang. Di Padang, ia bersekolah di SMA Permindo (kini [[SMA Negeri 1 Padang]]) sampai tamat pada tahun 1951.{{sfn|Yusra|2011|pp=30}} Setamat SMA, ia berniat untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Jawa, karena pada saat itu di Sumatra Barat belum ada perguruan tinggi yang sesuai dengan keinginannya.{{sfn|Yusra|2011|pp=33}} Oleh sebab itu, dalam suatu perundingan dengan keluarganya, ia menyampaikan keputusannya untuk merantau ke [[Jakarta]].{{sfn|Yusra|2011|pp=35}}
 
=== Merantau ===
[[Berkas:Bandung Institute of Technology, Know Indonesia... Know Your Friend, p32.jpg|jmpl|Institut Teknologi Bandung pada tahun 1951]]
 
Baris 69 ⟶ 71:
Semula berencana menjadi dosen tetap di almamaternya, pada 1959 Anas bersama ratusan sarjana diperintahkan mengikuti wajib militer oleh pemerintah menyusul diberlakukannya status keadaan bahaya darurat perang. Ia menjalani latihan pendidikan militer di Sekolah Perwira Cadangan (Sepacad) di [[Bogor]] selama enam bulan hingga 1960.{{sfn|Yusra|2011|pp=47}} Ia lulus dan dilantik Presiden [[Soekarno]] sebagai [[letnan satu]] dalam upacara militer di Bogor. Para lulusan diberi dua pilihan yaitu aktif masuk militer atau kembali ke pekerjaan semula. Azwar memilih untuk bergabung dengan militer.{{sfn|Yusra|2011|pp=51}}
 
=== Karier militer ===
Azwar ditempatkan di Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD) sebagai Kepala Dinas A. Setahun berikutnya, Pabal AD berganti nama menjadi [[Pindad|Pusat Industri Angkatan Darat]] (Pindad). Jabatan Azwar berganti nama menjadi Kepala Bagian 5 Dinas Laboratorium Pindad.{{sfn|Yusra|2011|pp=67}} Pada 1962, Azwar naik pangkat menjadi kapten dan lima tahun selanjutnya ia berpangkat mayor corps peralatan (CPL).{{sfn|Yusra|2011|pp=60}}
 
Pada 1964, Azwar dipromosikan menjadi Asisten Umum Operasi Karya Pindad.{{sfn|Yusra|2011|pp=68}} Pada tahun itu, Pindad mengirimnya untuk mengikuti Kursus Peroketan Pindad. Ia terlibat dalam eksperimen pembuatan roket Achmad Yani 1 dan 2 yang diluncurkan dari [[Pameungpeuk, Garut]].{{sfn|Yusra|2011|pp=52}} Kemudian, ia mengikuti serangkaian kursus calon perwira menengah yaitu Kursus Latihan Perwira (Suslapa) Angkatan Darat di [[Cimahi]] dari 1967 hingga 1968, ''Upgrading'' Staf Kekaryaan Daerah (Skarda) C pada 1971, dan [[Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat]] (Seskoad) dari 1971 hingga 1973.{{sfn|Yusra|2011|pp=54}}
 
Pada 1967, Mayor Azwar Anas diangkat sebagai Direktur PT. Purna Sadhana Pindad, anak perusahaan Pindad dalam bidang industri sipil. Ia didampingi oleh Direktur Produksi Kapten Ir. Yuwono, Direktur Marketing Kapten Siddiq, S.H., dan Direktur Perusahaan Drs. Suparman.{{sfn|Yusra|2011|pp=78}} Karena ketiadaan dana, perusahaan itu mengajukan kredit pinjaman tanpa jaminan kepada [[Bank Bumi Daya]] sebesar Rp500 juta.{{sfn|Yusra|2011|pp=79}} Hal ini dilakukan tanpa dilaporkan kepada Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) sebagai otoritas Pindad. Asisten II Kepala SUAD [[Hartono (militer, lahir 1927)|Jenderal Hartono]] menegur Azwar dengan keras lalu kasus ini dibawa ke persidangan.{{sfn|Yusra|2011|pp=80}} Kasus ini terbilang baru saat itu dan akhirnya Hartono menerimanya.{{sfn|Yusra|2011|pp=81}}
 
PT Purna Sadhana Pindad berkegiatan dalam bisnis perbengkelan untuk jasa dan pembuatan barang-barang dan mesin untuk produksi. Pelanggan mereka adalah pabrik-pabrik semen seperti [[Semen Padang (perusahaan)|Semen Padang]] dan [[Semen Gresik]].{{sfn|Yusra|2011|pp=82}} Jumlah karyawan perusahaan itu ada 8.000 orang dan sebagian besarnya ahli dalam bidang perbengkelan, tidak dalam produksi. Azwar merekrut teknisi baru untuk meningkatkan potensi perusahaan.{{sfn|Yusra|2011|pp=85}}
Baris 80 ⟶ 82:
Azwar turun ke lapangan dan mengetahui kegiatan perusahaan secara detail sejak perencanaan hingga pemasaran.{{sfn|Yusra|2011|pp=88}} Ia bersama Direktur Pemasaran Abubakar Siddik Prawiranegara langsung datang menaiki kapal ke [[Pulau Singkep]], [[Pulau Bangka]], dan [[Pulau Belitung]] untuk mengidentifikasi mesin timah yang akan diperbaiki Purna Sadhana Pindad.{{sfn|Yusra|2011|pp=87}}
 
Pada 11 Juli 1970, Azwar memimpin pameran alat-alat pertanian produksi Pindad di Gedung [[Bina Graha]], Jakarta. Presiden [[Soeharto]] sangat antusias dengan pameran tersebut.{{sfn|Yusra|2011|pp=89}}
 
Azwar sering diminta memberikan ceramah agama di masjid-masjid Bandung. Ia ikut andil mendirikan [[Masjid Salman ITB]]. Ia juga intens membangun komunikasi dengan perantau Minang di kota itu.{{sfn|Yusra|2011|pp=93}}
 
=== Direktur [[Semen Padang (perusahaan)|Semen Padang]] ===
Gubernur Sumatra Barat [[Harun Zain]] memanggil Azwar pulang kampung halaman dengan menjadi Direktur PN Semen Padang.{{sfn|Yusra|2011|pp=97}} Kala itu Sumatra Barat porak-poranda akibat penumpasan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI).{{sfn|Yusra|2011|pp=101}} Harun Zain memanggil para sarjana Minang di perantauan untuk pulang kembali membangun Sumatra Barat.{{sfn|Yusra|2011|pp=102}}
 
Kolonel Azwar Anas mulai memimpin Semen Padang dalam keadaan sekarat. Ia membenahi keadaan fisik pabrik dan merehabilitasi mental para karyawan melalui dakwah Islam. Ia berhasil membangkitkan perusahaan itu menjadi BUMN terkemuka di bawah Departemen Perindustrian.{{sfn|Permo|1995|pp=93}}
 
=== Karier pemerintahan ===
[[Berkas:Azwar Anas was appointed as governor of West Sumatra for the second term, Mimbar Departemen Dalam Negeri No. 4, 1982-1983, p11.jpg|jmpl|Menteri Dalam Negeri ad-interim, [[Sudharmono]] SH atas nama Presiden melantik Ir. Azwar Anas menjadi Gubernur KDH Sumatra Barat untuk jabatan yang kedua kalinya.]]
Keberhasilan Azwar Anas membuat ia dikenal oleh rakyat sehingga ia terpilih dalam pemilihan [[Gubernur Sumatra Barat]] Oktober 1977 menggantikan [[Harun Al-Rasjid Zain|Harun Zain]].{{sfn|Permo|1995|pp=93}} Ia tercatat sebagai perwira militer pertama dan satu-satunya yang memegang jabatan Gubernur Sumatra Barat. Ia menjabat gubernur selama dua periode hingga 1987. Pada 1986, ia pensiun dari [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] (ABRI) dengan pangkat terakhir [[mayor jenderal]] TNI.{{sfn|Permo|1995|pp=92}}
Baris 183 ⟶ 185:
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia#Ketua umum|Ketua Umum PSSI]] |tahun = 1991–1999 |pendahulu = [[Kardono]] |pengganti = [[Agum Gumelar]]}}
{{S-end}}
{{Kabinet Pembangunan VI}}{{Kabinet Pembangunan V}}{{Menteri Perhubungan Indonesia}}{{Gubernur Sumatra Barat}}{{Authority control}}
{{Kabinet Pembangunan V}}
{{Kabinet Pembangunan VI}}{{Menteri Perhubungan Indonesia}}{{Gubernur Sumatra Barat}}{{Authority control}}
{{DEFAULTSORT:Anas, Azwar}}
[[Kategori:Insinyur kimia Indonesia]]
 
[[Kategori:Insinyur kimia Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah IslamiyahTNI]]
[[Kategori:Tokoh militer Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]]
[[Kategori:Ketua Umum PSSI]]
Baris 196 ⟶ 200:
[[Kategori:Tokoh Sumatra Barat]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Koordinator Indonesia]]
[[Kategori:Menteri Perhubungan Indonesia]]
[[Kategori:Gubernur Sumatra Barat]]
[[Kategori:Tokoh Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
[[Kategori:Insinyur kimia Indonesia]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Adipradana]]
[[Kategori:Penerima Bintang Mahaputera Utama]]